1. Hakikat
Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW)
Huiker
dan Laughin (Yamin dan Ansari, 2009: 84) Strategi ini pada dasarnya dibangun
melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari
keterlibatan mahasiswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri
setelah proses membaca kemudian berbicara dan membagi sharing dengan temanya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih
efektif apabila dilakukan dalam 3-5 mahasiswa. Dalam kelompok ini mahasiswa
diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan melalui mendengarkan dan
membagi ide bersama teman kemudian menyampaikan melalui tulisan.
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari membaca suatu
teks yang berisi cerita kemudian dicatat apa yang telah dibaca. Dalam membuat
atau menulis catatan setelah membaca mahasiswa membedakan dan mempersatukan ide
yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
sendiri. Menurut Wieder Hold (dalam Yamin dan Ansari, 2009 :85) membuat catatan
berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis.
Selain itu belajar rutin membuat atau menulis catatan setelah membaca
merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan
mempertinggi pengetahuan mahasiswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir
dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan
menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.
Kemampuan membaca, dan membaca
secara komprehensif (reading
comprehension) secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca baris-demi
bari (reading the lines) atau membaca
yang penting saja (reading between the
lines) (Wiederhold dalam Ansari, 2009:66). Sering kali
suatu teks bacaan di ikuti panduan bertujuan untuk mempermudah diskusi
mengembangkan pemahaman konsep mahasiswa (Narode dalam Ansari, 2009:66).
Setelah tahap “think” selesai, dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka pahami. Talk (berbicara) penting karena mahasiswa menggunakan bahasa
sendiri untuk menyajikan ide kepada temannya membangun teori bersama, sharing
strategi dan membuat defenisi. Pembentukan ide dalam proses talk sering kali dirumuskan, di
klarifikasikan atau direvisi. Fase berkomunikasi (talk) pada Strategi mahasiswa memungkinkan untuk terampil
berbicara. Pada umumnya berkomunikasi dapat berlangsung secara alamiah tetapi
menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari mahasiswa melalui kehidupannya.
Sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alamiah
dan mudah proses komunikasi dapat dibangun dikelas dan dimanfaatkan sebelum
menulis.
Selanjutnya fase “write” yaitu menulis diskusi/ dialog.
Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau
berdialog antar teman dan kemudiannya mengungkapkan melalui tulisan. Menulis
membantu merealisasikan tujuan pembelajaran. Pada aktivitas menulis ini dosen
melihat pengembangan konsep mahasiswa. Masingila dan Wisnowska (Yamin dan
Ansari, 2009), mengemukakan aktivitas menulis mahasiswa bagi dosen dapat
memantau kesalahan mahasiswa, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak
ada pekerjaan yang ketinggalan, meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu
lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
- Kemampuan Berpikir, Berdiskusi, dan Menulis (Think-Talk-Write)
Wiedorhold,
1997 (dalam Ansari, 2009:66), beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
menyusun model pemblajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi
mahasiswa dalam berpikir, diskusi, dan menulis. Ada suatu mata rantai yang
saling terkait antara kemampuan berpikir/ membaca, diskusi dan menulis.
Seseorang yang rajin membaca, namun enggan menulis, akan kehilangan arah.
Demikian juga sebaliknya, jika seorang gemar menulis, namun enggan membaca maka
akan berkurang makna tulisannya. Yang lebih baik adalah, jika seseorang yang
gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog), kemudian menuangkannya dalam
tulisan, maka akan memantapkan hasil tulisannya. Oleh karena itu, diskusi dan
menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk semua jenjang sekolah.
Sementara itu, kemampuan membaca dalam topik-topik tersebut dan menyimpulkan
merupakan aspek penting untuk melihat keberhasilan berpikir mahasiswa.
Dahar, 1989 (dalam Ansari, 2009:66), bila
kepada mahasiswa-mahasiswa yang tergolong atas (kemampuan baik) diberi tugas
membaca, mereka akan melakukan elaborasi (pengembangan) apa yang telah dibaca.
Ini berarti mereka memikirkan gagasan, contoh-contoh, gambaran mental, dan
konsep-konsep lain yang berhubungan. Selain itu, mahasiswa juga
mengorganisasikan informasi yang baru diperoleh. Organisasi merupakan proses
pembagian himpunan informasi menjadi sub-sub tersebut. Oleh karena elaborasi
dan informasi memperlancar belajar dan mengahafal (recall and retention), maka rasional bila kehadiran kedua bentuk
ini ditingkatkan dalam belajar-mengajar melalui proses membaca. Untuk
merangsang organisasi terhadap informasi, dosen dapat memberikan bagan, grafik,
atau outline yang memuat konsep-konsep yang dipelajari. Menurut Manzo, ”bahwa
pengenalan kembali informasi atau struktur teks melalui membaca keras merupakan
alat bantu bagi pemahaman isi teks, dan membuat catatan penting dari hasil
bacaan dapat meningkatkan dasar pengetahuan mahasiswa, bahkan dapat
meningkatkan berpikir dan keterampilan menulis” (dalam Ansari, 2009:66).
Mata rantai berikutnya adalah
diskusi. Dalam diskusi mahasiswa perlu memiliki keterampilan komunikasi lisan
yang dapat dilakukan dengan latihan secara teratur.
Ada beberapa
latihan yang dapat dilakukan dosen untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
lisan, antara lain:
- menggunakan presentasi di kelas oleh mahasiswa untuk melaporkan suatu teks artikel;
- menggunakan kelompok kecil untuk memberi latihan. Boleh jadi setiap grup diberi soal yang berbeda, dan setiap group berdiskusi kemudian menuliskan laporan penyelesaiannya. Akhirnya masing-masing grup mempresentasikan dalam kelas untuk memperoleh solusi yang benar, namun perlu diingat bahwa yang terpenting dalam aktivitas ini adalah talking atau keterampilan komunikasi lisan;
- menggunakan permainan. Menurut Peterson, 1987 bahwa ”hasil penelitian menunujukkan bahwa, diskusi dapat menyadarkan mahasiswa mengapa jawabannya salah, dan membantu mahasiswa melihat jawaban yang benar”.
Selain
kemampuan membaca dan berdiskusi, kemampuan lain yang berkontribusi terhadap
kemampuan komunikasi adalah menulis. Menulis adalah proses bermakna karena
mahasiswa secara aktif memmbangun hubungan antara yang dipelajari dengan apa
yang sudah mereka ketahui. Menulis dapat membantu mahasiswa membentuk pemahaman
secara implisit dan berpikir lebih eksplisit sehingga mereka dapat melihat dan
merefleksikan pengetahuan dan pikirannya.
Manzo,
1995 (dalam Ansari 2009: 69) mengungkapkan keuntungan yang diperoleh dari
aktivitas menulis antara lain sebagai berikut:
- menulis dapat meningkatkan taraf aktivitas intelektual pembaca;
- menulis dapat membantu mahasiswa merumuskan kata-kata dengan lebih baik;
- menulis dapat membangun matagognitif bahkan kemampuan kognitif, karena menulis memungkinkan mahasiswa melakukan instrospeksi, analisis dan sintesis pada level yang lebih mendalam.
Berdasarkan
pandangan beberapa ahli seperti yang di uraikan di atas, bahwa aktivitas
menulis dapat meningkatkan pemahaman ke arah yang lebih baik. Rasional bila
pemahaman adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi.
Oleh sebab itu pemahaman perlu ditingkatkan dalam pembelajaran yang memberi
peluang lebih besar pada mahasiswa melakukan aktivitas membaca, diskusi dan
menulis.
Peranan
dan tugas dosen dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi think-talk-write ini, sebagaimana yang
dikemukakan Silver dan Smith (dalam Yamin dan Ansari, 2009:90) adalah:
- mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, dan menanyang setiap mahasiswa berpikir;
- mendengar secara baik-baik ide mahasiswa; dimana dosen memperhatikan pendapat mahasiswa.
- menyuruh mahasiswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan;
- memutuskan apa yang digali dan dibawa mahasiswa dalam diskusi;
- memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan mahasiswa berjuang dengan kesulitan;
- memonitoring dan menilai partisipasi mahasiswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap mahasiswa untuk berpartisipasi.
b. Desain
Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
c.
Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Menurut Yamin dan Ansani (2009: 90)
langkah-langkah pembelajran TTW adalah
sebagai berikut :
a. Dosen membagi artikel bacaan berupa
lembaran aktivitas mahasiswa
b. Mahasiswa membaca artikel, dan membuat
catatan hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).
c. Dosen membagi mahasiswa ke dalam
kelompok kecil 3-5 mahasiswa.
d. Mahasiswa berinteraksi dan
berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi artikel (talk).
Dosen sebagi mediator lingkungan belajar.
e. Mahasiswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan
artikel yang diperolehnya setelah diskusi (write).
f. Kegiatan akhir pembelajaan adalah
membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari.
3. Hakikat Strategi pembelajaran Direct Instruction
a. Pengertian Direct Instruction
Direct instruction (pembelajaran langsung) menurut Yamin dan Ansari
(2009: 66) disebut pula dengan metode ekspositoris sering metode ekspositoris
ini disamakan dengan metode ceramah karena sifatnya sama-sama memberi informasi
pembelajaran yang berpusat pada dosen (teacher
centered).
Pelaksanaan metode ekspositoris
berbeda metode ceramah, mengingat pada metode ekspositoris dominasi dosen
banyak dikurangi. Dosen tidak terus bicara, tetapi dosen hanya memberi
informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan, misalnya pada permulaan.
Pembelajaran ini berpusat pada
dosen, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan mahasiswa. Jadi
lingkungan harus diciptakan yang beriorentasi pada tugas-tugas yang harus
diberikan pada mahasiswa Kilien (dalam Yamin dan Ansari, 2009: 66) mengatakan
bahwa model pembelajaran direct
instruction dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
mahasiswa yang berkenaan dengan pengetahuan prosudural yaitu pengetahuan
mengenai melakukan sesuatu.
b.
Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Direct
Instruction
Ciri-ciri
Pembelajaran Direct Instruction
adalah sebagai berikut :
1). adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar,
2).adanya sintaksis atau pola
keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran,
3).sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar mendukung berlangsungnya terjadi proses pembelajaran.
c.
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Direct
Instruction
Adapun
langkah-langkah Strategi pembelajaran Direct
Instruction adalah :
1). menyampaikan tujuan dan persiapan
mahasiswa;
2). mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan;
3). membimbing pelatihan;
4). mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik;
5). memberikan latihan dan penerapan
konsep.
d. Kelebihan Strategi Pembelajaran Direct Instruction
Beberapa
kelebihan Strategi pembelajaran Direct
Instruction :
1). dengan pembelajaran langsung kita dapat
mengontrol mahasiswa dan urutan informasi yang diterima mahasiswa sehingga
dapat mencapai suatu fokus hasil yang dicapai mahasiswa;
2). dapat
digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil;
3). salah
satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang eksplisit pada
mahasiswa lemah;
4).
pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat
membantu mahasiswa yang lebih suka belajar dengan cara ini;
5). dosen
dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini dosen dapat menentukan arah
dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan;
6). organisasi kelas sederhana,
pembelajaran langsung merupakan pembelajaran sederhana di bandingkan dengan
Strategi cooperative learning
memerlukan sesuatu tugas
e.
Kekurangan Strategi Pembelajaran Direct
Instruction
Beberapa
kekurangan Strategi pembelajaran Direct
Instruction :
1). agak sulit bagi mahasiswa untuk
dapat mengasimilasi informasi melalui
mendengar observasi dan mencatat;
2). sangat susah melayani perbedaan
individual antara siwa/ pengetahuan awal tingkat pemahaman, daya belajar atau
minat belajar selama pembelajaran;
3). pembelajaran ini sangat
tergantung dari gaya
berkomunikasi oleh dosen. Komunikasi yang kaku cenderung menghasilkan
pembelajaran yang pasif;
4). mahasiswa kurang diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
4. Kemampuan Menulis Artikel
a. Pengetian Kemampuan Menulis
Depdiknas (KBBI, 2003:707) menulis
adalah, “kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, kecakapan.”
Menurut Chaplin (1997:34), (dalam http://www.pdfqueen.com/pdf/pe/pengertian-kemampuan/)
“ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan,bakat,kesanggupan) merupakan
tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. “Kemampuan bisa
merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktek”. (Robbins, 2000 :46). Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi
menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil
latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan
melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins (2000 :46-48) menyatakan bahwa
kemampuan
terdiri dari dua
faktor, yaitu:
1. Kemampuan intelektual
(Intelectual ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas
secara mental.
2. Kemampuan
fisik (Physical ability)
Merupakan
kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000 : 67), “secara psikologis,
kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan
reality (knowledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ di atas
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.”
Menulis adalah kegiatan
menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan, informasi, serta
maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat
disampaikan dengan baik. Untuk itu, setiap kalimat harus disusun sesuai dengan
kaidah-kaidah gramatika sehingga mampu mendukung pengertian baik dalam taraf
signifikan maupun taraf value. Kalimat-kalimat yang demikian itu diwujudkan di
atas kertas dengan menggunakan media sistem yang digunakan dalam suatu bahasa
merupakan kemampuan prasarana yang harus dikuasi oleh seorang penulis.
Menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis ini, seorang penulis harus
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan 1983:
4). Sehubungan dengan hal ini, keterampilan menulis digunakan untuk mencatat
atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi
sikap pembaca. Maksud dan tujuan seperti ini hanya dapat dicapai dengan baik
oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan
jelas ke dalam bentuk atau wujud
tulisan. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan
pemilihan kata-kata yang tepat makna, dan strukstur kalimat.
Depdiknas (KBBI, 2003:1219) menulis adalah membuat huruf dengan pena,
melahirkan pikiran atau perasaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis
merupakan kesanggupan atau kecakapan ynag dimiliki setiap individu yang
diperolehnya melalui latihan secara terus menerus menggunakan pola-pola bahasa
secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan.
b. Artikel
1). Pengertian Artikel
Artikel
dalam bahasa Inggris ditulis “article.”
Menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan
W.J.S Poerwodarminto, article berarti
“karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, berarti karangan di surat kabar dan
majalah.
Secara umum artikel adalah bentuk karya tulis yang bermanfaat untuk
menyebarkan informasi kepada khalayak yang menggambarkan kegiatan ataupun suatu
peristiwa. Salah satu segi pelayanan yang diberikan media massa adalah menyajikan artikel. Artikel
merupakan tulisan yang tidak kalah pentingnya bagi pembaca terutama untuk
tujuan pendidikan, yaitu untuk menambah pendidikan.
Artikel berupaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan berbagai macam
pengetahuan tentang berbagai hal. Biasanya artikel berupa tulisan-tulisan yang
disumbangkan oleh para pembaca untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang lain. Di
sini pembaca saling membagi pengalaman denagn melukiskannya dalam bentuk
tulisan yang dinamakan artikel.
Bahasa yang digunakan dalam artikel bukanlah bahsa yang panjang dan
berbelit-belit. Dengan kata lain, kalimat yang dipakai harus padat, lugas,
komunikatif dan enak dibaca. Hal ini mengingat bahwa artikel tidak mutlak
berisi fakta namun jua berisi opini, ide, dan pandangan yang sifatnya
meyakinkan, mendidik dan sebagainya kepada pembaca, berbeda dengan berita.
Beberapa pengertian artikel menurut
beberapa ahli yakni. Soesono (1993:
104) mengatakan “Artikel adalah sebuah tulisan yang isinya fakta berikut masalah yang
tidak hanya satu tetapi beberapa sekaligus yang saling terkait, di ikuti
pendirian subjektif yang disertai
argumentasi berdasarkan
teori keilmuan dan
bukti berupa data statistik yang
mendukung pendirian itu, dipandang bukan
opini atau esai
lagi, tetapi sudah berkembang
sebagai artikel.
Swarsono
dalam Djuroto dan Suprijadi (2002:4) menyebutkan
“Artikel adalah karangan
yang menampung gagasan dan opini
penulis, biasanya berupa gagasan murni atau memungut dari
sumber lain, referensi,
perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya. Artikel mengharuskan
penulis mencantumkan namanya
secara lengkap (by name),
sebagai tanggung jawab
atas kebenaran tulisannya.Romli dalam Djuroto dan Suprijadi
(2002:5) juga menambahkan “Artikel sebagai karangan yang factual (non fiksi), tentang suatu
masalah secara lengkap,
yang panjangnya tidak ditentukan, unjtuk dimuat disurat kabar, majalah,
bulletin, dan sebagainya, dengan
tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik,
menawarkan pemecahan suatu
masalah, atau menghibur. Artikel termasuk tulisan kategori views (pandangan),
yaitu tulisan yang berisi
pandangan, ide, opini,
penilaian penulisannya tentang suatu masalah atau peristiwa.
Berdasarkan pendapat di atas, Djuroto
dan Suprijadi (2002:5) menyimpulkan
bahwa semua tulisan di surat
kabar atau majalah yang bukan berbentuk berita, bisa disebut artikel. Yang
membedakan salah satunya adalah letak pemuatan artikel tersebut. Jika artikel
ini dimuat pada halaman opini, disebut artikel umum. Bila diletakkan di halamn
sni dan hiburan dikatakan esai, dan jika dimuat di kolom khusus redaksi, diberi
nama tajuk rencana.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, penulis menyimpulkan bahwa
artikel adalah tulisan non fiksi, yang isinya lengkap, padat, dan panjangnya
tak tentu dimuat dalam surat kabar atau majalah yang bertujuan untuk
menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan, mendidik, atau
menghibur.
Jadi, pengertian pembelajaran menulis artikel adalah belajar menuangkan
ide atau perasaan secara tertulis dalam bentuk karangan non fiksi yang
bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan
pembaca.
2). Ciri-Ciri umum Artikel
Artikel merupakan tulisan yang isinya ojektif, yang menggunakan
pemikiran yang mendalam, dengan melakukan penelitian baik lapangan maupun
kepustakaan dan disajikan dengan menggunakan terminology atau peristilahan yang
di pakai di kalangan umum. Menurut Nurudin, (2003: 94) sebelum memasuki tahap
penulisan artikel, terlebih dahulu harus diketahui ciri-ciri artikel.
Ciri-ciri
artikel adalah seperti di bawah ini :
a.
Lugas, yaitu penulisan langsung menuju persoalan (tidak berputar-putar)
b. Objektif, yaitu
keterangan, teori dan data yang disajikan memang benar-benar ada,
c.
Cermat, yaitu berusaha menghindari kesalahn sekecil apapun,
d. Logis, segala
keterangan memiliki dasar dan masuk akal dan dapat di uji kebenarannya,
e.
Tidak melibatkan emosi berlebihan, seperti rasa haru, marah, dan benci,
f.
Jelas dan padat, yaitu keterangan yang dikemukakan dapat dipahami,
g.
Memperlihatkan bahasa baku,
ejaan, tanda baca, dan kaidah bahasa lain,
h. Terbuka dan tidak
egois, yaitu menerima kemungkinan pendapat baru dan tidak merasa paling benar,
i. Tidak menyudutkan
atau membela satu individu atau kelompok dalam masyarakat secara berlebihan.
3). Kriteria Menulis Artikel
Kriteria
cara menulis artikel yang baik menurut www.deliveri.org
(14 Mei 2007) adalah sebagai berikut.
a.
Akurasi, kaidah-kaidah penulisan dalam pengertian
modern, yaitu laporan harus bersifat
faktual, akurasi objektif dan berimbang. Sebagai penjabaran akurasi, maka
muncul formula 5W+1H (What, Who, When,
Where, Why, dan How)
b.
Objektif, berita harus merupakan laporan factual
tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini
dimungkinkan.
c.
Berimbang (balanced),
berita laporan yang objektif termasuk tidak memihak kepentingan kelompok
tertentu, sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan
pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan.
Kemudian menurut pendapat Putra (26
Mei 2006) berikut beberapa criteria utama artikel yang bias dipertimbangkan
yaitu, aktual, mengandung unsure baru, kerangka atau sistematika penulisan, gaya penulisan, dan bahan
pendukung. Komponen tersbut dijelaskan di bawah ini.
a.
Aktual
Hal pertama yang diperhatikan redaktur media ketika
menerima kiriman artikel adalah aktualitasnya. Adapun newspeg-nya? Newspeg ini bias berupa peristiwa itu sendiri,
misalnya penggunaan facebook
dikalangan remaja, HIV/AIDS, Narkoba.
b.
Mengandung unsur baru
Jika judul sudah aktual, hal lain yang akan
diperhatikan redaktur adalah unsur baru dalam tulisan tersebut. Unsure baru ini
dapat dilihat dari sudut pandang tulisan dalam penulisan karya ilmiah, mungkin
ini mirip dengan perumusan masalah maupun data-data dan informasi baru yang
disajikan.
c.
Kerangka atau sistematika tulisan
Secara substansial , tidak ada perbedaan antara
kerangka penulisan artikel iptek popular dengan artikel ilmiah; setidaknya
mengandung tiga komponen utama yakni pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir
yang berisi kesimpulan dan saran.
d.
Gaya
Penulisan
Jika tulisan sudah aktual dan mengandung unsure
baru, langkah berikutnya yang harus diperhatikan adalah gaya penulisan. Sering kali tulisan yang
menarik tetapi harus ditolak hanya karena gaya
penulisannya sangat dipenuhi dengan istilah-istilah yang tak disertai
padanannya dalam bahasa Indonesia.
e.
Bahan pendukung
Jangan lupa melengkapi tulisan dengan bahan, foto,
gambar, grafik, ilustrasi dan table pendukung.
Dari pendapat pakar di atas, dapat
disimpulkan bahwa criteria penulisan artikel yang baik adalah akurasi, yang
penjabarannya muncul formula 5W+1H (What,
Who, When, Where, Why, dan How), actual, kerangka atau sistematika
penulisan yang mencakup pendahuluan, isi, dan penutup serta gaya penulisan. Artikel yang ditulis dengan
rumus 5W + 1H, agar berita itu lengkap, akurat dans ekaligus memenuhi standar
teknik jurnalistik. Artinya, artike itu mudah disusun dalam polayang sudah baku dan cepat
dipahamiisisnya oleh pembaca. Dalam setiap peristiwa yang dilaporkan, terdapat
enam unsur dasar yakni 5W +1H. what berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan
kepada khalayak. Who berarti siapa
yang menjadi pelaku dalam periatiwa itu. When
berarti kapan peristiwa itu terjadi. Where
berarti dimana peristiwa itu terjadi. Why
berrati mengapa peristiwa itu sampai terjadi. How berarti bagaiamana jalannya peristiwa itu atau bagaimana cara
menanggulangi peristiwa tersebut.
4).
Unsur-Unsur Penulisan Artikel
Artikel secara umum terdiri dari beberapa bagian penting, berikut
penjelasan masing-masing bagian artikel, yaitu :
a. Head (Judul artikel)
Artikel
berfungsi sebagai label yang menceminkan secara tepat inti yang terkandung
dalam artikel. Judul artikel biasanya terdiri atas 5-15 kata. Menurut Wibowo
(2006:84:86 judul artikel harus dipatokan pada prinsip berikut ini :
a. Singkat dan padat, kreatif dan
berkonotasi positif.
b. Mencerminkan topic tulisan dan mudah di
ingat.
c. Mudah di baca dan di ungkapkan.
d. Tidak kemarut terhadap penggunaan
bahasa asing.
e. dapat diterima secara umum.
f. Harus berbentuk frasa, bukan berbentuk
kalimat.
b.
By Line (nama penulis)
c. Leading
(pembukaan/ pendahuluan)
Dalam leading yang berisi tentang pemaparan secara singka kejadian atau isi actual, biasanya berupa
pernyataan seorang pejabat (tokoh yang menarik untuk dikaji lebih esensi dan
implikasinya, leading harus
merangsang motivasi pembaca leading memuat informasi singkat apa isi tulisan,
tapi bukan belakang), rangkuman yang mengurai semuanya. Setelah membaca leading
seharusnya masih tersisa sejumlah pertanyaan yang memotivasi pembaca mengetahui
jawabannya dalam tubuh tulisan.
Alinea pembuka atau lead
merupakan bagian penting dalam struktur penulisan artikel jurnalistik,
terkadang disebut dengan intro. Sebagai alat pemancing minat dan atensi
pembaca, lead ditujukan untuk (a)
menarik pembaca untuk mengikuti materi tulisan, (b) merupakan cara untuk
melancarkan pemaparan kisah. Mengingat letaknya, Lead ditujukan sebagai pengantar gagasan atau pokok pikiran
penulinya. Atau sebaliknya, ditujukan dalam rangka menata pikiran pembaca guna
mengetahui isi artikel seluruhnya.
d. Body (tubuh artikel)
Tubuh artikel body terdapat
pemaparan inti masalah sekaligus analisis masalahnya, termasuk paparan fakta
data, teori. Body lazimnya dibagi
dalam beberapa subjudul bukan numerasi dan pembagian bab sebagaimana layaknya
karya ilmiah lengkap seperti laporan hasil penelitian, skripsi, dan disertasi.
Bagian ini perlu mendapat perhatian lebih tentang cara pengorganisasian.
Setelah lead atau pembukaan di buat hal lain yang perlu dilakukan adalah
menguraikan pokok pikiran di dalam leading
ke tubuh artikel. Dari keseluruhan materi yang terkumpul, bahan yang akan
digunakan disusun dalam kerangka dan disebut alinea tubuh.
e. Ending (penutup)
Bagian ending (penutup) biasanya berupa kesimpulan, ajakan berbuat sesuatu, atau pertanyaan tanpa
jawaban. Sebagai bagian paling akhir dibaca, hendaknya alinea penutup, selain
dapat menimbulkan kesan mendalam bagi pembaca, juga diupayakan dapat berupa
kesimpulan sementara atau kesimpulan akhir.
5). Kiat Langkah Penulisan Artikel
Langkah-langkah penulisan artikel yang lebih sederhana sebagai berikut.
a.
Memilih topik
b. Menentukan tema
c. Mengumpulkan bahan
d. Memilih atau membuat judul
e. Memilih pola penggarapan
f.
Membuat out line
g. Memulai dan membuka karangan
h. Membangun serta menutup karangan
6). Kedudukan
dan Fungsi Artikel
Dalam surat kabar, tabloid majalah, jurnal atau
bulletin kedudukan artikel sangat strategis. Artikel termasuk salah satu dari
tiga kelompok menu utama pers.
Dua
kelompok menu utama yang laina dalah kelompok berita (news) dan kelompok iklan (advertising).
Reputasi suatu surat
kabar atau majalah terbangun bukan karena hanya sajian berita-beritanya yang
aktual melainkan juga karena ditunjang dengan kehadiran artikel-artikel yang
ditulis oleh para pakar dari latar belakang disiplin ilmu, profesi, dan
keahlian yang sangat beragam.
Fungsi artikel dalam surat
kabar sebagaimana yang dikemukakan Sumadiria (2005:11-14) diantaranya adalah :
1.
Sebagai penafsir dan penerjemah berita bagi surat kabar
2.
Sebagai wahana diskusi dan sosialisasi gagasan
kontribusi pemikiran dalam rangka mencari solusi, serta proses mengaktualisasi
dan eksistensi diri sebagi penulis.
3.
Wahana diskusi dan sosialisasi gagasan kepada
masyarakat luas
4.
Sarana kontribusi pemikiran untuk memberikan solusi
terhadap suatu persoalan yang sedang dihadapi masyarakat dan bangsa
5.
Sarana proses aktualisasi sekaligus untuk menunjukkan
eksistensi diri.
7).
Kriteria Penilaian Artikel
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya,
bahwa criteria penulisan artikel adalah akurasi, actual, kerangka atau
sistematika penulisan, serta gaya
bahasa. Untuk menilai tulisan artikel mahasiswa muncul langkah-langkah
indicator menulis artikel menurut Yogaswara (2006:124) yaitu seperti di bawah
ini.
a.
Menentukan topic yang akan ditulis.
b.
Mendaftarkan butur-butir pokok yang akan ditulis
didalamnya harus mencakup unsur berita 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How).
c.
Mengumpulkan bahan atau data.
d.
Mengembangkan butir-butir pokok atau kerangka karangan.
e.
Menedit atau menynting.
f.
Memberi judul.
Kemampuan menulis artikel penting
dipahami dan dikuasai mahasiswa karena termasuk salah satu kompetensi yang
harus dicapai mahasiswa dalam kurikulum, akan tetapi pada kenyataannya
mahasiswa masih kurang mampu menulis artikel. Masalah ini harus segera diatasi
agar kemampuan menulis artikel tidak terpaku terus pada taraf kemamapuan yang
rendah maka penulis memilih Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan
pemahaman dan komunikasi mahasiswa. Alur kemajuan Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan mahasiswa dalam
berpikir dengan proses membaca.
Selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing)
dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika
dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 mahasiswa. Dalam kelompok ini
mahasiswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan,
dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkan dalam tulisan. Dalam
Strategi ini dosen hanya berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Peranan
dosen selain itu juga memonitoring dan menilai partisipasi mahasiswa dalam
diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong mahasiswa untuk
berpartisipasi.
Seberapa besar pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) ini maka
dihadirkanlah strategi lain yaitu strategi direct
instruction. Strategi direct
instruction ini disebut pula dengan metode ekspositoris. Metode
ekspositoris ini sering disamakan dengan metode ceramah karena sifatnya dosen
sama-sama memberi informasi, pembelajaran ini berpusat pada dosen (teacher centered). Tetapi tetap harus
menjamin keterlibatan mahasiswa. Strategi direct
instruction ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya dapat mengontrol
isi dan urutan informasi yang diterima mahasiswa sehingga dapat mencapai suatu
fokus hasil yang dicapai mahasiswa, dapat digunakan dikelas besar atau kecil,
organisasi kelas sderhana, salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk
mengerjakan konsep yang eksplisit pada mahasiswa lemah, pembelajaran ini
menekankan pada pendengaran atau observasi, dosen dapat menguasai seluruh
kelas. Selain kelebihan Strategi direct
instruction juga mempunyai kekurangan yaitu, sulit bagi mahasiswa untuk
dapat mengasimilasi informasi melalui pendengaran, observasi dan mencatat,
sangat susah melayani perbedaan individual antara mahasiswa, pembelajaran ini
sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh dosen, murid kurang aktif, murid
kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Dari uraian di atas dapat dilihat
bahwa strategi think-talk-write (TTW)
lebih memotivasi mahasiswa lebih aktif karena memacu untuk berpikir dengan
proses membaca, berbicara dan membagai ide dengan temanya sebelum menulis.
Sementara itu strategi direct
instruction masih mengandalkan kreatifitas dan campur tangan dosen,
sehingga mahsisiwa kurang optimalkan kemampuan dirinya. Dengan demikian, dapat di duga bahwa strategi think-talk-write (TTW) akan memberikan
pengaruh yang besar dalam kemampuan menulis artikel dibandingkan strategi direct instruction.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar