Minggu, 28 Desember 2014

MEMBACA CEPAT



MEMBACA CEPAT

Banyaknya pengertian atau batasan kebudayaan yang pernah diajukan orang sangat erat kaitannya dengan pokok pembicaran serta keburuhan akan defenisi kerja. Sesuai dengan judul tulisan ini, pengertian kebudayaan dalam pembicaraan ini dipergunakan batasan Goodenough (1957) sebagai dasar berpijak.
Kebudayaan menurut Goodenough merupakan segala apa yang diketahui dan diyakini agar seseorang dapat bertindak dengan cara-cara yang dapat diterima oleh anggota masyarakatnya serta dapat memainkan peranan dengan keumuman. Dengan demikian, kebudayaan menurut batasan Goodenough meliputi cara melihat dan berpikir yang seragam (srandarized), tentang dunia, cara memahami hubungan dengan sesama manusia, benda dan kejadian, cara memilih dan merencanakan tanggapan serta cara melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan.

Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh Goodenough ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Geert (1973:52) bahwa kebudayaan merupakan mekanisme kontrol bagi tingkah laku sosial anggota masyarakat pendukungnya. Lebih tegas lagi ialah apa yang dikemukakan Spradley (1963:259) bahwa kebudayaan ialah pengetahuan yang diperoleh dan dipergunakan oleh manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dan menggerakkan kegiatan sosial. Dengan batasan itu, kebudayaan boleh dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang etika dan aturan yang hanya mungkin diperoleh dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan kebudayaan yang diperoleh manusia meliputi nilai-nilai budaya, gagasan dan keyakinan.
Dengan perkataan lain, kebudayaan itu merupakan kompleks nilai-nilai budaya, gagasan vital dan keyakinan yang ada dalam setiap kepala anggota masyarakat sebagai pengetahuan kebudayaan atau sejumlah model-model untuk memahami lingkungan dalam arti luas, memilih-milih gejala yang dilihat, merencanakan tindakan dan memilih cara-cara yang sesuai dengan tantangan lingkungan atau sejarah seseorang anggota masyarakat itu tidak bebas dari kebudayaan yang pada hakikatnya merupakan kompleks nilai-nilai gagasan vital, serta keyakinan yang menguasai mereka.

Berdasarkan contoh di atas, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1.   Gagasan utama paragraf pertama dalam bacaan di atas kekaburan pengertian kebudayaan.
2.  Jika diperhatikan paparan penulis pada paragraf pertama sebenarnya penulis mengajak pembaca untuk memperjelas pengertian kebudayaan.
3.   Secara eksplisit penulis mengatakan bahwa pengertian kebudayaan belum jelas. Salah satu alasannya ialah belum adanya defenisi yang pasti.
4.  Salah satu pesan yang ingin disampaikan oleh penulis ialah, pembaca dan penulis perlu mengetahui berbagai pengertian kebudayaan.
5.  Kesimpulan bacaan di atas ialah, pengetahuan tentang kebudayaan itu penting karena dengan kebudayaan itulah seseorang dapat memahami lingkungan tempat dia hidup sebagai anggota masyaratat.
6.  Gagasan utama dari bacaan di atas, antara lain persamaan pendapat Goodenough dan beberapa ahli lain, Tylor adalah salah seorang ahli antropologi yang memberikan pengertian tentang kebudayaan, dan Goodenough, Geert dan Spradley sependapat dalam hal kebudayaan.
7.  Dari bacaan di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya penulis setuju dengan pendapat Goodenough karena pendapat itulah yang paling konsisten.
8.  Gagasan pendukung bacaan di atas adalah, pengetahuan kebudayaan yang diperoleh manusia meliputi nilai-nilai gagasan, dan kenyataan; ada orang yang menggunakan istilah kebudayaan sebagai sistem teknologi, dan tingkah laku sosial seseorang anggota masyarakat itu tidak berbas dari kebudayaan.
9.    Gagasan utama paragraf keenam ialah kebudayaan itu merupakan kompleks nilai-nilai budaya.
10. Dengan demikian batasan kebudayaan menurut Goodenough adalah mekanisme kontrol bagi tingkah laku sosial anggota masyarakat pendukungnya.



            Tidak peduli berapa pun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita sudah tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara pikiran kita agar tetap muda.Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya, sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People sebagai berikut:

        Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang pohon di hutan. ”Apa yang sedang Anda kerjakan? Anda bertanya. ”Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar. ”Saya sedang menggergaji pohon ini.””Anda kelihatan letih!” Anda berseru. ”Berapa lama Anda sudah mengerjakannya?”
”Lebih dari lima jam,” jawabnya, ” dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras.””Nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah gergaji itu?” Anda bertanya. ”Saya yakin Anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat.” ”Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata dengan tegas. ”Saya terlalu sibuk menggergaji.” Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui keempat dimensi alamiah kita—fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.Membaca merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan keefektifan diri kita. Meskipun kita memiliki ”keterbatasan waktu”, kita tetap perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien. Namun sebelumnya, kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar seseorang.Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi verbal. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka ”menangani”, bergerak, menyentuh dan merasakan/mangalami sendiri.Kita semua, dalam beberapa hal, memanfaatkan ketiga gaya tersebut. 

            Tetapi kebanyakan orang menunjukkan kelebihsukaan dan kecenderungan pada satu gaya belajar tertentu dibandingkan dua gaya lainnya.  Pada anak-anak kecenderungannya adalah pada kinestetik dan auditori, namun pada saat mereka dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi. Memahami gaya belajar pribadi Anda akan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi Anda. Anda akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah.
Anda dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling Anda sukai untuk menerima informasi. Anda akan bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan Anda dengan mereka.



cari cepat

a. undang-undang Nomor 6 tahun 1974
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
b. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997
tentang Psikotropika
c. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997
tentang Narkotika Pasal 52, pasal 57dan pasal 58.
d. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Otonomi Daerah.
e. Kepres Nomor 17 Tahun 2002 tentang
Badan Narkotika Nasional.
f. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS
g. Keputusan Menpan Nomor 81 tahun
1993 tentang Pedoman Tata Laksana
HIV/AIDS di 6 Provinsi.

3. Kepmenpan No 03/M/PAN/1/2004 tentang Fungsional Pekerja
Sosial dan Angka Kreditnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar