Minggu, 28 Desember 2014

RPP BAHASA INDONESIA



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah                                 : SMA/MA
Mata Pelajaran                      : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester                     : X/I
Alokasi Waktu                      : 4 x 45menit

Standar Kompetensi:
1. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen

Kompetensi Dasar
Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat

Pokok Bahasan
Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi

A.    Indikator
Siswa mampu
·Membaca  puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
·Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
·Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat

Keterampilan Sosial
1.      Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan gagasan hasil membaca ekstensif.
2.        Siswa mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas.

B.     Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
·         Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, ekspresi dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi.
·         Membaca puisi dengan menempatkan jeda yang tepat.
·         Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi.
·         Memberi saran perbaikan pembacaan puisi yang kurang tepat

C.    Materi Pelajaran
Puisi
·   Lafal
·   Tekanan
·   Intonasi
·   Jeda
                                                  
A.    TEKNIK MEMBACA PUISI
     Dewasa ini kegiatan membaca puisi tidak hanya dilakukan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas. Membaca puisi sebagai salah satu wujud ekspresi seni baca sastra tumbuh dengan subur ditengah-tengah masyarakat kita. Hampir dapat dipastikan, pada setiap peringatan hari besar nasional, hari besar keagamaan, peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat salah satu bentuk kesenian yang ditampilkan adalah seni baca puisi. Kenyataan ini barangkali merupakan salah satu dampak dari sejumlah usaha yang dilakukan para guru, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia, yang dengan tekun membina kemampuan ini pada para siswa, terlepas dari kualitas hasil binaan yang dilakukan.
     Ada beberapa alasan yang mendorong seseorang untuk membaca puisi. Beberapa alasan yaaang sering dikemukakan antara lain, (1) untuk memperoleh kenikmatan, (2) menyampaikan informasi, dan (3) melestarikan kebudayaan.
     Pembacaan puisi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk penampilan pembacaan. Bentuk yang paling sering kita jumpai adalah pembaca melakukan pembacaan puisi dengan membawa serta teks puisi (poetry reading). Meskipun pembaca pada umumnya sudah mengenal teks yang akan dibacanya, pembacanya masih leluasa memanfaatkan teks yang dipegangnya selama pembacaan beerlangsung. Bentuk yang kedua adalah deklamasi. Dengan deklamasi, pembaca sebelumnya telah menghafalkan teks puisi yang akan dibacanya. Dalam penampilan pembacaan selain melafalkan puisi yang telah dihafalkannya pembaca juga akan menyertai pembacaan gerak-gerik (akting) yang berfungsi untuk memperkuat penyampaian pesan atau makna puisi. Bentuk yang terakhir adalah dramatisasi puisi. Dramatisasi puisi dapat diartikan sebagai kegiatan pembacaan puisi dengan mengkreasikan bagian tertentu dari puisi yang dibacakan menjadi suatu sajian dramatik. Sajian dramatik tersebut dapat berupa pembagian peran untuk membaca bagian-bagian puisi yang berupa dialog dan narasi. Bahkan dramatisasi puisi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan penataan setting, tatasuara, tatalampu, dan tatabusana.

B.  Persiapan Membaca Puisi
Hazim Amir (tanpa tahun) menjelaskan ada beberapa langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai persiapan pembacaan puisi, seperti dalam uraian berikut.
1.    Mempertimbangkan Aspek Kesastraan
     Langkah awal yang harus dilakukan seseorang pembaca puisi adalah memilih puisi yang akan dibacakannya. Puisi yang akan dibacakan seharusnya mengandung nilai-nilai kesastraan yang tinggi dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.    Totalitas sajak
1)   Apakah puisi secara keseluruhan menggunakan kata-kata terpilih sehingga mampu menimbulkan rasa “haru” pembaca dan pendengar?
2)   Apakah puisi menyampaikan sesuatu (idea, bentuk) yang baru dan memperkaya batin kita?
3)   Apakah puisi melibatkan kita untuk memikirkan hal-hal penting yang relevan dengan kemanusiaan, masyarakat, atau pribadi kita?
4)   Apakah puisi menumbuh kembangkan visi hidup, kultural, dan artistik sehingga kita menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah tersebut?
5)   Apakah puisi yang Anda pilih memiliki keseimbangan antara ide dan bentuk?
6)   Apakah penyair benar-benar menguasai masalah yang diketengahkan dalam puisi dan memiliki jalan pikiran yang mudah diikuti?

b.    Ide, pokok persoalan, dan tema
1)   Apakah dalam puisi yang Anda pilih terdapat ide-ide baru yang dikemukakan penyair dan ia tidak terjebak pada propaganda yang dangkal dan klise?
2)   Apakah penyair bersikap menggurui, sehingga puisi yang ditulisnya menjadi ceramah yang berkepanjangan dan membosankan?
3)   Bagaimana kadar bobot kebenaran ide-ide yang disampaikan, ruang lingkup masalah yang diketengahkan, dan relevansinya dengan kenyataan hidup?

c.    Ekspresi penyampaian
1)   Apakah penyair menggunakan ekspresi kebahasaan yang segar, kreatif, dan penuh makna?
2)   Apakah bahasa penyair tidak bersifat transparansi dan prosaic?
3)   Apakah bahasa yang dipilih penyair mampu membangun imajinasi secara tepat?
4)   Apakah penyair mempertimbangkan penggunaan irama secara tepat?

2.      Pertimbangan Potensi Oratoris
     Langkah yang kedua dalam persiapan membaca puisi adalah mempertimbangkan potensi puisi jika dibacakan. Pada tahap ini kita mempertimbangkan apakah larik-larik yang tertulis dalam sajak tersebut jika dibacakan memiliki potensi satuan-satuan bunyi yang oratoris. Artinya, satuan-satuan bunyi yang dapat menimbulkan efek kenikmatan, keharuan dan menggiring pembaca pada proses perenungan akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
3.      Mempertimbangkan Tujuan Pembacaan
     Hal penting yang perlu kita pertimbangkan dalam persiapan pembacaan puisi adalah tujuan pembacaan. Tujuan pembacaan menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis, tema, bentuk, bahasa, dan sebagainya dari puisi yang akan kit abaca. Sebagai contoh, jika puisi yang kita pilih untuk keperluan pendidikan apresiasi di sekolah hendaknya kita memilih puisi-puisi yang sesuai dengan kemampuan bahasa, pengalaman hidup, kemampuan mental/intelektual, dan kepekaan imajinasi siswa. Pada kesempatan lain, jika puisi kita pilih untuk keperluan latihan ucapan sebaiknya kita pilih puisi-puisi yang kaya akan variasi suara atau lafal.
4.      Mempertimbangkan Penonton
     Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih puisi jika akan dibacakan di hadapan sejumlah penonton, meliputi umur, tingkat pendidikan, latar belakang, keyakinan dan cultural, pekerjaan dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan karakteristik penonton diharapkan interaksi komunikasi antara pembaca dan penonton dapat dijalin dengan baik.
5.      Pemahaman dan Penghayatan Isi Puisi
     Pemahaman dan penghayatan isi puisi sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembacaan puisi. Pemahaman dan penghayatan isi puisi akan mempengaruhi performansi oratoris dan gerak-gerak penyerta yang dilakukan pembaca. Untuk dapat memahami dan menghayati isi puisi diperlukan hal-hal berikut ini.
a.       Pengetahuan yang luas tentang hidup, manusia, dan problema kemanusian. Penegathuan ini dapat diporelah dari pengalaman langsung, pengamatan, maupun dari bahan bacaan.
b.      Kekayaan pengalaman yang berkaitan dengan seluk beluk kehidupan baik yang diperoleh secara langsung maupun pengamatan secara cermat.
c.       Sikap yang baik terhadap puisi. Artinya, pembaca tidak terlalu terbuka, penuh prasangka, atau tinggi hati terhadap karya penyair-penyair tertentu. Pembaca harus bersikap objektif dan penuh simpati terhadap persoalan-persoalan yang diketengahkan penyair dalam puisinya.
6.      Penghayatan Ekspresi Penyampaian
     Untuk dapat menghayati ekspresi penyampaian diperlukan pengetahuan dan pengalaman apresiasi sastra yang luas. Pengetahuan apresiasi ini meliputi pengetahuan tentang jenis-jenis puisi, unsure-unsur yang membangun puisi baik unsure-unsur segmental (bahasa) maupun unsure segmental (bunyi, nada, tekanan, jeda, dan tempo). Adapun pengalaman apresiasi puisi dapat diperoleh dengan cara latihan menganalisis unsure-unsur yang membangun sebuah pusis. Dengan latihan analisis puisi secara tekun dan terus-menerus, maka kemampuan berpikir dan kepekaan imajinasi akan ikut terasah. Pengetahuan dan pengalaman apresiasi yang luas ini akan sangat membantu pembaca melakukan penghayatan ekpresi penyampaian.
7.      Pengahayatan Potensi Oratori
     Latihan penghayatan potensi oratoris dapat dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini.
a.       Penghayatan atas masing-masing bunyi (bunyi desah, tajam, keras, lembut, dan sebagainya)
b.      Penghayatan atas tempo (variasi, ritme, pause-pause cepat lambatnya pengucapan berdasarkan atas panjang pendek masing-masing bunyi)
c.       Penghayatan atas tekanan kata.

C.    Latihan Pembacaan
     Sebelum melaksanakan pembacaan puisi, latihan dapat diawali dengan latihan suara dan organ suara. Latihan ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat persiapan awal sebelum melaksanakan pembacaan. Persiapan awal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (1) latihan kelenturan mulut, latihan mengucapkan lirik-lirik lagu secara jelas, latihan nafas, dan latuhan proyeksi suara. Apabila latihan ini telah selesai Anda kerjakan, latihan dapat diteruskan dengan latihan pengucapan kata, frasa, unit-unit pengertian, tempo dan irama dengan membuat variasi tekanan dan nada yang diperlukan dalam membaca.
     Setelah persiapan awal selesai Anda kerjakan, selanjutnya latihan dapat diteruskan dengan latihan pembacaan secara keseluruha. Sebelum latuhan pembacaan dilaksanakan Anda membubuhkan tanda-tanda tertentu yang berfungsi sebagai catatan (panduan pembacaan). Catatan-catatan yang Anda buat dapat berupa.
a.       Tanda berhenti (pause):    /           berhenti sebentar (untuk satuan pengertian kecil)
//   berhenti lebih lama (untuk satuan pengertian lebih             besar)
b.      Intonasi:  
                                                               Intonasi naik                
                                                               Intonasi datar
                                                                Intonasi turun

c.       Tekanan kata (stress)                    _ _ _   pemberian tekanan pada kata-kata yang penting

pemberian tekanan pada kata-kata yang amat penting

d.      Puncak (pitch):
(diletakkan pada permulaan kata)                                     tinggi


 
                                                                                          Sedang


 
                                                                                          Rendah

Puisi adalah seni dari segala seni”. Kutipan dari perkataan Popo Iskandar seorang pelukis dan budayawan dari Bandung.Puisi adalah pernyataan dari keadaan atau kualitas hidup manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri sampai ke intinya. Apabila seseorang ingin menikmati puisi, ia harus memiliki kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai penyair.
             Ada sebuah cerita, sang penyair Moh. Iqbal kelahiran Sialkot – Punjab 22 pebruari 1873, keturunan dari Brahmana yang berasal dari Kashmir. Ia membacakan sebuah puisi karyanya di depan seorang filosof besar Prancis, yang ketika itu sakit lumpuh dapat terlompat berdiri dari kursinya, karena tergugah oleh keadaan isi puisi sang penyair (judul; LA TASUBU DZAHRA;Jangan Melalaikan waktu). Isi puisi itu mengambil tema dari hadist Nabi.
             Timbul pertanyaanpada diri kita, mengapa bisa terjadi seprti itu ?. Jawabnya tidak lain adalah, karena karya cipta sastra (terutama puisi) lebih dekat dengan kehidupan kita. Puisi di gali dari kehidupan. Jadi, antara hidup dan puisi tak ada jarak pemisah, hidup adalah manifestasi puitis.
 “Saya mencintai puisi” kata sang penyair, “sebagaimana saya mencintai hidup ini”.
             Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran / tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair. Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain :
1.      Interpretasi    : penafsiran / pemahaman makna puisi.
Dalam proses ini di perlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.
2.    Vocal
a.       Artikulasi       :   Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
b.      Diksi               :   Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
c.       Tempo             :   Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Dimana harus ada jedah, dimana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
d.      Dinamika       :   Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton terutama pada saat lomba baca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dank eras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
e.       Modulasi         :   Merubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
f.       Intonasi          :   Tekanan dan laju kalimat.
g.      Jedah              :    Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
h.      Pernafasan     :    Biasanya dalam puisi yang di gunakan adalah pernafasan perut.
3.    Penampilan     : salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawadan meyakinkan (tidak demam panggung).
a.       Gerak             :   Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak
b.      tubuh atau tangan jangan sampai klise.
c.       Komunikasi    :   Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaandan jiwa audience.
d.      Expresi           :   Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspekdiatas dengan ekspresi yang pas dan wajar (don’t overact).
e.       Konsentrasi    :   Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
Dengan pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi
Bacalah puisi berikut:





BELANTARA MENANGIS
Hindah Sumaiyah
Amarahku tertekan
Cercaan lancipmu menancap jantungku
Atas nama materi,
Kau bunuh nenek – nenekku
Ingin ku hadiahi kau dengan gouillotine
Agar kau rasakan detik raja louis XVI
di tahun 1793
Tak bisakah kau beri aku liberte?
Tatap aku dengan teleskop......
Agar kau lihat bima sakti auraku menyeruak
Dan auflakarungmu akan menyetrum alam sadarmu
Sebelum ku kirim badai samudra yang meluluh – lantakan anak cucumu
Ranah Kompak, 25 oktober 2009

LUKAKU EGOMU
Hindah Sumaiyah
Ku tatap lekat – lekat seluruh hasrat
yang ada hanya pekat
semburat kecewa
yang timbul dari hasrat yang tak tertuang

Kan ku hanyutkan kau dalam lautan
yang ku buat dari air mata – mata air kami

Tenggorokku tercekat
tak ada kata yang terucap
Aku mati terbunuh diri
karena ego yang tak bertepi
Dan kau mutilasi aku dengan sinso saktimu

Tapi dunia belum akan berakhir

Ranah Kompak, 12 oktober 2009





MAKNAMU
Hindah Sumaiyah
Gemuruh keindahan
bising yang mendamaikan
Tangan melempari batu dengan air
Kaki menyumbat arus – namun air tak tinggal diam
mencari arah
bertarung dengan kehidupan

Tak ada kata menyerah – meski tiap sudut telah ku tutup
Aku diam
ku dengarkan pesan – petuah air

Ikan mulai menyenggol – merengek kepadaku
Kau ingin bernostalgia sesuatu? Tanyaku
Hanya riang yang ia tampilkan
Ku belai batu penuh ragu
Takkah kau bosan dengan diammu?

     Ranah Kompak, 25 oktober 2009
D.    Model Pembelajaran
1.      Model       : Pembelajaran kooperatif dan kontekstual (E-learning)
2.      Metode : Presentasi, diskusi, dan tanya jawab
3.      Strategi:

E.     Langkah-langkah kegiatan
Pendahuluan (25’)
Apersepsi
Guru memperdengarkan pembacaan puisi.

Terlaksana/tidak
Kegiatan inti (130’)
1.     Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk berperan aktifdalam aktivitas pemecahan masalah
2.     Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang bergubungan dengan pembacaan puisi
3.     Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan eksperimen pembacaan puisi
4.     Guru membantu merencanakan menyiapkan ujuk performen dalam pembacaan puisi



Terlaksana/tidak
Penutup (20’)
1.     Guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
2.     Guru dan siswa merefleksikan materi yang telah dipelajari.

Terlaksana/tidak

F.     Sumber Pembelajaran
1.      Tiep Recorder
2.      Kumpulan puisi
3.      LP 1 dan Kunci LP 1
4.      LP 2 Lembar pengamatan aktivitas siswa
Daftar Pustaka
Gani, Rizanur. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: P3GB.
Pradopo, Rahmad Joko. 1987.  Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
          UP.
Rahmanto. B. 1988.  Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Roekan. 1991.  Menulis Kreatif. Malang: YA3.
Saini. K.M. 1992.  Puisi dan Beberapa Masalahnya. Bandung: ITB.
Sayuti, Suminto. A. 2001.Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta:Hama
 Media.











KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN MEMBACA
No
INDIKATOR
TUJUAN PEMBELAJARAN
LEMBAR PENILAIAN & BUTIR SOAL
KUNCI LEMBAR PENILAIAN
1.
Siswa mampu
·   Membaca  puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
·   Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
·   Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat
Siswa dapat:
·         Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, ekspresi dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi.
·         Membaca puisi dengan menempatkan jeda yang tepat.
·         Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi.
·         Memberi saran perbaikan pembacaan puisi yang kurang tepat


2.
Keterampilan sosial: melakukan komunikasi dalam diskusi,taya jawab, dan presentasi
1.      Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan gagasan hasil membaca cepat.

2. Siswa mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas


LEMBAR AKTIVITAS SISWA
Tujuan: Agar pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat berjalan dengan baik, siswa harus aktif dan saling membantu satu sama lain. Pengamatan ini akan medapatkan gambaran perilaku siswa pada saat di dalam kelas ataupun diluar kelas.

Petunjuk: Amati kelas dari mulai sampai dengan penutup. Setiap aktivitas siswa baik pada saat bekerja berkelompok maupun sendiri. Berilah tanda  ceklis (V) untuk setiap aspek yang teramati. Sebagai seorang pengamat, seyogyanya Anda harus dekat dengan siswa.
No
Aktivitas Siswa
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

10.
Membaca pembacaan puisi
Menngerjakan tugas
Mendiskusikan tugas kelompok
Membaca puisi
Bertanya kepada guru
Menginformasikan pendapat ( masukan, kritikan) kepada siswa yang lain
Perilaku tidak relevan
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
Total skor frekuensi
………………..
Pengamat

(………….)
 LEMBAR KEGIATAN SISWA

1.  Siswa memilih puisi yang dikuasai.
2.  Siswa  membaca puisi dengan lafal, tekanan, dan intonasi.

Contoh Puisi
Layang-layang

Sebuah layang-layang, layang-layang siapa
Melintasi mega
Namun tiada merdeka
Benang panjang membelitnya dalam udara terbuka
    
Ingin ia terbang makin tinggi
Tapi Cuma mimpi

Sebuah laying-layang, laying-layang siapa
Terjepit di ranting trembesi
Tinggal rangka kini
: layang-layang siapa
                                                            Tengsoe Tjahjono
LEMBAR PENILAIAN PEMBACAN PUISI
No.
NAMA SISWA
JUDUL PUISI
ASPEK YANG DINILAI
SKOR
Lafal
25
Intonasi
25
Tekanan
20


































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah                     : SMA/MA
Mata Pelajaran          : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester         : X/I
Alokasi Waktu          : 4 x 45menit

Standar Kompetensi:
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen

Kompetensi Dasar
                                             3.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

Pokok Bahasan
Membaca cerpen
A.    Indikator
Siswa mampu
a.       Menemukan nilai-nilai dalam cerpen.
b.      Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan sehari hari.
c.       Mendiskusikan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

Keterampilan Sosial
·     Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)  cerita pendek yang telah dibaca
·     Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari

B.     Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat membaca serta memahami cerita pendek dari Majalah.
2.  Siawa dapat menemukan nilai-nilai dalam cerpen.
3.  Siswa dapat membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari.
4.  Siswa dapat mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen

C.    Materi Pelajaran
  Naskah Cerita Pendek
v Nilai Budaya
v Nilai Moral
v Nilai Agama
v Nilai Politik
v Nilai Sejarah

A.    Pengertian Cerpen
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003:210) memaparkan bahwa “Cerita pendek adalah kisaha pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan, dan memusatkan diri pada satu tokoh di satu situasi (suatu ketika).”
            Kemudian Notosusanto dalam Tarigan (1993:176) menyatakan bahwa “Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5.000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat pada dirinya sendiri.”
            Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah kisahan pendek yang panjangnya kira-kira 5.000-10.000 kata yang memberikan kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh.
            Sebuah cerita pendek merupakan sebuah totalitas, cerita pendek mempunyai unsure-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Untuk dapat menghasilkan sebuah karya cerita pendek yang baik, seorang pengarang harus memperhatikan dua unsur penting yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Pada penelitian ini hanya difokuskan pada unsure penokohan yang terdapat dalam unsur intrinsik.
            Tarigan (1993 : 177) mengemukakan ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut :
1)      ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, intensif
2)      bahasa cerpen haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian
3)      cerpen harus mengandung interpretasi  pengarang tentang konsepsinya
4)      sebuah cerpen harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca
5)      cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca
6)      dalam cerpen sebuah insiden yang menguasai jalan cerita
7)      cerpen harus mempunyai pelaku utama
8)      cerpen bergantung pada satu situasi
9)      cerpen memberi impresi tunggal
10)  cerpen memberikan satu kebulatan efek
11)  cerpen menyajikan satu emosi
12)  jumlah kata-kata dalam cerpen biasanya dibawah 10.000 kata
B. Unsur-unsur yang Membangun Sebuah Prosa fiksi.
Prosa fiksi memiliki dua unsur dalam proses penciptaannya yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, yaitu;

1. Unsur Intrinsik dalam Prosa fiksi
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, dan unsur-unsur ini pula yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra yang secara faktual dan imajinatif akan dijumpat oleh penikmat sastra itu bila menikmati sebuah karya sastra yang dibacanya".

a) Tema
Kosasih (2004:25) menerangkan bahwa "tema merupakan ide yang menjadi pokok pembicaraan atau atau ide pokok suatu tulisan". Tema merupakan emosional yang amat penting dari suatu cerita, karena dengan dasar itu pengarang dapat
mengembangkan ide ceritanya, jadi tema adalah ide sentral (utama) didalam sebuah karya sastra yang mendasari suatu cerita.

b) Alur
kosasih (2004:52) menyatakan bahwa, alur atau plot adalah sebagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra. Alur disebut juga dengan jalan cerita yang disusun hingga sebuah karya sastra itu mampu menarik perhatian penikmat sastra untuk mengetahui peristiwa-peristiwa selanjutnya didalam sebuah prosa fiksi itu sendiri.
Dengan demikian alur adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun saling berkaitan hingga mampu menghasilkan sebuah karya sastra yang lebih inofatif.

c) Amanat
Amanat diartikan sebagai pesan, ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disamakan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Pada umumnya amanat yang diungkapan oleh pengarang dalam sebuah cerita dapat kita jumpai secara implisit dan eksplisit dalam karya sastra. Implinsit misalnya disiratkan dalam memahami karakter tokoh. Sedangkan eksplisit bila dalam tengah atau akhir cerita pengarang menyampaikan pesan, saran, nasehat, pemikiran dan sebagainya.

  d) Perwatakan (penokohan)
Dalam cerita fiksi perwatakan erat kaitannya dengan alur, sebab sebuah alur penceritaan pada prosa fiksi terlihat jelas berdasarkan gambaran-gambaran watak-watak tokoh yang menunjang bagian-bagian cerita yang dibuat secara sistematis akan menghasilkan sebuah cerita yang menarik.
Menurut Suroto (2005:29) menyatakan "Perwatakan adalah bagian pengarang menampilkan tokoh-tokoh didalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut mengakhiri cerita yang kronologis".

2. Unsur-unsur Ekstrinsik di dalam Prosa fiksi
Menurut Yani dan Mumu (2005:275), ”Unsur-unsur ekstrinsik satra adalah unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari luar sastra. Unsur ini meliputi nilai agama, sosial, politik, pendidikan, dan psikologi”. Kemudian Semi (1994:35) menyatakan ”Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di luar sastra dan ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial, ekonomi, kebudayaan, moral, keagamaan dan tata nilai yang dianut masyarakat.”
Sukada (1993:50) menyatakan, ”Analisis aspek ekstrinsik karya sastra adalah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya itu sendiri”. Analisis aspek ekstrinsik ini meliputi faktor historis, sosial, psikologis, dan faktor filosofis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa struktur luar (ekstrinsik) adalah semua unsur yang membangun karya sastra dari luar diri karya sastra itu sendiri, yang mana unsur-unsur luar tersebut terdapat dalam prosa fiksi ”lima kelopak mawar berbisa karya Ria Jumriati” antara lain:
l. Politik
Cahyono (1997:40) menyatakan politik yang dimaksud dalam kontes ini adalalah hal-hal yang berkenaan dengan kenegaraan, dasar-dasar pemerintahan, segala tindakan atau urusan mengenai pemerintahan, dan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, karena bagaimana juga politik tidak dapat dilepas dari tuntutan idiologi.

2. Pendidikan  
Menurut Henderson (1959:44), ”Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir”. Jadi, makna pendidikan merupakan usaha memaksimalkan peranan pengajar di sekolah dan pendidikan di luar sekolah.
Dengan demikian karya sastra dapat juga dipandang sebagai sarana pendidikan yang baik bagi manusia, karena didalam karya sastra seorang sastrawan akan membagun sebuah cerita atas dasar kehidupan yang rill, sehingga penikmat sastra dapat belajar melalui hasil karya sastra yang banyak mengandung nasehat-nasehat moral yang telah disampaikan.
.
3. Agama
            Sebuah karya sastra khususnya prosa fiksi, agama juga ikut berperan dalam kehidupan pengarang, karena tidak sedikit seoarang sastrawan mengangkat tema keagamaan untuk mendukung rangkaaian penceritaan prosa fiksi yang diciptakan sehingga mampu menjadi pembelajaran bagi siapa saja yang membacanya.
            Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan menyadri bahwa tidak ada kebenaran dan kekuatan yang hakiki selain kekuatan-Nya. Dalam ajaran agama manusia mendapatkan pedoman atau petunjuk untuk mendapatkan keselamatan. Hal ini sesuai dengan ungkapan Rosidi (1987:18), ”Agama adalah pengikatan diri kepada Tuhan untuk mendapatkan keselamatan sebagai tujuan akhir kehidupan manusia”.
Berdasarkan pendapat di atas, unsur agama adalah cara pandang manusia mengenai penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat pada beberapa hal pokok dalam bertingkah laku pada sesamanya.

4. Sosial
Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia hidup harus sal ing berhubungan antara yang satu dengan yang lain, atas dasar itulah manusia dinamakan makhluk sosial.
Menurut Poerwadarminta (1985 : 26 ) "keseimbangan sosial terjadi apabila atifitas yang dilakukan tidak bertentangan dengan norma-norma, nlai-nilai, aturan-aturan dan etika kemasyarakat yang berlaku, sedangkan goncangan sosial terjadi diakibatkan tidak adanya kesesuaian itu semua serta faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi jiwa seseorang".
             Dengan demikian keterkaitan sebuah karya sastra dalam kehidupan sosial adalah sebuah peranan penting dalam karya sastra yang melukiskan kehidupan manusia sehari-hari yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia, baik membawa kearah yang posif maupun yang membawa kearah negatif yang diakibatkan oleh lingkungan sosial yang ada dikehidupan sehari-harinya.



5.Psikologi
            Psikologi adalah studi mengenai proses prilaku dan proses mental, dalam hal ini karya sastra menyajikan situasi yang terkadang fantastis yaitu lebih menarik seperti halnya tuturan untuk menggambarkan kehidupan sosial dalam karya sastra.
Menurut Rene dan Austin (1993 : 90)  Psikologi dalam karya sastra  dapat dilihat  maupun dipelajari dalam empat istilah yaitu yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, yang kedua adalah sebagai studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipedan hokum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan yang keempat  mempelajari dampak sastra pada pembaca.

Teori Dasar Psikologi Sastra
 Sastra sebagai “Gejala kejiwaan”, di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologis. Sastra dan psikologi terlalu dekat hubungannya. Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.
Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner. Sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia yang riil. Namun, keduanya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia, karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap sang pengarang tak mampu diamati oleh psikolog, atau sebaliknya.
Secara sederhana psikologi sastra dapat diartikan sebagai gabungan disiplin psikologi dan sastra. Hartoko (dalam Endraswara, 2008: 71) menjelaskan bahwa, “psikologi sastra” adalah cabang ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi”. Psikologi sastra adalah ilmu yang mempelajari sastra dari sisi psikologi. Gabungan kedua disiplin ilmu itu dilakukan karena tuntutan sastra sulit ditawar-tawar lagi karena di dalamnya juga mengisahkan kondisi psikologis, terkait dengan tiga kutub sastra, yaitu teks, pengarang, dan pembaca.
Pada hakikatnya dalam menganalis sebuah prosa fiksi  seorang peneliti harus mengetahui pentingnya psikologi satra dalam menggali sistem berfikir, logika, angan-angan dan cita-cita hidup yang ekspresif dan tidak sekedar sebuah rasionalisasi hidup. Di mana sebuah perasaan takut, was-was, histeris, aman, yang menjadi kajian psikologi yang paling utama di dalam sastra.
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa sastra sebenarnya dapat dijadikan objek penelitian kejiwaan. Sastra dapat membantu psikologi atau pun sebaliknya. Belajar kejiwaan dari sastra mungkin jauh lebih intens dibandingkan dalam dunia nyata. Lebih dari itu, sastra akan menawarkan sejumlah rekaan manusia. Psikologi juga akan menawarkan sederet kejiwaan manusia. Titik temu keduanya dapat digabung menjadi psikologi sastra. Melalui psikologi sastra, misteri di antara dua disiplin ini akan terjawab.
Psikologi adalah studi mengenai proses prilaku dan proses mental, dalam hal ini karya sastra menyajikan situasi yang terkadang fantastis yaitu lebih menarik seperti halnya tuturan untuk menggambarkan kehidupan sosial dalam karya sastra.
Menurut Rene dan Austin (1993 : 90)  Psikologi dalam karya sastra  dapat dilihat  maupun dipelajari dalam empat istilah yaitu yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, yang kedua adalah sebagai studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipedan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan yang keempat  mempelajari dampak sastra pada pembaca.
Telah dinyatakan dalam latar belakang bahwa salah satu cara untuk dapat memehami sebuah karya sastra khususnya pada prosa fiksi, bukan dengan menggunakan metode teori saja, melainkan dapat menggunakan dengan bidang keilmuan lainnya dan salah satunya bidang psikologi yaitu ilmu yang mengandung nilai psikologi.
Psikologi merupakan ilmu kehidupan mental dan prilaku manusia, proses organisme hidup dan proses prilaku termasuk fenomene-fenomena dan perasaan, keinginan, kondisi berfikir logis dan kepastian.
Menurut Prayitno (1992 :4) “kecendrungan berfikir dan dan beremosi pada manusia dipengaruhi oleh pengalaman atau kesan dan kebiasaan berfikir dan beremosi yang telah dimiliki semenjak manusia dalam kandunagan”. Dengan demikian pendekatan psikologi dalam karya sastra memiliki hubungan yang fungsional yakni sama-sama berguna untuk mempelajari keadaan jiwa seseorang. Hanya perbedaannya kejiwaan dalam karya sastra adalah gejala-gejala dari manusia yang rill, namaun keduannya dapat saling melengkapi untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap kejiwaan manusia.
            Atar Semi juga mengatakan, “Bahwa dari berbagai cabang psikologi, psikologi analisalah yang banyak mempunyai hubungan dengan sastra”. Psikologi analisa atau lebih sering disebut psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi satra.
Psiko-analisa ini dipelopori oleh  Sigmud Freud adalah suatu prinsip-prinsip psikoanalisis adalah :
a.       Lapisan kejiwaan yang paling dalam adalah lapisan bawah sadar atau daya hidup yang berbentuk dorongan seksual dan perasaan-perasaan lain yang mendorong manusia mencari kesenangan dan kegairahan.
b.      Pengalaman sewaktu bayi dan sewaktu anak-anak, banyak mempengaruhi sikap hidup dimasa yang akan datang.
c.       Semua ide atau pikiran yang ada tetap penting biladihubungkan dengan daerah bawah sadar.
d.      Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar dengan keinginanan yang muncul dari luar.
e.       Emosi bersifat dwirasa, tidak ada sifat emosi yang datang dari satu jenis.
f.       Sebagian konflik dapat diselesaikan atau disembunyikan dengan cara yang dapat diterima. Apabila ia mampu keluar dari konflik itu disebut sublimasi, tetapi bila gagal ia akan menyerupai neorosis, yaitu konflik emosi di dasar jiwa.
Dalam kajian psikologi sastra selanjutnya, akan berusaha mengungkapkan teori psikologianalisis yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain sering berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lainmerupakan produk intreraksi ketiganya.
            Tingkatan psikogianalisis lebih cenderung kepada struktur dari psikologi kepribadian, Freud (dalam Suwardi 2003 : 105) merumuskan bahwa seluk beluk jiwa manusia tersusun dalam tiga tingkatan, yaitu, Id (libido atau dorongan dasar), ego (peraturan  secara sadar antara id dan realitas luar), dan super ego (penuntun moral dan aspirasi seseorang). Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini memiliki fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja,dinamisme dan mekanismenya sendiri namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga begitu sulit (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah manusia.

D.    Model Pembelajaran
4.      Model       : Pembelajaran kooperatif dan kontekstual
5.      Metode     : Presentasi, diskusi, dan tanya jawab
6.      Strategi     :

E.     Langkah-langkah kegiatan

Pendahuluan (25’)
1.        Menggali pengalaman tentang unsur-unsur intrinsi cerita pendek.



Terlaksana/tidak
Kegiatan inti (130’)
1   Mengajak siswa untuk membaca salah satu cerpen yang berjudul “ Senyum Kariamin”
1.Mencatan pokok-pokok cerita
2.Menceritakan kembali isi cerpen di depan kelas.
3.Menemukan nilai-nilai dalam cerpen.
4.Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita dengan kehidupan sehari-hari.
5.Mendiskusikan cerpen
6.Menggunakan kosakata sesuai dengan situasi dan konteks
7.Menceritakan kembali isi cerita tersebut.
8.Membuat daftar pertanyaan berkaitan cerpen yang telah dibaca.


Terlaksana/tidak
Penutup (20’)
1.   Menyimpulkan isi cerpen “Senyum Kariamin”
2.   Memberi tugas memilih jawaban yang tepat tentang cerpen “Senyum Kariamin”
3.   Menutup pelajaran dengan salam

Terlaksana/tidak
                              
F.     Sumber Pembelajaran
1.      Pemodelan
2.      Kumpulan cerpen
3.      LP 1 dan Kunci LP 1
4.      LP 2 Lembar pengamatan aktivitas siswa
Daftar Pustaka
Gani, Rizanur. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: P3GB.
Pradopo, Rahmad Joko. 1987.  Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
          UP.
Rahmanto. B. 1988.  Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Roekan. 1991.  Menulis Kreatif. Malang: YA3.
Saini. K.M. 1992.  Puisi dan Beberapa Masalahnya. Bandung: ITB.
Sayuti, Suminto. A. 2001.Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta:Hama
 Media.














KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN MEMBACA
No
INDIKATOR
TUJUAN PEMBELAJARAN
LEMBAR PENILAIAN & BUTIR SOAL
KUNCI LEMBAR PENILAIAN
1.
·     Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)  cerita pendek yang telah dibaca
·     Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
1. Siswa dapat membaca serta memahami cerita pendek dari Majalah.
2.  Siawa dapat menemukan nilai-nilai dalam cerpen.
3.  Siswa dapat membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari.
4.  Siswa dapat mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen


2.
Keterampilan sosial: melakukan komunikasi dalam diskusi,taya jawab, dan presentasi
1.      Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan gagasan hasil membaca cepat.
2. Siswa mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas




LEMBAR AKTIVITAS SISWA
Tujuan: Agar pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat berjalan dengan baik, siswa harus aktif dan saling membantu satu dama lain. Pengamatan ini akan medapatkan gambaran perilaku siswa pada saat di dalam kelas ataupun diluar kelas.
    
Petunjuk: Amati kelas dari mulai sampai dengan penutup. Setiap aktivitas siswa baik pada saat bekerja berkelompok amaupun sendiri. Berilah tanda  ceklis (V) untuk setiap aspek yang teramati. Sebagai seorang pengamat, seyogyanya Anda harus dekat dengan siswa.
No
Aktivitas Siswa
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
10.
Membentuk kelompok diskusi
Menngerjakan tugas
Mendiskusikan tugas kelompok
Mempresentasikan hasil diskusi
Bertanya kepada guru
Menginformasikan pendapat ( masukan, kritikan) kepada siswa yang lain
Perilaku tidak relevan
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
Total skor frekuensi
………………..
                                                                              Pengamat
                                                                              (………….)

LEMBAR KERJA SISWA

a.  Bacalah cerpen yang berjudul “Senyum Kariamin”, catat lah isi pokok ceritanya !
b. Ceritakanlah kembali isi cerita tersebut di depan kelas
c.  Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut !
d.  Bandingkanlah nilai-nilai yang terdapat dalam cerita dengan kehidupan sehari-hari. Jawablah pertanyaan berikut !
§ Pernahkah kalian mengalami kejadian seperti dalam cerpen “Senyum Kariamin” ?
§ Pernahkah kalian mengalami isi kejadian dalam cerpen tersebut ?
§ Adakah watak teman atau urang yang kalian kenal yang mirip dengan tokoh dalam cerpen ?











Cerpen
MEREKA DAN ORANG-ORANG ITU
OLEH: ATI ROSMIATI  
“Ayo kita kumpulkan semua teman-teman dan mengadakan rapat!”
“Setuju, kita rapat di rumah saya saja, di sana lebih aman dan saya pastikan tidak akan ada mata-mata”

 Setelah semua berkumpul dimulailah rapat. Rapat untuk membahas perlakuan orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan tidak memiliki perasaan. Ya, tentu saja orang-orang yang dengan tega menangkap teman dan anggota keluarga kami. Mereka bukan hanya menangkap, tetapi juga memenjara, memberi makan banyak lalu akhirnya mengadakan pembunuhan masal. Bukan hanya itu, mereka juga memutilasi tubuh kami hingga potongan kecil.

“ Bagaimana saudara-saudara apakah kalian setuju jika kita adakan perlawanan?”
Setuju…”jawab yang lain secara serempak.
“Kalau perlu kita adakan demonstrasi secar besar-besaran”. Jawab yang lain dari belakang.
“Ya kita demo”, jawab yang lain dengan lebih lantang.
“Tidak usah capek-capek berdemo kita balas saja semua perbuatan mereka,” jawaban dari belakang.
“Bagaimana saudara-saudara, ada dua pilihan terserah kita memilih yang man asal dilakukan dengan damai,” jawaban dari bangku paling depan dengan bijaksana, mungkin dia pimpina sidang, terlihat dari gaya dia berbicara.
“Sudah, kita tidak usah lagi berdemo segala, kita balas saja mereka biar impas!” tambah yang lain pula.

Mereka terus bermusyawarah panjang lebar dan akhirnya sampai pada satu kesepakatan “mereka harus berdemo” karma hanya itu jalan awal dan ini adalah Negara demokratis dan Negara hokum.
“Bagaimana kalau kita laporkan saja mereka pada pihak yang berwajib?”
“Kita sudah pasti kalah karma hokum rimba selalu berlaku dimana-mana, yang kuat pasti menang”

Begitula mereka, aku juga tidak mengerti sebernarnya apa mau mereka tapi mungkin mereka ingin hidup bebas bukan hidup di dalam penjara.

“Apa yang harus dipersiapkan untuk demo dua minggu yang akan datang ?”
“Siapkan surat pemberitahuan kepada pihak-pihak tertentu terutama surat untuk kapolda atau kepolisian setempat dan surat pemberi tahuan kepada tempat kita berdemo”
“Kan sudah?”
“Ya, dan ini untuk konfirmasi ulang bahwa kita jadi melakukan aksi tersebut”

Lama tiada kabar dari orang-orang yang menangkap kami, ia juga tidak pernah masuk kepenjara ini. Sering sudah aku penasaran kepingin melihat seperti apa wajah mereka, apakah seperti kami? Tapi tidak karma orang-orang itu memiliki tubuh lebih besar, kami hanya mainan bagi mereka.
“Orang-orang itu datang!” ucap mereka
“ya, orang-orang itu datang”

Aku sangat takut, ingin aku bersembunyi di tempat yang tidak bias di lihat orang-orang itu tapi tidak mungkin karena penjara ini adalah milik orang-orang itu, tiap sudut pasti telah hafal.

“Saudara-saudara , harap tenang. Mereka belum sampai kita masih sempat bersiap-siap”ucap pemimpin tapi itu.
“Apa lagi yang bias kita lakukan sekarang?” teriak yang di belakang kembali dengan suara lantang.
“Tenang, begini, kita sudah di ambang maut yang bias kita lakukan hanyalah menyerang sebelum orang-orang itu menangkap kita.”

Semua menjadi tenang, satu persatu kerumu8nan bubar, mencari apa saja yang bias dijadikan alat untuk membela harga diri atau ada juga yang hanya termenung tak tahu arah.
     Beberapa saat kemudian orang-orang itu datang dan terjadilah peperangan. Perang yang sangat hebat. Semua orang berkelahi tanpa kecuali namun pada akhirnya hokum rimba memang benar “yang lemah selalu kalah”.
     Mereka ditangkap satu per satu dan lalu dimasukkan ke dalam mobil untuk di bawa ke tempat pemotongan ayam lalu akhirnya di bawa ke pajak.


SILABUS
Nama Sekolah                       : SMA /MA....
Mata Pelajaran          : Bahasa Indonesia
Kelas                         : X
Semester                   :  1
Standar Kompetensi : Membaca
7.      Memahami  wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan  cerpen
                                                                                      
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
7.1   Membacakan puisi  dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat

Puisi
·   Lafal
·   Tekanan
·   Intonasi
·   jeda





·     Membacakan  puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
·     Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
·     Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat
 
·     Membaca  puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
·     Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
·     Memperbaiki pembacaan puisi yang kurang tepat
 
Jenis Tagihan:
·     praktik


Bentuk Instrumen:
·     performansi
·      format pengamatan
4





Buku kumpulan puisi/ internet/

Media massa
7.2     Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
Naskah cerpen
· Unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat)

·     Membaca cerpen
·     Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)  cerita pendek yang telah dibaca
·     Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
·     Menuliskan isi cerita pendek secara ringkas

·     Mengidentifikasi unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)  cerita pendek yang telah dibaca
·     Mengaitkan unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari

Jenis Tagihan:
·     tugas Individu
·     tugas kelompok
·      ulangan

Bentuk Instrumen:
·                     uraian bebas
·                     pilihan ganda
·                     jawaban singkat
4
Buku kumpulan cerpen/

Media massa/ internet