KADAR CBSA DALAM PEMBELAJARAN
CBSA akan lebih tampak dan
menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi kepada
siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung beroientasi
kepada guru.
Ada 7 (tujuh) dimensi
proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar ke-CBSA-an yang
dikemukakan oleh Mc Keachie, yaitu:
1.
Partisipasi
siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2.
Tekanan
pada aspek afektif dalam belajar.
3.
Partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk
interaksi antarsiswa.
interaksi antarsiswa.
4.
Kekohesifan
(kekompakkan) kelas sebagai kelompok.
5.
Kebebasan
atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
6.
Jumlah
waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa,
baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan
sekolah/pembelajaran.
baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan
sekolah/pembelajaran.
Yamamoto mengungkapkan
bahwa proses pembelajaran yang op[timal terjadi apabila siswa yang belajar
maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat
dalam proses pembelajaran. Lindgren mengemukakan 4 (empat) kemungkinan
interaksi pembelajaran, yakni:
1.
Interaksi
satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyamapi pesan dan
siswa penerima pesan.
siswa penerima pesan.
2 Interaksi
dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh
balikan dari siswa.
3.
Interaksi
dua arah antara guru-siswa, dimana guru mendapat balikan dari siswa.Selain itu,
siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lain.
4. Interaksi
optimal antara guru-siswa, dan antara siswa-siswa.
Raka Joni (1992: 19-20)
mengungkapkan bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik
berikut:
1.
Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa
berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri.
berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri.
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya
pengalaman belajar.
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar
standar akademis,
kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh
dan setimbang.
kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh
dan setimbang.
4. Pengelolaan
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas
siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep
dengan mantap.
siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep
dengan mantap.
5.
Penilaian,
dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan
kemajuan siswa, serta
mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan.
kemajuan siswa, serta
mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan.
Kadar
MA ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya
keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya.
Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar, maka berarti semakin rendah kadar CBSA tersebut.
Kadar
CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciri-ciri, sebagai
berilmu :
1)
Pada tingkat masukan, ditandai oleh:
- Adanya
keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimiliki
sebagai baban masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
- Adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang
menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.
- Adanya
keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan
pembelajaran.
- Adanya
keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan
sebagai alat bantu belajar.
- Adanya
kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan
kegiatan belajar.
2)
Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:
- Adanya
keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan
personal dalam proses belajar.
- Adanya
berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat,
memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur
kemandirian yang cukup tinggi.
- Keterlibatan
secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi,
selaras dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.
- Keterlibatan
siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh
pengalaman belajar serta turut membantu mengorganisasikan lingkungan
belajar itu, baik secara individual maupun secara kelompok.
- Keterlibatan
siswa dalam meneari imformasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan
tepat guna bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah
mereka rumuskan sendiri.
- Keterlibatan
siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas penanyaan guru,
mengajukan penanyaan/ masalah dam berupaya menjawabnya sendiri, menilai
jawaban dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama
berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut.
3)
Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
- Ketertibatan
siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
- Keterlibatan
siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen
penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
- Keterlibatan
siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan
hasil belajar.
- Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagal hasil belajar dan pembelajaran.
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu proses
belajar mengajar, dan bila mungkin di klasifikasikan menjadi: kadar tinggi,
kadar sedang, dan kadar rendah. Kendatipun tampak, bahwa keaktifan guru sangat
menonjol, namun tidak berarti keaktifan guru di abaikan. Tanpa upaya dan
pengaruh serta arahan guru sebagai fasilitator dan pengorganisasian belajar,
maka kadar CBSA yang diinginkan tak mungkin tercapai. Guru tetap
bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang mampu mengundang /
menantang siswa untuk belajar.
Faktor-faktor yang harus dimiliki
seorang siswa untuk belajar aktif
1.
Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol
adalah mendengar dan melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan
dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa sesorang.
2. Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83%
dari penglihatannya. Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek
nyata, seperti peragaa atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan peserta
didik dalam belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat
bantu dengar dan pandang, atau yang sering di kenal dengan istilah alat peraga.
3.
Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar
bukan hanya mendengar dan melihat, tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat
memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.
4.
Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar
terjadinya berbagai bentuk perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan
dari benda yang dikecap.
5. Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat
dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
6.
Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik
melakukan proses berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan
kepadanya, baik secara lisan maupun secara tulisan, serta dari proses
penginderaan yang lain yang kemudian peserta didik mempersepsi dan
menanggapinya. Berdasarkan tanggapannya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan,
pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis,
menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku
kognitif yang dapat dicapai dalam proses belajar mengajar.
7.
Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses
berpikir yang kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau
mengekspresikan ide. Ekspresi ide ini dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi,
melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui kegiatan semacam
itu, taraf kemmapuan kognitif yang dicapai lebih baik dan lebih tinggi
dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan, apalagi penginderaan
yang dilakukan hanya sekedar mendengar semata-mata.
Melakukan
latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui proses
belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif (sikap) dan
tingkah laku psikomotorik.
Pembelajaran
CBSA merupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja guru. Hampir dapat dikatakan
bahwa guru profesional diduga berkemampuan mengelola pembelajaran berkadar
CBSA tinggi.
Faktor-faktor
penentu kegiatan pembelajaran berupa,
(1)
karakteristik tujuan,
(2)
karakteristik mata pelajaran/bidang studi,
(3)
karakteristik lingkungan/ setting pembelajaran,
(4)
karakteristik siswa,
(5)
karakteristik guru dan,
(6)
karakteristik bahan/alat pembelajaran.
Dari
keenam faktor tersebut dapat diketahui bahwa penentu utama pembelajaran ber
CBSA adalah guru yang memahami kelima karakteristik faktor yang lain.
Pembelajaran
ber-CBSA tersebut dapat, dilakukan guru dengan pendekatan keterampilan proses
(PKP) yaitu anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial,
dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang telah ada dalam
diri siswa.
Dengan PKP siswa akan :
(1)
memperoleh pengertian yang tepat tentang
hakikat pengetahuan,
(2)
memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan merasa
senang, dan
senang, dan
(3)
memperoleh kesempatan belajar proses memperoleh dan memproduk ilmu
pengetahuan.
pengetahuan.
Dengan
adanya kebaikan atau kelebihan pada PKP tersebut maka seyogianya calon guru
belajar PKP secara keilmuan untuk dijadikan modal dasar menjadi guru yang
profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar