MEMBACA CEPAT
Banyaknya
pengertian atau batasan kebudayaan yang pernah diajukan orang sangat erat
kaitannya dengan pokok pembicaran serta keburuhan akan defenisi kerja. Sesuai
dengan judul tulisan ini, pengertian kebudayaan dalam pembicaraan ini dipergunakan
batasan Goodenough (1957) sebagai dasar berpijak.
Kebudayaan
menurut Goodenough merupakan segala apa yang diketahui dan diyakini agar
seseorang dapat bertindak dengan cara-cara yang dapat diterima oleh anggota
masyarakatnya serta dapat memainkan peranan dengan keumuman. Dengan demikian,
kebudayaan menurut batasan Goodenough meliputi cara melihat dan berpikir yang
seragam (srandarized), tentang dunia, cara memahami hubungan dengan sesama
manusia, benda dan kejadian, cara memilih dan merencanakan tanggapan serta cara
melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan.
Pengertian
kebudayaan yang dikemukakan oleh Goodenough ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Geert (1973:52) bahwa kebudayaan merupakan mekanisme kontrol
bagi tingkah laku sosial anggota masyarakat pendukungnya. Lebih tegas lagi
ialah apa yang dikemukakan Spradley (1963:259) bahwa kebudayaan ialah
pengetahuan yang diperoleh dan dipergunakan oleh manusia untuk
menginterpretasikan pengalaman dan menggerakkan kegiatan sosial. Dengan batasan
itu, kebudayaan boleh dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang etika dan
aturan yang hanya mungkin diperoleh dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan
kebudayaan yang diperoleh manusia meliputi nilai-nilai budaya, gagasan dan
keyakinan.
Dengan
perkataan lain, kebudayaan itu merupakan kompleks nilai-nilai budaya, gagasan
vital dan keyakinan yang ada dalam setiap kepala anggota masyarakat sebagai
pengetahuan kebudayaan atau sejumlah model-model untuk memahami lingkungan
dalam arti luas, memilih-milih gejala yang dilihat, merencanakan tindakan dan
memilih cara-cara yang sesuai dengan tantangan lingkungan atau sejarah
seseorang anggota masyarakat itu tidak bebas dari kebudayaan yang pada
hakikatnya merupakan kompleks nilai-nilai gagasan vital, serta keyakinan yang
menguasai mereka.
Berdasarkan contoh di
atas, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Gagasan utama paragraf pertama dalam bacaan di atas kekaburan pengertian kebudayaan.
2. Jika diperhatikan
paparan penulis pada paragraf pertama sebenarnya penulis mengajak pembaca untuk
memperjelas pengertian kebudayaan.
3. Secara eksplisit
penulis mengatakan bahwa pengertian kebudayaan belum jelas. Salah satu
alasannya ialah belum adanya defenisi
yang pasti.
4. Salah satu pesan
yang ingin disampaikan oleh penulis ialah, pembaca
dan penulis perlu mengetahui berbagai pengertian kebudayaan.
5. Kesimpulan bacaan
di atas ialah, pengetahuan tentang
kebudayaan itu penting karena dengan kebudayaan itulah seseorang dapat memahami
lingkungan tempat dia hidup sebagai anggota masyaratat.
6. Gagasan utama
dari bacaan di atas, antara lain persamaan
pendapat Goodenough dan beberapa ahli lain, Tylor adalah salah seorang ahli
antropologi yang memberikan pengertian tentang kebudayaan, dan Goodenough, Geert dan Spradley sependapat
dalam hal kebudayaan.
7. Dari bacaan di
atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya penulis setuju dengan pendapat Goodenough karena pendapat itulah yang paling
konsisten.
8. Gagasan pendukung
bacaan di atas adalah, pengetahuan
kebudayaan yang diperoleh manusia meliputi nilai-nilai gagasan, dan kenyataan;
ada orang yang menggunakan istilah kebudayaan sebagai sistem teknologi, dan
tingkah laku sosial seseorang anggota
masyarakat itu tidak berbas dari kebudayaan.
9. Gagasan utama
paragraf keenam ialah kebudayaan itu
merupakan kompleks nilai-nilai budaya.
10. Dengan demikian
batasan kebudayaan menurut Goodenough adalah mekanisme kontrol bagi tingkah
laku sosial anggota masyarakat pendukungnya.
Tidak peduli
berapa pun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita sudah tua,
sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal yang
terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara pikiran kita agar tetap
muda.Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun
sayangnya, sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita
terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki
kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen
Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People sebagai berikut:
Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang pohon di hutan. ”Apa yang sedang Anda kerjakan? Anda bertanya. ”Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar. ”Saya sedang menggergaji pohon ini.””Anda kelihatan letih!” Anda berseru. ”Berapa lama Anda sudah mengerjakannya?”
”Lebih dari lima jam,” jawabnya, ” dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras.””Nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah gergaji itu?” Anda bertanya. ”Saya yakin Anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat.” ”Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata dengan tegas. ”Saya terlalu sibuk menggergaji.” Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui keempat dimensi alamiah kita—fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.Membaca merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan keefektifan diri kita. Meskipun kita memiliki ”keterbatasan waktu”, kita tetap perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien. Namun sebelumnya, kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar seseorang.Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi verbal. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka ”menangani”, bergerak, menyentuh dan merasakan/mangalami sendiri.Kita semua, dalam beberapa hal, memanfaatkan ketiga gaya tersebut.
Tetapi kebanyakan orang
menunjukkan kelebihsukaan dan kecenderungan pada satu gaya
belajar tertentu dibandingkan dua gaya
lainnya. Pada anak-anak kecenderungannya adalah pada kinestetik dan auditori, namun pada
saat mereka dewasa, kelebihsukaan pada gaya
belajar visual ternyata lebih mendominasi. Memahami gaya
belajar pribadi Anda akan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi Anda. Anda
akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah.
Anda dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling Anda sukai untuk menerima informasi. Anda akan bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan Anda dengan mereka.
Anda dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling Anda sukai untuk menerima informasi. Anda akan bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan Anda dengan mereka.
cari
cepat
a. undang-undang
Nomor 6 tahun 1974
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
b. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997
tentang Psikotropika
c. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997
tentang Narkotika Pasal 52, pasal 57dan pasal 58.
d. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Otonomi Daerah.
e. Kepres Nomor 17 Tahun 2002 tentang
Badan Narkotika Nasional.
f. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS
g. Keputusan Menpan Nomor 81 tahun
1993 tentang Pedoman Tata Laksana
HIV/AIDS di 6 Provinsi.
3. Kepmenpan No 03/M/PAN/1/2004 tentang Fungsional
Pekerja
Sosial dan Angka Kreditnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar