RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA/MA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester :
X/I
Alokasi Waktu : 4 x 45menit
Standar
Kompetensi:
1. Memahami
wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen
Kompetensi
Dasar
Membacakan
puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat
Pokok
Bahasan
Membacakan puisi dengan
lafal, nada, tekanan, dan intonasi
A. Indikator
Siswa mampu
·Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan,
dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
·Membahas
pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
·Memperbaiki
pembacaan puisi yang kurang tepat
Keterampilan Sosial
1. Siswa
mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan gagasan
hasil membaca ekstensif.
2.
Siswa mampu menerima gagasan dukungan
ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas.
B.
Tujuan
Pembelajaran
Siswa dapat:
·
Membaca
puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, ekspresi dan intonasi yang sesuai
dengan isi puisi.
·
Membaca
puisi dengan menempatkan jeda yang tepat.
·
Membahas
pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi.
·
Memberi
saran perbaikan pembacaan puisi yang kurang tepat
C.
Materi
Pelajaran
Puisi
· Lafal
· Tekanan
· Intonasi
· Jeda
A. TEKNIK
MEMBACA PUISI
Dewasa ini kegiatan membaca puisi tidak
hanya dilakukan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas.
Membaca puisi sebagai salah satu wujud ekspresi seni baca sastra tumbuh dengan
subur ditengah-tengah masyarakat kita. Hampir dapat dipastikan, pada setiap peringatan
hari besar nasional, hari besar keagamaan, peristiwa-peristiwa penting dalam
masyarakat salah satu bentuk kesenian yang ditampilkan adalah seni baca puisi.
Kenyataan ini barangkali merupakan salah satu dampak dari sejumlah usaha yang
dilakukan para guru, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia, yang
dengan tekun membina kemampuan ini pada para siswa, terlepas dari kualitas
hasil binaan yang dilakukan.
Ada beberapa alasan yang mendorong
seseorang untuk membaca puisi. Beberapa alasan yaaang sering dikemukakan antara
lain, (1) untuk memperoleh kenikmatan, (2) menyampaikan informasi, dan (3)
melestarikan kebudayaan.
Pembacaan puisi dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk penampilan pembacaan. Bentuk yang paling sering kita jumpai
adalah pembaca melakukan pembacaan puisi dengan membawa serta teks puisi
(poetry reading). Meskipun pembaca pada umumnya sudah mengenal teks yang akan
dibacanya, pembacanya masih leluasa memanfaatkan teks yang dipegangnya selama
pembacaan beerlangsung. Bentuk yang kedua adalah deklamasi. Dengan deklamasi,
pembaca sebelumnya telah menghafalkan teks puisi yang akan dibacanya. Dalam
penampilan pembacaan selain melafalkan puisi yang telah dihafalkannya pembaca
juga akan menyertai pembacaan gerak-gerik (akting) yang berfungsi untuk
memperkuat penyampaian pesan atau makna puisi. Bentuk yang terakhir adalah
dramatisasi puisi. Dramatisasi puisi dapat diartikan sebagai kegiatan pembacaan
puisi dengan mengkreasikan bagian tertentu dari puisi yang dibacakan menjadi
suatu sajian dramatik. Sajian dramatik tersebut dapat berupa pembagian peran
untuk membaca bagian-bagian puisi yang berupa dialog dan narasi. Bahkan
dramatisasi puisi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan penataan
setting, tatasuara, tatalampu, dan tatabusana.
B. Persiapan
Membaca Puisi
Hazim
Amir (tanpa tahun) menjelaskan ada beberapa langkah-langkah yang perlu
dilakukan sebagai persiapan pembacaan puisi, seperti dalam uraian berikut.
1. Mempertimbangkan
Aspek Kesastraan
Langkah awal yang harus dilakukan seseorang
pembaca puisi adalah memilih puisi yang akan dibacakannya. Puisi yang akan
dibacakan seharusnya mengandung nilai-nilai kesastraan yang tinggi dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Totalitas sajak
1) Apakah puisi secara keseluruhan menggunakan kata-kata
terpilih sehingga mampu menimbulkan rasa “haru” pembaca dan pendengar?
2) Apakah puisi menyampaikan sesuatu (idea, bentuk) yang
baru dan memperkaya batin kita?
3) Apakah puisi melibatkan kita untuk memikirkan hal-hal
penting yang relevan dengan kemanusiaan, masyarakat, atau pribadi kita?
4) Apakah puisi menumbuh kembangkan visi hidup, kultural,
dan artistik sehingga kita menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah
tersebut?
5) Apakah puisi yang Anda pilih memiliki keseimbangan antara
ide dan bentuk?
6) Apakah penyair benar-benar menguasai masalah yang
diketengahkan dalam puisi dan memiliki jalan pikiran yang mudah diikuti?
b. Ide, pokok persoalan, dan tema
1) Apakah dalam puisi yang Anda pilih terdapat ide-ide baru
yang dikemukakan penyair dan ia tidak terjebak pada propaganda yang dangkal dan
klise?
2) Apakah penyair bersikap menggurui, sehingga puisi yang
ditulisnya menjadi ceramah yang berkepanjangan dan membosankan?
3) Bagaimana kadar bobot kebenaran ide-ide yang disampaikan,
ruang lingkup masalah yang diketengahkan, dan relevansinya dengan kenyataan
hidup?
c. Ekspresi penyampaian
1) Apakah penyair menggunakan ekspresi kebahasaan yang
segar, kreatif, dan penuh makna?
2) Apakah bahasa penyair tidak bersifat transparansi dan
prosaic?
3) Apakah bahasa yang dipilih penyair mampu membangun
imajinasi secara tepat?
4) Apakah penyair mempertimbangkan penggunaan irama secara
tepat?
2. Pertimbangan
Potensi Oratoris
Langkah yang kedua dalam persiapan membaca
puisi adalah mempertimbangkan potensi puisi jika dibacakan. Pada tahap ini kita
mempertimbangkan apakah larik-larik yang tertulis dalam sajak tersebut jika
dibacakan memiliki potensi satuan-satuan bunyi yang oratoris. Artinya,
satuan-satuan bunyi yang dapat menimbulkan efek kenikmatan, keharuan dan
menggiring pembaca pada proses perenungan akan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.
3. Mempertimbangkan
Tujuan Pembacaan
Hal penting yang perlu kita pertimbangkan
dalam persiapan pembacaan puisi adalah tujuan pembacaan. Tujuan pembacaan
menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis, tema, bentuk, bahasa, dan
sebagainya dari puisi yang akan kit abaca. Sebagai contoh, jika puisi yang kita
pilih untuk keperluan pendidikan apresiasi di sekolah hendaknya kita memilih
puisi-puisi yang sesuai dengan kemampuan bahasa, pengalaman hidup, kemampuan
mental/intelektual, dan kepekaan imajinasi siswa. Pada kesempatan lain, jika
puisi kita pilih untuk keperluan latihan ucapan sebaiknya kita pilih
puisi-puisi yang kaya akan variasi suara atau lafal.
4. Mempertimbangkan
Penonton
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih puisi jika akan dibacakan di hadapan sejumlah penonton, meliputi umur,
tingkat pendidikan, latar belakang, keyakinan dan cultural, pekerjaan dan
sebagainya. Dengan mempertimbangkan karakteristik penonton diharapkan interaksi
komunikasi antara pembaca dan penonton dapat dijalin dengan baik.
5. Pemahaman
dan Penghayatan Isi Puisi
Pemahaman dan penghayatan isi puisi sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan pembacaan puisi. Pemahaman dan penghayatan
isi puisi akan mempengaruhi performansi oratoris dan gerak-gerak penyerta yang
dilakukan pembaca. Untuk dapat memahami dan menghayati isi puisi diperlukan
hal-hal berikut ini.
a. Pengetahuan yang luas tentang hidup, manusia, dan
problema kemanusian. Penegathuan ini dapat diporelah dari pengalaman langsung,
pengamatan, maupun dari bahan bacaan.
b. Kekayaan pengalaman yang berkaitan dengan seluk beluk
kehidupan baik yang diperoleh secara langsung maupun pengamatan secara cermat.
c. Sikap yang baik terhadap puisi. Artinya, pembaca tidak
terlalu terbuka, penuh prasangka, atau tinggi hati terhadap karya
penyair-penyair tertentu. Pembaca harus bersikap objektif dan penuh simpati
terhadap persoalan-persoalan yang diketengahkan penyair dalam puisinya.
6. Penghayatan
Ekspresi Penyampaian
Untuk dapat menghayati ekspresi penyampaian diperlukan
pengetahuan dan pengalaman apresiasi sastra yang luas. Pengetahuan apresiasi
ini meliputi pengetahuan tentang jenis-jenis puisi, unsure-unsur yang membangun
puisi baik unsure-unsur segmental (bahasa) maupun unsure segmental (bunyi,
nada, tekanan, jeda, dan tempo). Adapun pengalaman apresiasi puisi dapat
diperoleh dengan cara latihan menganalisis unsure-unsur yang membangun sebuah
pusis. Dengan latihan analisis puisi secara tekun dan terus-menerus, maka
kemampuan berpikir dan kepekaan imajinasi akan ikut terasah. Pengetahuan dan
pengalaman apresiasi yang luas ini akan sangat membantu pembaca melakukan
penghayatan ekpresi penyampaian.
7. Pengahayatan
Potensi Oratori
Latihan penghayatan potensi oratoris dapat
dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini.
a. Penghayatan atas masing-masing bunyi (bunyi desah, tajam,
keras, lembut, dan sebagainya)
b. Penghayatan atas tempo (variasi, ritme, pause-pause cepat
lambatnya pengucapan berdasarkan atas panjang pendek masing-masing bunyi)
c.
Penghayatan atas tekanan kata.
C.
Latihan
Pembacaan
Sebelum melaksanakan pembacaan puisi, latihan dapat
diawali dengan latihan suara dan organ suara. Latihan ini dilakukan dengan
tujuan untuk membuat persiapan awal sebelum melaksanakan pembacaan. Persiapan
awal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (1) latihan
kelenturan mulut, latihan mengucapkan lirik-lirik lagu secara jelas, latihan
nafas, dan latuhan proyeksi suara. Apabila latihan ini telah selesai Anda
kerjakan, latihan dapat diteruskan dengan latihan pengucapan kata, frasa,
unit-unit pengertian, tempo dan irama dengan membuat variasi tekanan dan nada
yang diperlukan dalam membaca.
Setelah persiapan awal selesai Anda
kerjakan, selanjutnya latihan dapat diteruskan dengan latihan pembacaan secara
keseluruha. Sebelum latuhan pembacaan dilaksanakan Anda membubuhkan tanda-tanda
tertentu yang berfungsi sebagai catatan (panduan pembacaan). Catatan-catatan
yang Anda buat dapat berupa.
a. Tanda berhenti (pause): / berhenti
sebentar (untuk satuan pengertian kecil)
// berhenti lebih lama (untuk satuan pengertian lebih
besar)
b.
Intonasi:
Intonasi
naik
Intonasi
datar
Intonasi turun
c. Tekanan kata (stress) _
_ _ pemberian
tekanan pada kata-kata yang penting
pemberian
tekanan pada kata-kata yang amat penting
d.
Puncak (pitch):
(diletakkan pada
permulaan kata) tinggi
Sedang
Rendah
Puisi
adalah seni dari segala seni”. Kutipan dari perkataan Popo Iskandar seorang
pelukis dan budayawan dari Bandung.Puisi adalah pernyataan dari keadaan atau
kualitas hidup manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri sampai ke
intinya. Apabila seseorang ingin menikmati puisi, ia harus memiliki kemampuan
untuk menempatkan dirinya sebagai penyair.
Ada sebuah cerita, sang penyair Moh. Iqbal kelahiran Sialkot – Punjab
22 pebruari 1873, keturunan dari Brahmana yang berasal dari Kashmir.
Ia membacakan sebuah puisi karyanya di depan seorang filosof besar Prancis,
yang ketika itu sakit lumpuh dapat terlompat berdiri dari kursinya, karena
tergugah oleh keadaan isi puisi sang penyair (judul; LA TASUBU DZAHRA;Jangan
Melalaikan waktu). Isi puisi itu mengambil tema dari hadist Nabi.
Timbul pertanyaanpada diri kita, mengapa bisa terjadi seprti itu ?. Jawabnya
tidak lain adalah, karena karya cipta sastra (terutama puisi) lebih dekat
dengan kehidupan kita. Puisi di gali dari kehidupan. Jadi, antara hidup dan
puisi tak ada jarak pemisah, hidup adalah manifestasi puitis.
“Saya
mencintai puisi” kata sang penyair, “sebagaimana saya mencintai hidup ini”.
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran / tujuan makna dari
puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair. Ada beberapa tahapan yang
harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain :
1. Interpretasi : penafsiran / pemahaman
makna puisi.
Dalam
proses ini di perlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedah
isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh
pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian
kata yang tersurat.
2. Vocal
a. Artikulasi
: Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
b. Diksi
: Pengucapan kata demi
kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
c. Tempo
: Cepat lambatnya
pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan menyesuaikan dengan kekuatan
nafas. Dimana harus ada jedah, dimana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
d. Dinamika
: Lemah kerasnya suara
(setidaknya harus sampai pada penonton terutama pada saat lomba baca puisi).
Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik
turunnya volume dank eras lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di
saat naik turunnya nada suara.
e. Modulasi
: Merubah (perubahan)
suara dalam membaca puisi.
f. Intonasi
: Tekanan dan laju
kalimat.
g. Jedah
: Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
h. Pernafasan : Biasanya dalam
puisi yang di gunakan adalah pernafasan perut.
3. Penampilan :
salah satu factor keberhasilan
seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau performance diatas pentas.
Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawadan meyakinkan
(tidak demam panggung).
a. Gerak
: Gerakan seseorang
membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang dibaca. Gerak
b. tubuh atau tangan jangan sampai
klise.
c. Komunikasi : Pada saat kita membaca
puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan menggetarkan perasaandan jiwa
audience.
d. Expresi
: Tampakkan hasil
pemahaman, penghayatan dan segala aspekdiatas dengan ekspresi yang pas dan
wajar (don’t overact).
e. Konsentrasi : Pemusatan pikiran
terhadap isi puisi yang akan kita baca.
Dengan
pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi bukan sekedar
menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa
sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair,
bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi
Bacalah
puisi berikut:
BELANTARA
MENANGIS
Hindah
Sumaiyah
Amarahku tertekan
Cercaan lancipmu menancap jantungku
Atas nama materi,
Kau bunuh nenek – nenekku
Ingin ku hadiahi kau dengan gouillotine
Agar kau rasakan detik raja louis XVI
di tahun 1793
Tak bisakah kau beri aku liberte?
Tatap aku dengan teleskop......
Agar kau lihat bima sakti auraku menyeruak
Dan auflakarungmu akan menyetrum alam sadarmu
Sebelum ku kirim badai samudra yang meluluh – lantakan
anak cucumu
Ranah
Kompak, 25 oktober 2009
LUKAKU EGOMU
Hindah Sumaiyah
Ku tatap lekat – lekat seluruh hasrat
yang ada hanya pekat
semburat kecewa
yang timbul dari hasrat yang tak tertuang
Kan ku hanyutkan kau dalam lautan
yang ku buat dari air mata – mata air kami
Tenggorokku tercekat
tak ada kata yang terucap
Aku mati terbunuh diri
karena ego yang tak bertepi
Dan kau mutilasi aku dengan sinso saktimu
Tapi dunia belum akan berakhir
Ranah
Kompak, 12 oktober 2009
MAKNAMU
Hindah Sumaiyah
Gemuruh keindahan
bising yang mendamaikan
Tangan melempari batu dengan air
Kaki
menyumbat arus – namun air tak tinggal diam
mencari arah
bertarung dengan kehidupan
Tak ada kata menyerah – meski tiap sudut telah ku tutup
Aku diam
ku dengarkan pesan – petuah air
Ikan mulai menyenggol – merengek kepadaku
Kau ingin bernostalgia sesuatu? Tanyaku
Hanya riang yang ia tampilkan
Ku belai batu penuh ragu
Takkah kau bosan dengan diammu?
Ranah Kompak, 25 oktober 2009
D. Model Pembelajaran
1.
Model :
Pembelajaran kooperatif dan kontekstual (E-learning)
2.
Metode : Presentasi, diskusi, dan tanya
jawab
3.
Strategi:
E. Langkah-langkah kegiatan
Pendahuluan (25’)
Apersepsi
Guru memperdengarkan pembacaan
puisi.
|
Terlaksana/tidak
|
Kegiatan inti (130’)
1.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk
berperan aktifdalam aktivitas pemecahan masalah
2.
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang bergubungan dengan
pembacaan puisi
3.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai dengan eksperimen pembacaan puisi
4.
Guru membantu merencanakan
menyiapkan ujuk performen dalam pembacaan puisi
|
Terlaksana/tidak
|
Penutup (20’)
1.
Guru dan siswa mengadakan tanya
jawab.
2.
Guru dan siswa merefleksikan
materi yang telah dipelajari.
|
Terlaksana/tidak
|
F. Sumber Pembelajaran
1.
Tiep Recorder
2.
Kumpulan puisi
3.
LP 1 dan Kunci LP 1
4. LP
2 Lembar pengamatan aktivitas siswa
Daftar Pustaka
Gani,
Rizanur. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi.
Jakarta: P3GB.
Pradopo,
Rahmad Joko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
UP.
Rahmanto.
B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.
Roekan.
1991. Menulis Kreatif. Malang:
YA3.
Saini.
K.M. 1992. Puisi
dan Beberapa Masalahnya. Bandung: ITB.
Sayuti,
Suminto. A. 2001.Berkenalan dengan Puisi.
Yogyakarta:Hama
Media.
KISI-KISI
LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN
MEMBACA
No
|
INDIKATOR
|
TUJUAN PEMBELAJARAN
|
LEMBAR
PENILAIAN & BUTIR SOAL
|
KUNCI
LEMBAR PENILAIAN
|
1.
|
Siswa mampu
· Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan,
dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
· Membahas
pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
· Memperbaiki
pembacaan puisi yang kurang tepat
|
Siswa dapat:
·
Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, ekspresi dan intonasi
yang sesuai dengan isi puisi.
·
Membaca puisi dengan menempatkan jeda yang tepat.
·
Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi.
·
Memberi saran perbaikan pembacaan puisi yang kurang tepat
|
|
|
2.
|
Keterampilan
sosial: melakukan komunikasi dalam diskusi,taya jawab, dan presentasi
|
1. Siswa
mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan
gagasan hasil membaca cepat.
2. Siswa
mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di
dalam kelas maupun di luar kelas
|
|
|
LEMBAR
AKTIVITAS SISWA
Tujuan:
Agar pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat berjalan dengan baik, siswa
harus aktif dan saling membantu satu sama lain. Pengamatan ini akan medapatkan
gambaran perilaku siswa pada saat di dalam kelas ataupun diluar kelas.
Petunjuk:
Amati kelas dari mulai sampai dengan penutup. Setiap aktivitas siswa baik pada
saat bekerja berkelompok maupun sendiri. Berilah tanda ceklis (V) untuk setiap aspek yang teramati.
Sebagai seorang pengamat, seyogyanya Anda harus dekat dengan siswa.
No
|
Aktivitas
Siswa
|
Frekuensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
10.
|
Membaca
pembacaan puisi
Menngerjakan
tugas
Mendiskusikan
tugas kelompok
Membaca
puisi
Bertanya
kepada guru
Menginformasikan
pendapat ( masukan, kritikan) kepada siswa yang lain
Perilaku
tidak relevan
|
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
|
Total
skor frekuensi
|
………………..
|
Pengamat
(………….)
LEMBAR KEGIATAN SISWA
1. Siswa
memilih puisi yang dikuasai.
2. Siswa membaca puisi dengan lafal, tekanan, dan intonasi.
Contoh Puisi
Layang-layang
Sebuah
layang-layang, layang-layang siapa
Melintasi
mega
Namun
tiada merdeka
Benang
panjang membelitnya dalam udara terbuka
Ingin
ia terbang makin tinggi
Tapi
Cuma mimpi
Sebuah
laying-layang, laying-layang siapa
Terjepit
di ranting trembesi
Tinggal
rangka kini
:
layang-layang siapa
Tengsoe Tjahjono
LEMBAR
PENILAIAN PEMBACAN PUISI
No.
|
NAMA SISWA
|
JUDUL PUISI
|
ASPEK YANG DINILAI
|
SKOR
|
||
Lafal
25
|
Intonasi
25
|
Tekanan
20
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA/MA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 4 x 45menit
Standar
Kompetensi:
Memahami wacana sastra
melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen
Kompetensi
Dasar
3.2
Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan
diskusi.
Pokok
Bahasan
Membaca cerpen
A. Indikator
Siswa mampu
a.
Menemukan
nilai-nilai dalam cerpen.
b.
Membandingkan
nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan sehari hari.
c.
Mendiskusikan
nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi.
Keterampilan Sosial
· Mengidentifikasi
unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)
cerita pendek yang telah dibaca
· Mengaitkan
unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
B.
Tujuan
Pembelajaran
1. Siswa dapat membaca serta memahami cerita pendek dari Majalah.
2. Siawa dapat menemukan nilai-nilai dalam
cerpen.
3. Siswa dapat
membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan
sehari-hari.
4. Siswa dapat mendiskusikan nilai-nilai yang
terdapat dalam cerpen
C.
Materi
Pelajaran
Naskah Cerita Pendek
v Nilai
Budaya
v Nilai
Moral
v Nilai
Agama
v Nilai
Politik
v Nilai
Sejarah
A. Pengertian Cerpen
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003:210)
memaparkan bahwa “Cerita pendek adalah kisaha pendek (kurang dari 10.000 kata)
yang memberikan kesan tunggal yang dominan, dan memusatkan diri pada satu tokoh
di satu situasi (suatu ketika).”
Kemudian
Notosusanto dalam Tarigan (1993:176) menyatakan bahwa “Cerita pendek adalah
cerita yang panjangnya sekitar 5.000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto
spasi rangkap yang terpusat pada dirinya sendiri.”
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah kisahan pendek
yang panjangnya kira-kira 5.000-10.000 kata yang memberikan kesan tunggal dan
terpusat pada satu tokoh.
Sebuah
cerita pendek merupakan sebuah totalitas, cerita pendek mempunyai unsure-unsur
yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Untuk dapat
menghasilkan sebuah karya cerita pendek yang baik, seorang pengarang harus
memperhatikan dua unsur penting yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Pada penelitian ini hanya difokuskan pada unsure penokohan yang terdapat dalam
unsur intrinsik.
Tarigan
(1993 : 177) mengemukakan ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut :
1)
ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu,
intensif
2)
bahasa cerpen
haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian
3)
cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya
4)
sebuah cerpen harus menimbulkan satu efek dalam
pikiran pembaca
5)
cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca
6)
dalam cerpen sebuah insiden yang menguasai jalan
cerita
7)
cerpen harus
mempunyai pelaku utama
8)
cerpen
bergantung pada satu situasi
9)
cerpen memberi
impresi tunggal
10) cerpen memberikan satu kebulatan efek
11) cerpen menyajikan satu emosi
12) jumlah kata-kata dalam cerpen
biasanya dibawah 10.000 kata
B.
Unsur-unsur yang Membangun Sebuah Prosa fiksi.
Prosa fiksi memiliki
dua unsur dalam proses penciptaannya yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, yaitu;
1. Unsur Intrinsik dalam Prosa fiksi
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri, dan unsur-unsur ini pula yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra
yang secara faktual dan imajinatif
akan dijumpat oleh penikmat sastra itu bila menikmati sebuah karya sastra yang
dibacanya".
a) Tema
Kosasih (2004:25) menerangkan bahwa "tema merupakan
ide yang menjadi pokok pembicaraan atau atau ide pokok suatu tulisan".
Tema merupakan emosional yang amat penting dari suatu cerita, karena dengan
dasar itu pengarang dapat
mengembangkan
ide ceritanya, jadi tema adalah ide sentral (utama) didalam sebuah karya sastra yang mendasari suatu cerita.
b) Alur
kosasih (2004:52) menyatakan bahwa, alur atau plot adalah
sebagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra. Alur disebut juga
dengan jalan cerita yang disusun hingga sebuah karya sastra itu mampu menarik perhatian penikmat sastra
untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
selanjutnya didalam sebuah prosa fiksi itu sendiri.
Dengan demikian alur adalah jalan cerita yang berupa
peristiwa-peristiwa yang disusun saling berkaitan hingga mampu menghasilkan
sebuah karya sastra yang lebih inofatif.
c) Amanat
Amanat diartikan sebagai pesan, ide, gagasan, ajaran moral,
dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disamakan atau dikemukakan pengarang
lewat cerita. Pada umumnya amanat yang diungkapan oleh pengarang dalam sebuah
cerita dapat kita jumpai secara implisit dan eksplisit dalam karya sastra. Implinsit
misalnya disiratkan dalam memahami karakter tokoh. Sedangkan eksplisit bila
dalam tengah atau akhir cerita pengarang menyampaikan pesan, saran, nasehat,
pemikiran dan sebagainya.
d) Perwatakan (penokohan)
Dalam cerita fiksi perwatakan erat kaitannya dengan alur, sebab sebuah
alur penceritaan pada prosa fiksi terlihat jelas
berdasarkan gambaran-gambaran watak-watak tokoh yang menunjang bagian-bagian
cerita yang dibuat secara sistematis akan menghasilkan sebuah cerita yang menarik.
Menurut Suroto
(2005:29) menyatakan "Perwatakan adalah bagian pengarang menampilkan tokoh-tokoh didalam
ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut mengakhiri cerita yang
kronologis".
2. Unsur-unsur
Ekstrinsik di dalam Prosa fiksi
Menurut Yani dan Mumu (2005:275), ”Unsur-unsur ekstrinsik
satra adalah unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari luar sastra. Unsur
ini meliputi nilai agama, sosial, politik, pendidikan, dan psikologi”. Kemudian
Semi (1994:35) menyatakan ”Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macam unsur
yang berada di luar sastra dan ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra
tersebut, misalnya faktor sosial, ekonomi, kebudayaan, moral, keagamaan dan
tata nilai yang dianut masyarakat.”
Sukada (1993:50) menyatakan, ”Analisis aspek ekstrinsik
karya sastra adalah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya dan
sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya
itu sendiri”. Analisis aspek ekstrinsik ini meliputi faktor historis, sosial,
psikologis, dan faktor filosofis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa struktur
luar (ekstrinsik) adalah semua unsur yang membangun karya sastra dari luar diri
karya sastra itu sendiri, yang mana unsur-unsur luar tersebut terdapat dalam
prosa fiksi ”lima kelopak mawar berbisa karya Ria Jumriati” antara lain:
l. Politik
Cahyono (1997:40)
menyatakan politik yang dimaksud dalam kontes ini adalalah hal-hal yang
berkenaan dengan kenegaraan, dasar-dasar pemerintahan, segala tindakan atau
urusan mengenai pemerintahan, dan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang ada,
karena bagaimana juga politik tidak dapat
dilepas dari tuntutan idiologi.
2. Pendidikan
Menurut
Henderson (1959:44), ”Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir”. Jadi, makna pendidikan merupakan usaha
memaksimalkan peranan pengajar di sekolah dan pendidikan di luar sekolah.
Dengan demikian karya sastra dapat juga dipandang
sebagai sarana pendidikan yang baik bagi manusia, karena didalam karya sastra
seorang sastrawan akan membagun sebuah cerita atas dasar kehidupan yang
rill, sehingga penikmat sastra dapat belajar melalui hasil karya sastra yang
banyak mengandung nasehat-nasehat moral yang telah disampaikan.
.
3. Agama
Sebuah karya sastra khususnya prosa fiksi, agama juga ikut berperan
dalam kehidupan pengarang, karena tidak sedikit
seoarang sastrawan mengangkat tema keagamaan untuk mendukung rangkaaian penceritaan prosa fiksi yang
diciptakan sehingga mampu
menjadi pembelajaran bagi siapa saja yang membacanya.
Manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan menyadri bahwa tidak ada kebenaran dan kekuatan
yang hakiki selain kekuatan-Nya. Dalam
ajaran agama manusia mendapatkan pedoman atau petunjuk untuk mendapatkan
keselamatan. Hal ini sesuai dengan ungkapan Rosidi (1987:18), ”Agama adalah
pengikatan diri kepada Tuhan untuk mendapatkan keselamatan sebagai tujuan akhir
kehidupan manusia”.
Berdasarkan pendapat di atas, unsur agama adalah cara pandang
manusia mengenai penghargaan tertinggi yang diberikan masyarakat pada beberapa
hal pokok dalam bertingkah laku pada sesamanya.
4. Sosial
Pada
hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia hidup harus sal ing berhubungan antara yang satu dengan
yang lain, atas dasar itulah manusia dinamakan makhluk sosial.
Menurut Poerwadarminta (1985 : 26 ) "keseimbangan sosial terjadi
apabila atifitas yang dilakukan
tidak bertentangan dengan norma-norma, nlai-nilai, aturan-aturan dan etika kemasyarakat yang berlaku, sedangkan goncangan sosial terjadi
diakibatkan tidak adanya kesesuaian itu
semua serta faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi jiwa seseorang".
Dengan demikian keterkaitan sebuah karya sastra dalam kehidupan sosial
adalah sebuah peranan penting
dalam karya sastra yang melukiskan kehidupan manusia sehari-hari yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia, baik
membawa kearah yang posif maupun yang membawa kearah negatif yang diakibatkan oleh lingkungan
sosial yang ada dikehidupan
sehari-harinya.
5.Psikologi
Psikologi
adalah studi mengenai proses prilaku dan proses mental, dalam hal ini karya
sastra menyajikan situasi yang terkadang fantastis yaitu lebih menarik seperti
halnya tuturan untuk menggambarkan kehidupan sosial dalam karya sastra.
Menurut Rene dan Austin (1993 : 90)
Psikologi dalam karya sastra
dapat dilihat maupun dipelajari
dalam empat istilah yaitu yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau sebagai pribadi, yang kedua adalah sebagai studi proses kreatif. Yang ketiga studi
tipedan hokum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan yang
keempat mempelajari dampak sastra pada
pembaca.
Teori Dasar Psikologi Sastra
Sastra
sebagai “Gejala kejiwaan”, di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan
yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat
didekati dengan menggunakan pendekatan psikologis. Sastra dan psikologi terlalu
dekat hubungannya. Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional,
yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.
Hanya
perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala
kejiwaan dari manusia-manusia imajiner. Sedangkan dalam psikologi adalah
manusia-manusia yang riil. Namun, keduanya dapat saling melengkapi dan saling
mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan
manusia, karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap sang pengarang tak
mampu diamati oleh psikolog, atau sebaliknya.
Secara sederhana psikologi sastra dapat diartikan sebagai
gabungan disiplin psikologi dan sastra. Hartoko (dalam Endraswara, 2008: 71)
menjelaskan bahwa, “psikologi sastra” adalah cabang ilmu sastra yang mendekati
karya sastra dari sudut psikologi”. Psikologi sastra adalah ilmu yang
mempelajari sastra dari sisi psikologi. Gabungan kedua disiplin ilmu itu
dilakukan karena tuntutan sastra sulit ditawar-tawar lagi karena di dalamnya
juga mengisahkan kondisi psikologis, terkait dengan tiga kutub sastra, yaitu
teks, pengarang, dan pembaca.
Pada hakikatnya dalam
menganalis sebuah prosa fiksi seorang
peneliti harus mengetahui pentingnya psikologi satra dalam menggali sistem
berfikir, logika, angan-angan dan cita-cita hidup yang ekspresif dan tidak
sekedar sebuah rasionalisasi hidup. Di mana sebuah perasaan takut, was-was,
histeris, aman, yang menjadi kajian psikologi yang paling utama di dalam
sastra.
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa sastra sebenarnya dapat
dijadikan objek penelitian kejiwaan. Sastra dapat membantu psikologi atau pun
sebaliknya. Belajar kejiwaan dari sastra mungkin jauh lebih intens dibandingkan
dalam dunia nyata. Lebih dari itu, sastra akan menawarkan sejumlah rekaan
manusia. Psikologi juga akan menawarkan sederet kejiwaan manusia. Titik temu
keduanya dapat digabung menjadi psikologi sastra. Melalui psikologi sastra,
misteri di antara dua disiplin ini akan terjawab.
Psikologi adalah studi
mengenai proses prilaku dan proses mental, dalam hal ini karya sastra
menyajikan situasi yang terkadang fantastis yaitu lebih menarik seperti halnya
tuturan untuk menggambarkan kehidupan sosial dalam karya sastra.
Menurut Rene dan Austin (1993 : 90)
Psikologi dalam karya sastra
dapat dilihat maupun dipelajari
dalam empat istilah yaitu yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau sebagai pribadi, yang kedua adalah sebagai studi proses kreatif. Yang ketiga studi
tipedan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan yang
keempat mempelajari dampak sastra pada
pembaca.
Telah dinyatakan dalam latar belakang bahwa salah
satu cara untuk dapat memehami sebuah karya sastra khususnya pada prosa fiksi,
bukan dengan menggunakan metode teori saja, melainkan dapat menggunakan dengan
bidang keilmuan lainnya dan salah satunya bidang psikologi yaitu ilmu yang
mengandung nilai psikologi.
Psikologi merupakan ilmu kehidupan mental dan
prilaku manusia, proses organisme hidup dan proses prilaku termasuk
fenomene-fenomena dan perasaan, keinginan, kondisi berfikir logis dan
kepastian.
Menurut Prayitno (1992 :4) “kecendrungan berfikir dan dan beremosi pada
manusia dipengaruhi oleh pengalaman atau kesan dan kebiasaan berfikir dan
beremosi yang telah dimiliki semenjak manusia dalam kandunagan”. Dengan demikian
pendekatan psikologi dalam karya sastra memiliki hubungan yang fungsional yakni
sama-sama berguna untuk mempelajari keadaan jiwa seseorang. Hanya perbedaannya
kejiwaan dalam karya sastra adalah gejala-gejala dari manusia yang rill, namaun
keduannya dapat saling melengkapi untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
terhadap kejiwaan manusia.
Atar
Semi juga mengatakan, “Bahwa dari berbagai cabang psikologi, psikologi
analisalah yang banyak mempunyai hubungan dengan sastra”. Psikologi analisa
atau lebih sering disebut psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi satra.
Psiko-analisa ini dipelopori oleh Sigmud Freud adalah suatu prinsip-prinsip
psikoanalisis adalah :
a.
Lapisan kejiwaan yang paling dalam adalah lapisan
bawah sadar atau daya hidup yang berbentuk dorongan seksual dan
perasaan-perasaan lain yang mendorong manusia mencari kesenangan dan
kegairahan.
b.
Pengalaman sewaktu bayi dan sewaktu anak-anak,
banyak mempengaruhi sikap hidup dimasa yang akan datang.
c.
Semua ide atau pikiran yang ada tetap penting
biladihubungkan dengan daerah bawah sadar.
d.
Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara
perasaan bawah sadar dengan keinginanan yang muncul dari luar.
e.
Emosi bersifat dwirasa, tidak ada sifat emosi yang
datang dari satu jenis.
f.
Sebagian konflik dapat diselesaikan atau
disembunyikan dengan cara yang dapat diterima. Apabila ia mampu keluar dari
konflik itu disebut sublimasi, tetapi
bila gagal ia akan menyerupai neorosis,
yaitu konflik emosi di dasar jiwa.
Dalam kajian psikologi sastra selanjutnya, akan berusaha
mengungkapkan teori psikologianalisis
yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama
lain sering berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang
tak lainmerupakan produk intreraksi ketiganya.
Tingkatan psikogianalisis lebih
cenderung kepada struktur dari psikologi kepribadian, Freud (dalam Suwardi 2003
: 105) merumuskan bahwa seluk beluk jiwa manusia tersusun dalam tiga tingkatan,
yaitu, Id (libido atau dorongan
dasar), ego (peraturan secara sadar antara id dan realitas luar), dan super
ego (penuntun moral dan aspirasi seseorang). Meskipun masing-masing bagian
dari kepribadian total ini memiliki fungsi, sifat, komponen, prinsip
kerja,dinamisme dan mekanismenya sendiri namun mereka berinteraksi begitu erat
satu sama lain sehingga begitu sulit (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan
pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah manusia.
D. Model Pembelajaran
4.
Model :
Pembelajaran kooperatif dan kontekstual
5.
Metode :
Presentasi, diskusi, dan tanya jawab
6.
Strategi :
E. Langkah-langkah kegiatan
Pendahuluan (25’)
1.
Menggali pengalaman tentang unsur-unsur intrinsi cerita pendek.
|
Terlaksana/tidak
|
Kegiatan inti (130’)
1 Mengajak siswa
untuk membaca salah satu cerpen yang berjudul “ Senyum Kariamin”
1.Mencatan
pokok-pokok cerita
2.Menceritakan
kembali isi cerpen di depan kelas.
3.Menemukan nilai-nilai dalam cerpen.
4.Membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita
dengan kehidupan sehari-hari.
5.Mendiskusikan
cerpen
6.Menggunakan
kosakata sesuai dengan situasi dan konteks
7.Menceritakan kembali isi cerita tersebut.
8.Membuat daftar pertanyaan berkaitan cerpen yang telah dibaca.
|
Terlaksana/tidak
|
Penutup (20’)
1. Menyimpulkan
isi cerpen “Senyum Kariamin”
2. Memberi
tugas memilih jawaban yang tepat tentang cerpen “Senyum Kariamin”
3. Menutup
pelajaran dengan salam
|
Terlaksana/tidak
|
F. Sumber Pembelajaran
1.
Pemodelan
2.
Kumpulan cerpen
3.
LP 1 dan Kunci LP 1
4. LP
2 Lembar pengamatan aktivitas siswa
Daftar Pustaka
Gani,
Rizanur. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi.
Jakarta: P3GB.
Pradopo, Rahmad Joko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
UP.
Rahmanto.
B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.
Roekan.
1991. Menulis Kreatif. Malang:
YA3.
Saini.
K.M. 1992. Puisi
dan Beberapa Masalahnya. Bandung: ITB.
Sayuti,
Suminto. A. 2001.Berkenalan dengan Puisi.
Yogyakarta:Hama
Media.
KISI-KISI
LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN
MEMBACA
No
|
INDIKATOR
|
TUJUAN PEMBELAJARAN
|
LEMBAR
PENILAIAN & BUTIR SOAL
|
KUNCI
LEMBAR PENILAIAN
|
1.
|
· Mengidentifikasi
unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)
cerita pendek yang telah dibaca
· Mengaitkan
unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
|
1. Siswa dapat membaca serta memahami cerita pendek dari Majalah.
2. Siawa dapat menemukan
nilai-nilai dalam cerpen.
3. Siswa dapat
membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek dengan kehidupan
sehari-hari.
4. Siswa dapat mendiskusikan
nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
|
|
|
2.
|
Keterampilan
sosial: melakukan komunikasi dalam diskusi,taya jawab, dan presentasi
|
1. Siswa
mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan
gagasan hasil membaca cepat.
2. Siswa
mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di
dalam kelas maupun di luar kelas
|
|
|
LEMBAR
AKTIVITAS SISWA
Tujuan:
Agar pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat berjalan dengan baik, siswa
harus aktif dan saling membantu satu dama lain. Pengamatan ini akan medapatkan
gambaran perilaku siswa pada saat di dalam kelas ataupun diluar kelas.
Petunjuk:
Amati kelas dari mulai sampai dengan penutup. Setiap aktivitas siswa baik pada
saat bekerja berkelompok amaupun sendiri. Berilah tanda ceklis (V) untuk setiap aspek yang teramati.
Sebagai seorang pengamat, seyogyanya Anda harus dekat dengan siswa.
No
|
Aktivitas
Siswa
|
Frekuensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
10.
|
Membentuk
kelompok diskusi
Menngerjakan
tugas
Mendiskusikan
tugas kelompok
Mempresentasikan
hasil diskusi
Bertanya
kepada guru
Menginformasikan
pendapat ( masukan, kritikan) kepada siswa yang lain
Perilaku
tidak relevan
|
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
|
Total
skor frekuensi
|
………………..
|
Pengamat
(………….)
LEMBAR
KERJA SISWA
a.
Bacalah cerpen yang berjudul “Senyum Kariamin”, catat lah isi pokok
ceritanya !
b. Ceritakanlah kembali isi cerita tersebut di
depan kelas
c. Tentukanlah nilai-nilai yang terkandung dalam
cerita tersebut !
d. Bandingkanlah nilai-nilai yang terdapat dalam
cerita dengan kehidupan sehari-hari. Jawablah pertanyaan
berikut !
§ Pernahkah
kalian mengalami kejadian seperti dalam cerpen “Senyum Kariamin” ?
§ Pernahkah
kalian mengalami isi kejadian dalam cerpen tersebut ?
§ Adakah
watak teman atau urang yang kalian kenal yang mirip dengan tokoh dalam cerpen ?
Cerpen
MEREKA DAN ORANG-ORANG ITU
OLEH: ATI
ROSMIATI
“Ayo kita kumpulkan
semua teman-teman dan mengadakan rapat!”
“Setuju, kita rapat di rumah saya saja,
di sana lebih aman dan saya pastikan tidak akan ada mata-mata”
Setelah semua berkumpul dimulailah rapat. Rapat untuk
membahas perlakuan orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan tidak memiliki
perasaan. Ya, tentu saja orang-orang yang dengan tega menangkap teman dan
anggota keluarga kami. Mereka bukan hanya menangkap, tetapi juga memenjara,
memberi makan banyak lalu akhirnya mengadakan pembunuhan masal. Bukan hanya
itu, mereka juga memutilasi tubuh kami hingga potongan kecil.
“ Bagaimana
saudara-saudara apakah kalian setuju jika kita adakan perlawanan?”
Setuju…”jawab yang
lain secara serempak.
“Kalau perlu kita
adakan demonstrasi secar besar-besaran”. Jawab yang lain dari belakang.
“Ya kita demo”,
jawab yang lain dengan lebih lantang.
“Tidak usah
capek-capek berdemo kita balas saja semua perbuatan mereka,” jawaban dari
belakang.
“Bagaimana
saudara-saudara, ada dua pilihan terserah kita memilih yang man asal dilakukan
dengan damai,” jawaban dari bangku paling depan dengan bijaksana, mungkin dia
pimpina sidang, terlihat dari gaya dia berbicara.
“Sudah, kita tidak
usah lagi berdemo segala, kita balas saja mereka biar impas!” tambah yang lain
pula.
Mereka terus
bermusyawarah panjang lebar dan akhirnya sampai pada satu kesepakatan “mereka
harus berdemo” karma hanya itu jalan awal dan ini adalah Negara demokratis dan
Negara hokum.
“Bagaimana kalau
kita laporkan saja mereka pada pihak yang berwajib?”
“Kita sudah pasti
kalah karma hokum rimba selalu berlaku dimana-mana, yang kuat pasti menang”
Begitula mereka,
aku juga tidak mengerti sebernarnya apa mau mereka tapi mungkin mereka ingin
hidup bebas bukan hidup di dalam penjara.
“Apa yang harus
dipersiapkan untuk demo dua minggu yang akan datang ?”
“Siapkan surat
pemberitahuan kepada pihak-pihak tertentu terutama surat untuk kapolda atau
kepolisian setempat dan surat pemberi tahuan kepada tempat kita berdemo”
“Kan sudah?”
“Ya, dan ini untuk
konfirmasi ulang bahwa kita jadi melakukan aksi tersebut”
Lama tiada kabar
dari orang-orang yang menangkap kami, ia juga tidak pernah masuk kepenjara ini.
Sering sudah aku penasaran kepingin melihat seperti apa wajah mereka, apakah
seperti kami? Tapi tidak karma orang-orang itu memiliki tubuh lebih besar, kami
hanya mainan bagi mereka.
“Orang-orang itu datang!” ucap mereka
“ya, orang-orang
itu datang”
Aku sangat takut, ingin aku bersembunyi
di tempat yang tidak bias di lihat orang-orang itu tapi tidak mungkin karena
penjara ini adalah milik orang-orang itu, tiap sudut pasti telah hafal.
“Saudara-saudara ,
harap tenang. Mereka belum sampai kita masih sempat bersiap-siap”ucap pemimpin
tapi itu.
“Apa lagi yang bias
kita lakukan sekarang?” teriak yang di belakang kembali dengan suara lantang.
“Tenang, begini,
kita sudah di ambang maut yang bias kita lakukan hanyalah menyerang sebelum
orang-orang itu menangkap kita.”
Semua menjadi
tenang, satu persatu kerumu8nan bubar, mencari apa saja yang bias dijadikan
alat untuk membela harga diri atau ada juga yang hanya termenung tak tahu arah.
Beberapa saat kemudian orang-orang itu
datang dan terjadilah peperangan. Perang yang sangat hebat. Semua orang
berkelahi tanpa kecuali namun pada akhirnya hokum rimba memang benar “yang
lemah selalu kalah”.
Mereka ditangkap satu per satu dan lalu
dimasukkan ke dalam mobil untuk di bawa ke tempat pemotongan ayam lalu akhirnya
di bawa ke pajak.
SILABUS
Nama Sekolah :
SMA /MA....
Mata Pelajaran :
Bahasa Indonesia
Kelas :
X
Semester : 1
Standar Kompetensi :
Membaca
7.
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi
dan cerpen
Kompetensi
Dasar
|
Materi
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Indikator
|
Penilaian
|
Alokasi
Waktu
|
Sumber/
Bahan/Alat
|
7.1 Membacakan puisi dengan lafal,
nada, tekanan, dan intonasi yang tepat
|
Puisi
· Lafal
· Tekanan
· Intonasi
· jeda
|
· Membacakan puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan,
dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
· Membahas
pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
· Memperbaiki
pembacaan puisi yang kurang tepat
|
· Membaca puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan,
dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
· Membahas
pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
· Memperbaiki
pembacaan puisi yang kurang tepat
|
Jenis Tagihan:
·
praktik
Bentuk Instrumen:
·
performansi
·
format pengamatan
|
4
|
Buku kumpulan puisi/ internet/
Media massa
|
7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
|
Naskah
cerpen
· Unsur
intrinsik (tema, penokohan, dan amanat)
|
·
Membaca cerpen
· Mengidentifikasi
unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)
cerita pendek yang telah dibaca
· Mengaitkan
unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
· Menuliskan
isi cerita pendek secara ringkas
|
· Mengidentifikasi
unsur-unsur (tema, penokohan, dan amanat)
cerita pendek yang telah dibaca
· Mengaitkan
unsur intrinsik (tema, penokohan, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
|
Jenis Tagihan:
·
tugas Individu
·
tugas kelompok
·
ulangan
Bentuk Instrumen:
·
uraian bebas
·
pilihan ganda
·
jawaban singkat
|
4
|
Buku kumpulan cerpen/
Media massa/ internet
|