Minggu, 28 Desember 2014

Strategi Pembelajaran




1. Hakikat Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
            Huiker dan Laughin (Yamin dan Ansari, 2009: 84) Strategi ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan mahasiswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca kemudian berbicara dan membagi sharing dengan temanya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif apabila dilakukan dalam 3-5 mahasiswa. Dalam kelompok ini mahasiswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan melalui mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian menyampaikan melalui tulisan.
            Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari membaca suatu teks yang berisi cerita kemudian dicatat apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan setelah membaca mahasiswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Menurut Wieder Hold (dalam Yamin dan Ansari, 2009 :85) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu belajar rutin membuat atau menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan mempertinggi pengetahuan mahasiswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.
            Kemampuan membaca, dan membaca secara komprehensif (reading comprehension) secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca baris-demi bari (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines) (Wiederhold dalam Ansari, 2009:66). Sering kali suatu teks bacaan di ikuti panduan bertujuan untuk mempermudah diskusi mengembangkan pemahaman konsep mahasiswa (Narode dalam Ansari, 2009:66).
            Setelah tahap “think” selesai, dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka pahami. Talk (berbicara) penting karena mahasiswa menggunakan bahasa sendiri untuk menyajikan ide kepada temannya membangun teori bersama, sharing strategi dan membuat defenisi. Pembentukan ide dalam proses talk sering kali dirumuskan, di klarifikasikan atau direvisi. Fase berkomunikasi (talk) pada Strategi mahasiswa memungkinkan untuk terampil berbicara. Pada umumnya berkomunikasi dapat berlangsung secara alamiah tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari mahasiswa melalui kehidupannya. Sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alamiah dan mudah proses komunikasi dapat dibangun dikelas dan dimanfaatkan sebelum menulis.
            Selanjutnya fase “write” yaitu menulis diskusi/ dialog. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudiannya mengungkapkan melalui tulisan. Menulis membantu merealisasikan tujuan pembelajaran. Pada aktivitas menulis ini dosen melihat pengembangan konsep mahasiswa. Masingila dan Wisnowska (Yamin dan Ansari, 2009), mengemukakan aktivitas menulis mahasiswa bagi dosen dapat memantau kesalahan mahasiswa, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang ketinggalan, meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
           
  1. Kemampuan Berpikir, Berdiskusi, dan Menulis (Think-Talk-Write)
             Wiedorhold, 1997 (dalam Ansari, 2009:66), beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun model pemblajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi mahasiswa dalam berpikir, diskusi, dan menulis. Ada suatu mata rantai yang saling terkait antara kemampuan berpikir/ membaca, diskusi dan menulis. Seseorang yang rajin membaca, namun enggan menulis, akan kehilangan arah. Demikian juga sebaliknya, jika seorang gemar menulis, namun enggan membaca maka akan berkurang makna tulisannya. Yang lebih baik adalah, jika seseorang yang gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog), kemudian menuangkannya dalam tulisan, maka akan memantapkan hasil tulisannya. Oleh karena itu, diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk semua jenjang sekolah. Sementara itu, kemampuan membaca dalam topik-topik tersebut dan menyimpulkan merupakan aspek penting untuk melihat keberhasilan berpikir mahasiswa.
             Dahar, 1989 (dalam Ansari, 2009:66), bila kepada mahasiswa-mahasiswa yang tergolong atas (kemampuan baik) diberi tugas membaca, mereka akan melakukan elaborasi (pengembangan) apa yang telah dibaca. Ini berarti mereka memikirkan gagasan, contoh-contoh, gambaran mental, dan konsep-konsep lain yang berhubungan. Selain itu, mahasiswa juga mengorganisasikan informasi yang baru diperoleh. Organisasi merupakan proses pembagian himpunan informasi menjadi sub-sub tersebut. Oleh karena elaborasi dan informasi memperlancar belajar dan mengahafal (recall and retention), maka rasional bila kehadiran kedua bentuk ini ditingkatkan dalam belajar-mengajar melalui proses membaca. Untuk merangsang organisasi terhadap informasi, dosen dapat memberikan bagan, grafik, atau outline yang memuat konsep-konsep yang dipelajari. Menurut Manzo, ”bahwa pengenalan kembali informasi atau struktur teks melalui membaca keras merupakan alat bantu bagi pemahaman isi teks, dan membuat catatan penting dari hasil bacaan dapat meningkatkan dasar pengetahuan mahasiswa, bahkan dapat meningkatkan berpikir dan keterampilan menulis” (dalam Ansari, 2009:66).
            Mata rantai berikutnya adalah diskusi. Dalam diskusi mahasiswa perlu memiliki keterampilan komunikasi lisan yang dapat dilakukan dengan latihan secara teratur.
Ada beberapa latihan yang dapat dilakukan dosen untuk meningkatkan keterampilan komunikasi lisan, antara lain:
  1. menggunakan presentasi di kelas oleh mahasiswa untuk melaporkan suatu teks artikel;
  2. menggunakan kelompok kecil untuk memberi latihan. Boleh jadi setiap grup diberi soal yang berbeda, dan setiap group berdiskusi kemudian menuliskan laporan penyelesaiannya. Akhirnya masing-masing grup mempresentasikan dalam kelas untuk memperoleh solusi yang benar, namun perlu diingat bahwa yang terpenting dalam aktivitas ini adalah talking atau keterampilan komunikasi lisan;
  3. menggunakan permainan. Menurut Peterson, 1987 bahwa ”hasil penelitian menunujukkan bahwa, diskusi dapat menyadarkan mahasiswa mengapa jawabannya salah, dan membantu mahasiswa melihat jawaban yang benar”.

Selain kemampuan membaca dan berdiskusi, kemampuan lain yang berkontribusi terhadap kemampuan komunikasi adalah menulis. Menulis adalah proses bermakna karena mahasiswa secara aktif memmbangun hubungan antara yang dipelajari dengan apa yang sudah mereka ketahui. Menulis dapat membantu mahasiswa membentuk pemahaman secara implisit dan berpikir lebih eksplisit sehingga mereka dapat melihat dan merefleksikan pengetahuan dan pikirannya.
Manzo, 1995 (dalam Ansari 2009: 69) mengungkapkan keuntungan yang diperoleh dari aktivitas menulis antara lain sebagai berikut:
  1. menulis dapat meningkatkan taraf aktivitas intelektual pembaca;
  2. menulis dapat membantu mahasiswa merumuskan kata-kata dengan lebih baik;
  3. menulis dapat membangun matagognitif bahkan kemampuan kognitif, karena menulis memungkinkan mahasiswa melakukan instrospeksi, analisis dan sintesis pada level yang lebih mendalam.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli seperti yang di uraikan di atas, bahwa aktivitas menulis dapat meningkatkan pemahaman ke arah yang lebih baik. Rasional bila pemahaman adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi. Oleh sebab itu pemahaman perlu ditingkatkan dalam pembelajaran yang memberi peluang lebih besar pada mahasiswa melakukan aktivitas membaca, diskusi dan menulis.
            Peranan dan tugas dosen dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi think-talk-write ini, sebagaimana yang dikemukakan Silver dan Smith (dalam Yamin dan Ansari, 2009:90) adalah:
  1. mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, dan menanyang setiap mahasiswa berpikir;
  2. mendengar secara baik-baik ide mahasiswa; dimana dosen memperhatikan pendapat mahasiswa.
  3. menyuruh mahasiswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan;
  4. memutuskan apa yang digali dan dibawa mahasiswa dalam diskusi;
  5. memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan mahasiswa berjuang dengan kesulitan;
  6. memonitoring dan menilai partisipasi mahasiswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap mahasiswa untuk berpartisipasi.







       b. Desain Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)


 




































c. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Strategi Think-Talk-Write                  (TTW)
      Menurut Yamin dan Ansani (2009: 90) langkah-langkah pembelajran   TTW adalah sebagai berikut :
a. Dosen membagi artikel bacaan berupa lembaran aktivitas mahasiswa
b. Mahasiswa membaca artikel, dan membuat catatan hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).
c. Dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok kecil 3-5 mahasiswa.
d. Mahasiswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi artikel (talk). Dosen sebagi mediator lingkungan belajar.
e. Mahasiswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan artikel yang diperolehnya setelah diskusi (write).
f. Kegiatan akhir pembelajaan adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari.

3. Hakikat Strategi pembelajaran Direct Instruction
a. Pengertian Direct Instruction
    Direct instruction (pembelajaran langsung) menurut Yamin dan Ansari (2009: 66) disebut pula dengan metode ekspositoris sering metode ekspositoris ini disamakan dengan metode ceramah karena sifatnya sama-sama memberi informasi pembelajaran yang berpusat pada dosen (teacher centered).
            Pelaksanaan metode ekspositoris berbeda metode ceramah, mengingat pada metode ekspositoris dominasi dosen banyak dikurangi. Dosen tidak terus bicara, tetapi dosen hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan, misalnya pada permulaan.
            Pembelajaran ini berpusat pada dosen, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan mahasiswa. Jadi lingkungan harus diciptakan yang beriorentasi pada tugas-tugas yang harus diberikan pada mahasiswa Kilien (dalam Yamin dan Ansari, 2009: 66) mengatakan bahwa model pembelajaran direct instruction dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar mahasiswa yang berkenaan dengan pengetahuan prosudural yaitu pengetahuan mengenai melakukan sesuatu.

      b. Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Direct Instruction              
          Ciri-ciri  Pembelajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut :
               1). adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar,
                2).adanya sintaksis atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran,
                3).sistem pengelolaan dan lingkungan belajar mendukung berlangsungnya terjadi proses pembelajaran.

      c. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Direct Instruction          
          Adapun langkah-langkah Strategi pembelajaran Direct Instruction adalah :
              1). menyampaikan tujuan dan persiapan mahasiswa;
               2). mendemonstrasikan  pengetahuan dan keterampilan;
               3). membimbing pelatihan;
               4). mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik;
               5). memberikan latihan dan penerapan konsep.

d.      Kelebihan Strategi Pembelajaran Direct Instruction
            Beberapa kelebihan Strategi pembelajaran Direct Instruction :
                     1). dengan pembelajaran langsung kita dapat mengontrol mahasiswa dan urutan informasi yang diterima mahasiswa sehingga dapat mencapai suatu fokus hasil yang dicapai mahasiswa;
                      2). dapat digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil;
                      3). salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang eksplisit pada mahasiswa lemah;
                      4). pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat membantu mahasiswa yang lebih suka belajar dengan cara ini;
                      5). dosen dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini dosen dapat menentukan arah dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan;
6). organisasi kelas sederhana, pembelajaran langsung merupakan pembelajaran sederhana di bandingkan dengan Strategi cooperative learning memerlukan sesuatu tugas

      e. Kekurangan Strategi Pembelajaran Direct Instruction
          Beberapa kekurangan Strategi pembelajaran Direct Instruction :
1). agak sulit bagi mahasiswa untuk dapat mengasimilasi informasi melalui  mendengar observasi dan mencatat;
2). sangat susah melayani perbedaan individual antara siwa/ pengetahuan awal tingkat pemahaman, daya belajar atau minat belajar selama pembelajaran;
3). pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh dosen. Komunikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif;
4). mahasiswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

4.      Kemampuan Menulis Artikel
a. Pengetian Kemampuan  Menulis
           Depdiknas (KBBI, 2003:707) menulis adalah, “kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, kecakapan.”
Menurut Chaplin (1997:34), (dalam http://www.pdfqueen.com/pdf/pe/pengertian-kemampuan/) “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan,bakat,kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. (Robbins, 2000 :46). Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins (2000 :46-48) menyatakan bahwa kemampuan
terdiri dari dua faktor, yaitu:
1. Kemampuan intelektual (Intelectual ability)
    Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.
2. Kemampuan fisik (Physical ability)
   Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000 : 67), “secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.”
    Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan, informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan baik. Untuk itu, setiap kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika sehingga mampu mendukung pengertian baik dalam taraf signifikan maupun taraf value. Kalimat-kalimat yang demikian itu diwujudkan di atas kertas dengan menggunakan media sistem yang digunakan dalam suatu bahasa merupakan kemampuan prasarana yang harus dikuasi oleh seorang penulis.
            Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan 1983: 4). Sehubungan dengan hal ini, keterampilan menulis digunakan untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi sikap pembaca. Maksud dan tujuan seperti ini hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas ke dalam bentuk  atau wujud tulisan. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata-kata yang tepat makna, dan strukstur kalimat.
Depdiknas (KBBI, 2003:1219) menulis adalah membuat huruf dengan pena, melahirkan pikiran atau perasaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis merupakan kesanggupan atau kecakapan ynag dimiliki setiap individu yang diperolehnya melalui latihan secara terus menerus menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan.

 b. Artikel
       1). Pengertian Artikel
            Artikel dalam bahasa Inggris ditulis “article.” Menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S Poerwodarminto, article berarti “karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, berarti karangan di surat kabar dan majalah.
                 Secara umum artikel adalah bentuk karya tulis yang bermanfaat untuk menyebarkan informasi kepada khalayak yang menggambarkan kegiatan ataupun suatu peristiwa. Salah satu segi pelayanan yang diberikan media massa adalah menyajikan artikel. Artikel merupakan tulisan yang tidak kalah pentingnya bagi pembaca terutama untuk tujuan pendidikan, yaitu untuk menambah pendidikan.
                Artikel berupaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan berbagai macam pengetahuan tentang berbagai hal. Biasanya artikel berupa tulisan-tulisan yang disumbangkan oleh para pembaca untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang lain. Di sini pembaca saling membagi pengalaman denagn melukiskannya dalam bentuk tulisan yang dinamakan artikel.
              Bahasa yang digunakan dalam artikel bukanlah bahsa yang panjang dan berbelit-belit. Dengan kata lain, kalimat yang dipakai harus padat, lugas, komunikatif dan enak dibaca. Hal ini mengingat bahwa artikel tidak mutlak berisi fakta namun jua berisi opini, ide, dan pandangan yang sifatnya meyakinkan, mendidik dan sebagainya kepada pembaca, berbeda dengan berita.       
            Beberapa pengertian artikel menurut beberapa ahli yakni. Soesono (1993: 104) mengatakan “Artikel adalah sebuah tulisan yang isinya fakta berikut  masalah yang  tidak hanya  satu  tetapi beberapa  sekaligus yang saling terkait, di ikuti pendirian  subjektif  yang disertai  argumentasi berdasarkan  teori  keilmuan  dan  bukti  berupa data statistik  yang  mendukung   pendirian   itu, dipandang   bukan  opini  atau  esai  lagi,  tetapi sudah berkembang sebagai artikel.
            Swarsono dalam Djuroto dan Suprijadi (2002:4) menyebutkan “Artikel   adalah  karangan  yang menampung   gagasan dan opini penulis, biasanya berupa gagasan murni atau memungut  dari  sumber  lain,  referensi,  perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya. Artikel mengharuskan penulis    mencantumkan   namanya  secara    lengkap (by  name),  sebagai  tanggung  jawab  atas  kebenaran tulisannya.Romli dalam Djuroto dan Suprijadi (2002:5) juga menambahkan “Artikel sebagai karangan yang factual (non  fiksi), tentang    suatu    masalah    secara  lengkap,  yang panjangnya tidak ditentukan, unjtuk dimuat disurat kabar,  majalah,  bulletin, dan  sebagainya, dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan,  mendidik,   menawarkan  pemecahan suatu masalah, atau menghibur. Artikel termasuk tulisan kategori views (pandangan), yaitu  tulisan yang   berisi    pandangan,  ide,  opini,   penilaian penulisannya tentang suatu masalah atau peristiwa.
          Berdasarkan pendapat di atas, Djuroto dan Suprijadi (2002:5) menyimpulkan bahwa semua tulisan di surat kabar atau majalah yang bukan berbentuk berita, bisa disebut artikel. Yang membedakan salah satunya adalah letak pemuatan artikel tersebut. Jika artikel ini dimuat pada halaman opini, disebut artikel umum. Bila diletakkan di halamn sni dan hiburan dikatakan esai, dan jika dimuat di kolom khusus redaksi, diberi nama tajuk rencana.
          Berdasarkan pendapat para pakar di atas, penulis menyimpulkan bahwa artikel adalah tulisan non fiksi, yang isinya lengkap, padat, dan panjangnya tak tentu dimuat dalam surat kabar atau majalah yang bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur.
          Jadi, pengertian pembelajaran menulis artikel adalah belajar menuangkan ide atau perasaan secara tertulis dalam bentuk karangan non fiksi yang bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan pembaca.

      2). Ciri-Ciri umum Artikel
            Artikel merupakan tulisan yang isinya ojektif, yang menggunakan pemikiran yang mendalam, dengan melakukan penelitian baik lapangan maupun kepustakaan dan disajikan dengan menggunakan terminology atau peristilahan yang di pakai di kalangan umum. Menurut Nurudin, (2003: 94) sebelum memasuki tahap penulisan artikel, terlebih dahulu harus diketahui ciri-ciri artikel.
Ciri-ciri artikel adalah seperti di bawah ini :
a. Lugas, yaitu penulisan langsung menuju persoalan (tidak berputar-putar)
b. Objektif, yaitu keterangan, teori dan data yang disajikan memang benar-benar ada,
c. Cermat, yaitu berusaha menghindari kesalahn sekecil apapun,
d. Logis, segala keterangan memiliki dasar dan masuk akal dan dapat di uji kebenarannya,
e. Tidak melibatkan emosi berlebihan, seperti rasa haru, marah, dan benci,
f. Jelas dan padat, yaitu keterangan yang dikemukakan dapat dipahami,
g. Memperlihatkan bahasa baku, ejaan, tanda baca, dan kaidah bahasa lain,
h. Terbuka dan tidak egois, yaitu menerima kemungkinan pendapat baru dan tidak merasa paling benar,
i. Tidak menyudutkan atau membela satu individu atau kelompok dalam masyarakat secara berlebihan.

 3). Kriteria Menulis Artikel
       Kriteria cara menulis artikel yang baik menurut www.deliveri.org (14 Mei 2007) adalah sebagai berikut.
a.       Akurasi, kaidah-kaidah penulisan dalam pengertian modern, yaitu   laporan harus bersifat faktual, akurasi objektif dan berimbang. Sebagai penjabaran akurasi, maka muncul formula 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How)
b.      Objektif, berita harus merupakan laporan factual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan.
c.       Berimbang (balanced), berita laporan yang objektif termasuk tidak memihak kepentingan kelompok tertentu, sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan.
            Kemudian menurut pendapat Putra (26 Mei 2006) berikut beberapa criteria utama artikel yang bias dipertimbangkan yaitu, aktual, mengandung unsure baru, kerangka atau sistematika penulisan, gaya penulisan, dan bahan pendukung. Komponen tersbut dijelaskan di bawah ini.
a.       Aktual
Hal pertama yang diperhatikan redaktur media ketika menerima kiriman artikel adalah aktualitasnya. Adapun newspeg-nya? Newspeg ini bias berupa peristiwa itu sendiri, misalnya penggunaan facebook dikalangan remaja, HIV/AIDS, Narkoba.
b.      Mengandung unsur baru
Jika judul sudah aktual, hal lain yang akan diperhatikan redaktur adalah unsur baru dalam tulisan tersebut. Unsure baru ini dapat dilihat dari sudut pandang tulisan dalam penulisan karya ilmiah, mungkin ini mirip dengan perumusan masalah maupun data-data dan informasi baru yang disajikan.
c.       Kerangka atau sistematika tulisan
Secara substansial , tidak ada perbedaan antara kerangka penulisan artikel iptek popular dengan artikel ilmiah; setidaknya mengandung tiga komponen utama yakni pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir yang berisi kesimpulan dan saran.
d.      Gaya Penulisan
Jika tulisan sudah aktual dan mengandung unsure baru, langkah berikutnya yang harus diperhatikan adalah gaya penulisan. Sering kali tulisan yang menarik tetapi harus ditolak hanya karena gaya penulisannya sangat dipenuhi dengan istilah-istilah yang tak disertai padanannya dalam bahasa Indonesia.
e.       Bahan pendukung
Jangan lupa melengkapi tulisan dengan bahan, foto, gambar, grafik, ilustrasi dan table pendukung.

            Dari pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa criteria penulisan artikel yang baik adalah akurasi, yang penjabarannya muncul formula 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How), actual, kerangka atau sistematika penulisan yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup serta gaya penulisan. Artikel yang ditulis dengan rumus 5W + 1H, agar berita itu lengkap, akurat dans ekaligus memenuhi standar teknik jurnalistik. Artinya, artike itu mudah disusun dalam polayang sudah baku dan cepat dipahamiisisnya oleh pembaca. Dalam setiap peristiwa yang dilaporkan, terdapat enam unsur dasar yakni 5W +1H. what berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam periatiwa itu. When berarti kapan peristiwa itu terjadi. Where berarti dimana peristiwa itu terjadi. Why berrati mengapa peristiwa itu sampai terjadi. How berarti bagaiamana jalannya peristiwa itu atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa tersebut.

4). Unsur-Unsur Penulisan Artikel
Artikel secara umum terdiri dari beberapa bagian penting, berikut penjelasan masing-masing bagian artikel, yaitu :
a.       Head (Judul artikel)                                     
 Artikel berfungsi sebagai label yang menceminkan secara tepat inti yang terkandung dalam artikel. Judul artikel biasanya terdiri atas 5-15 kata. Menurut Wibowo (2006:84:86 judul artikel harus dipatokan pada prinsip berikut ini :
      a. Singkat dan padat, kreatif dan berkonotasi positif.
      b. Mencerminkan topic tulisan dan mudah di ingat.
      c. Mudah di baca dan di ungkapkan.
      d. Tidak kemarut terhadap penggunaan bahasa asing.
      e. dapat diterima secara umum.
      f. Harus berbentuk frasa, bukan berbentuk kalimat.
b. By Line (nama penulis)
 c. Leading (pembukaan/ pendahuluan)
 Dalam leading yang berisi tentang pemaparan secara singka    kejadian atau isi actual, biasanya berupa pernyataan seorang pejabat (tokoh yang menarik untuk dikaji lebih esensi dan implikasinya, leading harus merangsang motivasi pembaca leading memuat informasi singkat apa isi tulisan, tapi bukan belakang), rangkuman yang mengurai semuanya. Setelah membaca leading seharusnya masih tersisa sejumlah pertanyaan yang memotivasi pembaca mengetahui jawabannya dalam tubuh tulisan.
Alinea pembuka atau lead merupakan bagian penting dalam struktur penulisan artikel jurnalistik, terkadang disebut dengan intro. Sebagai alat pemancing minat dan atensi pembaca, lead ditujukan untuk (a) menarik pembaca untuk mengikuti materi tulisan, (b) merupakan cara untuk melancarkan pemaparan kisah. Mengingat letaknya, Lead ditujukan sebagai pengantar gagasan atau pokok pikiran penulinya. Atau sebaliknya, ditujukan dalam rangka menata pikiran pembaca guna mengetahui isi artikel seluruhnya.
d. Body (tubuh artikel)
Tubuh artikel body terdapat pemaparan inti masalah sekaligus analisis masalahnya, termasuk paparan fakta data, teori. Body lazimnya dibagi dalam beberapa subjudul bukan numerasi dan pembagian bab sebagaimana layaknya karya ilmiah lengkap seperti laporan hasil penelitian, skripsi, dan disertasi. Bagian ini perlu mendapat perhatian lebih tentang cara pengorganisasian.
            Setelah lead atau pembukaan di buat hal lain yang perlu dilakukan adalah menguraikan pokok pikiran di dalam leading ke tubuh artikel. Dari keseluruhan materi yang terkumpul, bahan yang akan digunakan disusun dalam kerangka dan disebut alinea tubuh.
e. Ending (penutup)
Bagian ending (penutup) biasanya berupa kesimpulan, ajakan     berbuat sesuatu, atau pertanyaan tanpa jawaban. Sebagai bagian paling akhir dibaca, hendaknya alinea penutup, selain dapat menimbulkan kesan mendalam bagi pembaca, juga diupayakan dapat berupa kesimpulan sementara atau kesimpulan akhir.
5). Kiat Langkah Penulisan Artikel
Langkah-langkah penulisan artikel yang lebih sederhana sebagai berikut.
         a.  Memilih topik
b.      Menentukan tema
c.       Mengumpulkan bahan
d.      Memilih atau membuat judul
e.       Memilih pola penggarapan
f.        Membuat out line
g.      Memulai dan membuka karangan
h.      Membangun serta menutup karangan
6). Kedudukan dan Fungsi Artikel
            Dalam surat kabar, tabloid majalah, jurnal atau bulletin kedudukan artikel sangat strategis. Artikel termasuk salah satu dari tiga kelompok menu utama pers.
Dua kelompok menu utama yang laina dalah kelompok berita (news) dan kelompok iklan (advertising). Reputasi suatu surat kabar atau majalah terbangun bukan karena hanya sajian berita-beritanya yang aktual melainkan juga karena ditunjang dengan kehadiran artikel-artikel yang ditulis oleh para pakar dari latar belakang disiplin ilmu, profesi, dan keahlian yang sangat beragam.
                Fungsi artikel dalam surat kabar sebagaimana yang dikemukakan Sumadiria (2005:11-14) diantaranya adalah :
1.      Sebagai penafsir dan penerjemah berita bagi surat kabar
2.      Sebagai wahana diskusi dan sosialisasi gagasan kontribusi pemikiran dalam rangka mencari solusi, serta proses mengaktualisasi dan eksistensi diri sebagi penulis.
3.      Wahana diskusi dan sosialisasi gagasan kepada masyarakat luas
4.      Sarana kontribusi pemikiran untuk memberikan solusi terhadap suatu persoalan yang sedang dihadapi masyarakat dan bangsa
5.      Sarana proses aktualisasi sekaligus untuk menunjukkan eksistensi diri.

      7). Kriteria Penilaian Artikel
            Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, bahwa criteria penulisan artikel adalah akurasi, actual, kerangka atau sistematika penulisan, serta gaya bahasa. Untuk menilai tulisan artikel mahasiswa muncul langkah-langkah indicator menulis artikel menurut Yogaswara (2006:124) yaitu seperti di bawah ini.
a.       Menentukan topic yang akan ditulis.
b.      Mendaftarkan butur-butir pokok yang akan ditulis didalamnya harus mencakup unsur berita 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How).
c.       Mengumpulkan bahan atau data.
d.      Mengembangkan butir-butir pokok atau kerangka karangan.
e.       Menedit atau menynting.
f.       Memberi judul.           
            Kemampuan menulis artikel penting dipahami dan dikuasai mahasiswa karena termasuk salah satu kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dalam kurikulum, akan tetapi pada kenyataannya mahasiswa masih kurang mampu menulis artikel. Masalah ini harus segera diatasi agar kemampuan menulis artikel tidak terpaku terus pada taraf kemamapuan yang rendah maka penulis memilih Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan komunikasi mahasiswa. Alur kemajuan Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan mahasiswa dalam berpikir dengan  proses membaca. Selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 mahasiswa. Dalam kelompok ini mahasiswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan, dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkan dalam tulisan. Dalam Strategi ini dosen hanya berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Peranan dosen selain itu juga memonitoring dan menilai partisipasi mahasiswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi.
            Seberapa besar pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) ini maka dihadirkanlah strategi lain yaitu strategi direct instruction. Strategi direct instruction ini disebut pula dengan metode ekspositoris. Metode ekspositoris ini sering disamakan dengan metode ceramah karena sifatnya dosen sama-sama memberi informasi, pembelajaran ini berpusat pada dosen (teacher centered). Tetapi tetap harus menjamin keterlibatan mahasiswa. Strategi direct instruction ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya dapat mengontrol isi dan urutan informasi yang diterima mahasiswa sehingga dapat mencapai suatu fokus hasil yang dicapai mahasiswa, dapat digunakan dikelas besar atau kecil, organisasi kelas sderhana, salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengerjakan konsep yang eksplisit pada mahasiswa lemah, pembelajaran ini menekankan pada pendengaran atau observasi, dosen dapat menguasai seluruh kelas. Selain kelebihan Strategi direct instruction juga mempunyai kekurangan yaitu, sulit bagi mahasiswa untuk dapat mengasimilasi informasi melalui pendengaran, observasi dan mencatat, sangat susah melayani perbedaan individual antara mahasiswa, pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh dosen, murid kurang aktif, murid kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
            Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa strategi think-talk-write (TTW) lebih memotivasi mahasiswa lebih aktif karena memacu untuk berpikir dengan proses membaca, berbicara dan membagai ide dengan temanya sebelum menulis. Sementara itu  strategi  direct instruction masih mengandalkan kreatifitas dan campur tangan dosen, sehingga mahsisiwa kurang optimalkan kemampuan dirinya. Dengan demikian,  dapat di duga bahwa strategi think-talk-write (TTW) akan memberikan pengaruh yang besar dalam kemampuan menulis artikel dibandingkan strategi direct instruction.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar