Minggu, 28 Desember 2014

PENGEMBANMGAN PERANGKAT RPP BAHASA INDONESIA: KETERAMPILAN MEMBACA





PENGEMBANMGAN PERANGKAT RPP BAHASA INDONESIA: KETERAMPILAN MEMBACA

TINJAUAN UMUM

            Setelah mengikuti workshop ini peserta program pendidikan profesi guru dapat: mengembangkan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pebelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, mengembangkan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif dan efektif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran diampunya.

1.    Kompetensi Dasar Mata Kuliah
Setelah mengikuti workshop ini peserta program pendidikan profesi guru dapat:
1.1.         Mengembangkan kompenen-komponen rancangan pembelajaran
1.2.         Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, maupun di laboratorium
1.3.         Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
1.4.         Mendapatkan informasi yang mutakhir tentang materi bahasa dan sastra Indonesia
1.5.         Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk di nilai dan di evaluasi sesuai dengan karakteristik bahasa dan sastra Indonesia
1.6.         Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
1.7.         Mengembangkan instrument penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
1.8.         Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument
1.9.         Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan
1.10.     Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar
1.11.     Memilih materi bahasa dan sastra Indonesia yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
1.12.     Mengolah materi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara kreatif, dan efektif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
1.13.     Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dan budaya bahasa Indonesia yang diampu
1.14.     Menguasai bahasa Indonesia yang diampu baik lisan dan tulisan secara reseptif dan produktif beserta aspek kulturnya
1.15.     Memahami tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diampu
1.16.     Menguasai Standar Kompetensi (SK) bahasa dan sastra Indonesia yang diampu
1.17.     Menguasai Kompetensi Dasar (KD) bahasa dan sastra Indonesia yang diampu

2.    Prasyarat : tidak ada
3.    Metode yang digunakan dalam workshop ini adalah diskusi, praktek, presentasi dan auto-evaluasi

BAB I
Pengembangan Perangkat RPP Standar Kompetensi Keterampilan Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X

1.1.Pengantar

Bab ini merupakan perpaduan dari kompetensi dasar yang akan dilatihkan. Bab ini akan dipaparkan contoh pengembangan pendidikan untuk bidang studi bahasa dan sastra Indonesia (subject specific peadegogy = SSP) dikembangkan dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ada di kelas X semester I sekolah menengan atas (SMA) tentang keterampilan membaca. Di dalam contoh SSP yang disajikan ini meliputi seluruh komponen atau perangkat pembelajaran yang diperlukan oleh seorang guru ketika mengajar. Komponen-komponen tersebut meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), petikan silabus yang terkait dengan SK dan KD LKS beserta kunci LKS/rambu-rambu penyelesaian LKS, KISI-KISI, Lembar Penilaian (LP), LP aktivitas siswa beserta kunci LP, RPP persi ringkasan, termasuk bahan ajarannya yang merupakan siswa.
Kelengkapan perangkat pembelajaran tersebut diperlukan sesuai dengan salah satu tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan implementasi kurikulu berbasis kompentensi (KBK) pada level sekolah. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan perangkat pemmbelajaran secara mandiri yang dapat digunakan di kelasnya sesuai dengan karakteristik/ kondisi siswa dan sekolah tersebut selain itu tersedianya kelengkapan dalam perangkat pembelajaran akan mempermudah guru dalam mengajar.
                 Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa SMA dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Dalam membaca, siswa diharapkan dapat berlatih secara konkrit untuk menemukan informasi di dalam teks sederhana. Setelah menemukan informasi siswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dalam melatih keterampilan membaca ini, diintegrasikan juga keterampilan kebahasaan yang lain, misalnya kemampuan memahami struktur kalimat bahasa Indonesia dan kalimat efektif bahasa Indonesia dan melafalkan dengan benar sesuai dengan EYD.
                 Pelaksanaan pembelajaran dikemas melalui model pembelajaran langsung dan kooperatif. Pembelajaran langsung digunakan dalam memberikan apersepsi siswa berkaitan dengan tema yang diajarkan. Pada saat siswa membaca teks dan berusaha menemukan informasi di dalam teks, digunakan model pembelajaran kooperatif dan siswa dapat di bagi dalam beberapa kelompok, tetapi bisa juga siswa bekerja dengan mandiri.


1.2.       Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Membaca dan Perangkatnya.

Berikut ini akan dipaparkan contoh RPP keterampilan membaca kelas X semester I dan perangkatnya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah                        : SMA/MA
Mata Pelajaran             : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : X/I
Alokasi Waktu             : 4 x 45menit

Standar Kompetensi:
Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca


Kompetensi Dasar
3.1 Menemukan ide Pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit)

Pokok Bahasan
Teknik membaca cepat teks nonsastra

A.    Indikator
Siswa mampu
1.         membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit
2.         menemukan ide pokok paragraf dalam teks
3.         membuat ringkasan  isi teks  dalam beberapa kalimat yang runtut

Keterampilan Sosial
1.      Siswa mampu berkomunikasi dengan baik kepada teman-temanya untuk menyampaikan gagasan hasil dari membaca cepat.
2.        Siswa mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas.

B.     Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa membaca teks nonsastra dengan kecepatan 250 kpm.
2.      Siswa menemukan gagasan atau ide pokok tiap paragraf.
3.      Siswa membuat ringkasan isi bacaan
C.    Materi Pelajaran
·      Teks nonsastra
·      Teknik  membaca cepat 
·      Rumus membaca cepat
·      Fungsi membaca cepat

MATERI MEMBACA CEPAT

SISTEM MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF

A.  PENDAHULUAN
Manusia modern tampaknya tidak dapat melepaskan diri dari media komunikasi. Salah satu media komunikasi yang banyak dihadapi adalah media tulus baik buku teks maupun media massa. Setiap hari kita disuguhi banyak media massa., apalagi dalam era keterbukaan dan reformasi seperti saat ini. Apabila kita tidak menaruh perhatian pada media massa tersebut, pastilah kita akan tertinggal. Sebaliknya, apabila kita ingin membaca semua informasi tulis tersebut, pastilah banyak waktu tersita hanya untuk membaca. Untuk itu ketrampilan membaca dengan cepat dan efektif perlu dimiliki oleh semua pihak baik pelajar, mahasiswa, maupun manusia lain yang ingin terlibat secara aktif dalam percaturan kehidupan.
Ada berbagai jenis membaca dan masing-masing jenis mempunyai spesifikasi dan fungsi khusus. Untuk itu, jenis-jenis tersebut perlu dipahami sehingga kita dapat semakin meningkatkan kemampuam membaca baik kemampuan membaca cepat maupum kemampuan membaca efektif.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960 : 43-44).
            Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-210 ).
            Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah sandi (code) yang direncanakan untuk membawa/mengandung makna (meaning). Kalau kita menyimak ujaran pembicara maka pada dasarnya kita men-decode (membaca sandi) makna ujaran tersebut. Apabila kita berbicara, maka pada dasarnya kita meng-encode (menyandikan) bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakan makna (meaning). Seperti juga halnya berbicara dalam dalam bentuk grafik, maka menulis pun merupakan suatu proses penyandian (encoding process), dan membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding proceIss). Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording (penyandian kembali) untuk menggantikan istilah reading (membaca) sebab pertama sekali lambang-lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi, dan kemudian barulah sandi itu dibaca (are decoded). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna, mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (Anderson 1972 : 3).
            Di samping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Bahkan ada beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (phonics = suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. (Anderson 1972 : 211).


B. MEMBACA CEPAT
Yang dimaksud membaca cepat adalah sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya. Apabila waktu bacanya semakin sedikit dan tingkat pemahamannya semakin tinggi, maka dikatakan bahwa kecepatan baca orang tersebut semakin meningkat.
Pada umumnya orang yang belum pernah mendapat latihan membaca pasti memiliki kecepatan baca yang lebih rendah dari kemampuannya. Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kecepatan baca seseorang, antara lain
a.     Kebiasaan lama yang telah mendarah daging seperti menggerakkan bibir untuk melafalkan, menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, dan menggunakan jari atau benda untuk menunjuk kata-kata yang dibacanya.
b.   Tidak agresif (tidak bersemangat) dalama usaha memahami arti bacaan.
c.   Persepsinya kurang sehingga lambat dalam menginterpretasikan apa yang dibacanya.
                               
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan baca seseorang terhambat, antara lain
a. Vokalisasi, yaitu membaca sambil bersuara atau mengucapkan kata demi kata yang dibacanya.
b. Gerakan bibir pada waktu membaca baik bersuara mauapun tak bersuara.
c. Gerakan kepala mengikuti kata-kata yang dibacanya.
d. Menunjuk (dengan jari atau alat lain) kata-kata yang dibaca pada waktu membaca.
e. Regresi, yaitu gerakan mata melihat kembali beberapa kata yang telah dibacanya.
f.   Subvokalisasi, yaitu melafalkan apa yang dibacanya dalam hati atau pikiran.
                                 
Untuk meningkatkan kecepatan baca kita, pertama-tama perlu mengukur kecepatan baca kita. Untuk itu, perlu diadakan pengukuran kecepatan baca. Rumusnya: (Jumlah kata yang dibaca dibagi jumlah detik untuk membaca dikalikan 60) dikalikan prosentase pemahaman.

Kecepatan baca bergantung pada kebutuhan dan bahan yang dihadapinya. Pada umumnya kecepatan baca dapat dirinci sebagai berikut :
a.     Membaca secara skimmming dan scannning (lebih dari 1000 kpm)
Tipe membaca seperti ini biasanya digunakan untuk
-    mengenal bahan-bahan yang akan dibaca
-    mencari jawaban atas pertanyaan tertentu
-   mendapat struktur dan organisasi bacaan serta menentukan gagasan umum dari bacaan
b.     Membaca dengan kecepatan tingngi (500 – 800 kpm)
Tipe membaca seperti ini biasanya digunakan untuk
-  membaca bahan-bahan yang mudah dan telah dikenali sebelumnya
-  membaca novel ringan untuk mengikuti jalan ceritanya.
c.      Membaca secara cepat (350 – 500 kpm)
      Biasanya digunakan untuk
-  Membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskripsi dan bahan-bahan nonfiksi lain yang bersifat informatif.
-  Membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya dan mengantisipasi akhir cerita.
d.     Membaca dengan kecepatan rata-rata (250 – 350 kpm)
Biasanya digunakan untuk
-  membaca fiksi yang komplek untuk analisis watak dan jalan ceritanya.
-  membaca nonfiksi yang agak sulit untuk mendapatkan detail, mencari hubungan, atau membuat evaluasi ide penulis.
e.     Membaca lambat (100 – 125 kpm)
Biasanya digunakan untuk
(1)   mempelajari bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai isinya.
(2)    Menguasai bahan-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat teknis
(3)    Membuat analisis bahan-bahan bernilai sastra klasik
(4)   Memecahkan persoalan yang ditunjuk dengan bacaan yang bersifat instruksional (petunjuk).


C.  METODE MENGEMBANGKANKECEPATAN MEMBACA
Kecepatan membaca dan keefektifannya dapat ditingkatkan. Hal yang perlu diingat adalah pertama ialah sarana untuk meningkatkan kecepatan membaca. Kedua adalah bahwa kecepatan dan keefek­tifan membaca (kemampuan membaca secara umum) itu bukan merupakan kemampuan bawaan. Kemampuan membaca adalah kemampuan yang merupakan hasil latihan, yang barangkali di­dukung pula oleh faktor-faktor bawaan tertentu. Akan tetapi, kemampuan membaca adalah hasil dari pembiasaan dan latihan sehingga diperoleh tahap yang tinggi keefektifannya. Kebiasaan membaca sehari-hari adalah penentu dalam latihan.
Kenyataan sehari-hari bahwa untuk tujuan tertentu, kita perlu menggunakan kemampuan membaca cepat untuk mengambil makna bahan bacaan secara efektif dan efisien. Ambillah contoh ketika kita dihadapkan pada sebuah buku menarik di sebuah toko buku, sementara waktu yang tersedia terbatas, serta tidak memungkinkan membeli buku tersebut. Untuk mengetahui keseluruhan isi buku secara cepat semacam ini kita perlu teknik tertentu dalam membaca cepat. Atau misalnya bila kita menghadapi ujian sekolah. Buku di meja menggunung, sementara waktu yang ada hanya semalam. Maka, dangan terpaksa kita harus membaca buku tersebut dangan cepat.
Persoalannya sekarang ialah bagaimana cara meningkatkan kecepatan membaca yang kita miliki hingga sampai pada taraf yang efektif. Di sini akan kita bicarakan beberapa metode yang kita kembangkan dangan sejumlah latihan, satu metode yang dianggap efektif dalam meningkatkan kecepatan membaca.

1.  Beberapa Metode untuk Meningkatkan Kecepatan Membaca dan Efektif
(1) Metode Kosakata
Metode kosakata adalah metode mengembangkan kecepatan mem­baca melalui pengembangan kosakata. Artinya, metode ini meng­arahkan perhatian pada aspek perbendaharaan kata seorang pembaca. Bagaimana caranya? Kosakata seseorang itu terbatas jumlahnya, dan akan selalu berkembang terus sesuai dangan kemampuannya. Latihan meningkatkan dan menambah kosakata baru dangan cepat dan dalam jumlah yang banyak inilah prinsip metode kosakata di atas.
Dasar pikiran metode ini sudah jelas, yaitu semakin besar dan semakin banyak perbendaharaan kata seseorang, semakin tinggi kecepatan membacanya. Akan tetapi, tampaknya metode ini tak banyak dipakai orang. Sebab nyatanya perbendaharaan kata yang besar tidak menjamin kecepatan membaca seseorang. Atau dangan kata lain, peningkatan jumlah kosakata baru belum tentu diikuti oleh kecepatan mem­bacanya. Yang mungkin terjadi ialah bahwa kekayaan akan kosa­kata, akan menjamin kelancaran mencerna setiap kata yang dibaca seseorang. Akan tetapi, sebagai sarana penunjang, tak ada jeleknya sarana metode ini diikuti, yaitu belajar menambah perbendaharaan kosakata terus-menerus melalui media bacaan baru.

(2) Metode motivasi (minat)
Mengapa disebut metode motivasi (minat)? Cara kerjanya ialah memotivasi para pemula (pembaca yang mengalami hambat­an dalam kecepatan membacanya) dangan berbagai macam rang­sangan bacaan yang menarik sehingga tumbuh minat membaca­nya. Dari sini kemudian diharapkan muncul kebiasaan membaca tinggi, yang pada akhirnya meningkat pula kecepatan dan pemahamannya terhadap bacaan. Mengapa biasa diasumsikan demikian?
Pikiran yang mendasari lahirnya metode ini ialah semakin tertarik atau berminatnya seseorang pada jenis buku tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang. Demikian sebaiknya, bila seseorang membaca buku yang kurang disukai, maka ia akan membaca dangan kecepatan yang rendah. Atau dangan kata lain, minat terhadap bacaan itu mempengaruhi daya ingat seseorang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecepatan membaca anak didik, diberikan motivasi, dan rangsangan membaca dangan buku-buku atau bahan bacaan yang diminatinya.

(3) Metode bantuan alat
Metode ketiga yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan kecepatan dan kecermatan membaca anak didik adalah melatih kecepatan membaca itu dangan bantuan alat. Ketika seorang membaca (melihat baris-baris bacaan, gerak matanya dipercepat dangan bantuan alat yang berupa ujung pensil, ujung jari, atau alat penunjuk khusus dari kayu. Gerak mata dibantu oleh gerak ujung alat yang digunakannya.. Pertama dangan kecepatan rendah, kemudian dipercepat, dipercepat, dan terns dipercepat. Jadi, kecepatan mata mengikuti kecepatan gerak alat.
Metode ini memperoleh hasil cukup memuaskan. Terjadi peningkatan membaca yang memadai. Akan tetapi, pada akhirnya diketahui efek negatifnya, yaitu adanya ketergantungan pada alat bantu yang digunakan. Begitu alat dihilangkan, kecepatan mem­baca kembali seperti semula.

Bacalah teks berikut ini. Tingkatkan kecepatan membaca Anda dari awal hingga akhir teks. Tuntunlah mata Anda dangan gerakan ujung jari, semakin lama semakin cepat. Jangan lupa mencatat kecepatan membaca Anda!
Bacaan I
AKU PENERUS PERJUANGANMU
Waktu mulai          jam..., menit .... detik ....
Sudah kuketahui, semenjak duduk di bangku sekolah dasar, tanggal 28 Oktober selalu diperingati oleh segenap warga negara di seluruh penjuru tanah air sebagai hari "Sumpah Pemuda" dangan penuh khidmat, agung, serta bangga. Betapa tidak! Hari itu adalah hari bangsa Indonesia menemukan jejak penuntun jalan ke arah pintu gerbang mendobrak penjajah yang merenggut kemerdekaan dan memecah belah bangsa Indonesia.
Kalau terkenang akan hari bersejarah itu, maka sesaklah dadaku, penuh dangan seribu satu macam pertanyaan, dan aku diliputi bermacam angan­-angan yang menerawang ke masa-masa silam, yaitu 17 tahun sebelum Indonesia merdeka. Di hadapanku seolah-olah terbentang layar membayang­kan kembali segala kejadian lama yang telah ditelan masa, tetapi masih tumbuh dalam hati dan jiwa muda yang berdarah juang dan bersemangat menyala-nyala, serta penuh rasa tanggung jawab terhadap nusa dan bangsa­nya.
Terlukisalah saat-saat mereka menghimpun diri memulihkan persatuan antarsuku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Kongres Pemuda itu diadakan di Jakarta, pada tanggal 28 Oktober 1928, dan diikuti oleh perkumpulan­perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, dan Tri Koro Darmo. Tergambar pula dalam benakku saat pemuda-pemuda pejuang bangsa itu dalam kongresnya mengucapkan sumpah bahwa mereka bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; berbahasa satu, bahasa Indonesia. Tampak di pelupuk mataku saat mereka mendengung­kan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman sebagai lagu per­juangan yang baru pertama kali didengungkan dalam kongres itu.
Maka sangatlah tepat tanggal 28 Oktober diperingati dan dirayakan semeriah mungkin serta sekhidmat-khidmatnya.
Seperti kebanyakan anak-anak sekarang, aku pun ketika duduk di sekolah dasar dulu, tidaklah mengingat makna hari perayaan itu dangan baik.
Aku hanya mengikuti upacara, mendengarkan ceramah bapak kepala sekolah saja, dan setelah itu tidak menjadi pikiran lagi. Biasanya, pada waktu mengikuti upacara, yang kupikirkan hanyalah berpakaian sebaik mungkin tanpa memperbincangkan maksudnya sedikit pun. Akan tetapi, bukanlah hal itu karena guruku kurang memberikan penerangan. Mungkin karena aku saja yang malas berpikir, atau mungkin pula karena aku masih hijau dan belum mampu mengamati serta menghayati penjelasan Bapak Guru ketika itu. Kini, setelah aku duduk di bangku sekolah lanjutan pertama, barulah sedikit demi sedikit aku dapat memahami dan menghayati makna hari perayaan Sumpah Pemuda itu. Dapat pula kuselami pengorbanan dan perjuangan para pahlawan bangsa yang dangan tegas dan berani menentang kekuasaan penjajah yang bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa Indonesia serta menimbulkan penderitaan lahir batin yang tak terhingga pedas getirnya.
Alangkah luhur pengorbanan pahlawan bangsaku yang teguh dan tekun itu. Mereka telah dapat menimbulkan kembali rasa jiwa dan kepribadiannya yang hampir dikecoh bangsa lain. Mereka telah memperlihatkan kegigihannya berjuang menghadapi bangsa lain meskipun senjata mereka sangat sederhana. Berkat perjuangan mereka itulah, aku khususnya, bangsa Indonesia umumnya, kini dapat mereguk keindahan dan kekayaan alam Indonesia yang berlimpah ruah. Memang, faktor inilah yang menarik bangsa lain untuk mengadu untung di bumi Indonesia dan sekaligus menguasainya.
Aku bertanya-tanya sendiri, "Dapatkah aku meneruskan perjuangan pahlawan-pahlawan? Alangkah bangganya jika kelak aku dapat meniru perbuatan kesatria mereka. Kini aku telah menggenggam hasil perjuangan bangsaku' yang telah pergi, dapatkah pula aku mempertahankannya?"
Kadang-kadang timbul pula rasa benci dan dendamku kepada bangsa yang telah menjajah bangsaku sehingga bangsaku kini mengalami berbegai kesulitan. Meskipun telah dapat ditanggulangi pemerintah, sedikit banyak bekas-bekas penjajahan itu masih terasa menyiksa lahir batin bangsa Indo­nesia.
Melihat negara-negara besar yang amat maju, timbul pula rasa iriku, kapan Indonesia dapat setaraf dangan mereka? Padahal, kalau kuingat-ingat, alangkah pandirnya aku ini. Indonesia yang baru beberapa puluh tahun mengecap nikmatnya kemerdekaan ini ternyata sudah dapat mengikuti per­kembangan dunia, bali ekonomi, politik, maupun kebudayaan, benar-benar merupakan karunia Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Dangan seketika, rasa iriku, benci, dan dandam itu lenyap dari benakku, berganti dengan rasa syukur kepada Allah yang telah merahmatkan kurnia-Nya kepada bangsa Indonesia. Bermacam kejadian, kebahagiaan, keprihatinan, dan ber­macam cobaan lain. Semua itu menunjukkan kebesaran-Nya kepada kita sebagai umat-ya.
Cobaan memang dapat membuat manusia hilang keseimbangannya sehingga mudah putus asa dan  semangat. Akan tetapi, orang yang berpegang teguh kepada agama akan selalu sadar menghadapi percobaan itu. Rupanya, aku sudah terlalu dipengaruhi lamunan dan angan-angan sehingga menghabiskan waktu dua jam pelajaran untuk merenung sendiri.
Kebetulan sekali, pelajaran yang kuhadapi sekarang adalah pelajaran Kewarganegaraan, dan untuk menyambut peringatan Sumpah Pemuda yang baru kami adakan pagi tadi, Pak Guru bersedia mengisahkan lagi perjalanan suka duka bangsa Indonesia.
Baik benar guru kami itu, ia selalu mengabulkan permintaan kami. Lebih-lebih bila kami memohon kisah-kisah yang bersejarah dan bersangkutan dangan pelajaran kewarganegaraan. Bapak Guru pandai sekali bertutur kata, menggugah hati murid-muridnya. Jika ia bercerita tentang kegembiraan, semua anak tak ada yang murung. Sebaiknya, jika ia bercerita tentang kedukaan, semua anak turut terharu mendangarnya. Kali ini, ia telah mulai dangan ceritanya.
"Hari ini adalah tanggal 28 Oktober. Nah, anak-anakku, untuk memenuhi permintaan kalian, Bapak akan membeberkan kisah yang berkiaar pada sejarah hari ini. Baiklah Bapak mulai ...."
Bapak Guru bercerita dangan penuh perasaan dan mimik yang sungguh­sungguh mengungkapkan kembali lembaran-lembaran kisah lama kepada kami. Entah karena cara berceritanya amat menarik, atau karena ceritanya baik, kami semua tak ada yang membuka mulut. Kami terpaku di tempat masing-masing sambil mengikuti gerak-gerik Pak Guru yang hilir mudik di depan kelas. Demikian besar pengaruh kisah itu hingga kami diliputi suasana yang hening sekali. Hanya napas kami yang terdangar di antara cerita Pak Guru.
"Anakku, teguhkanlah hatimu agar pendirianmu tetap, tak mudah di­pengaruhi orang lain. Ketidakteguhan hati itulah yang menyebabkan nenek moyang kita akhirnya hidup bercerai-berai. Mudah-mudahan kalian menjadi bungs bangsa yang perwira, kesatria, bercita-cita luhur dan dapat dipercaya."
 Setelah berhenti sejurus, Pak Guru melanjutkan pula, "Lanjutkanla cita-cita pahlawan! Lindungilah negaramu dari cengkeraman tangan asing. Marilah kita songsong peringatan hari Sumpah Pemuda ini dangan jiwa yan tutus, semangat yang menyala-nyala, serta cita-cita yang luhur untuk mem­bangun negara dan bangsa agar terpelihara dari marabahaya yang akan menimpa!"
Jam pelajaran kewargaan negara telah selesai. Sambil berjalan keluar, Pak Guru memberi ucapan selamat siang kepada kami. Untuk beberapa saat lamanya aku masih dipengaruhi oleh uraian Pak Guru tentang Sumpah Pemuda tadi. Entahlah dari mana datangnya, tiba-tiba saja muncul dalam benakku hasrat untuk memelihara perjuangan para pahlawanku. Dangan diam-diam hatiku berkata, "Kugenggam semangatmu, pahlawan. Jiwamu akan tetap abadi, tumbuh dalam jiwaku. Tuhanku Yang Esa adalah peganganku untuk mencapai semuanya."
Tanpa kuinsafi, rupanya aku telah telanjur berangan-angan sehingga tak sadar bahwa sebenarnya aku telah menangia sambil beranjak dari tempat duduk. Aku menyapu air mata yang berderai. Betapa terkejutku! Baru sadar aku saat itu teman-temanku sudah pergi meninggalkan kelas menuju rumah­nya masing-masing. Perlahan-lahan aku melangkahkan kaki meninggalkan ruang kelas. Kulihat guru-guru pun sudah mulai bergegas-gegas pulang.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh teguran orang yang kukenal benar. "Lambat benar kau pulang. Nah, apakah ada sesuatu yang hilang? Bapak lihat kau seperti habis menangia, betulkah?" demikian tanya guru kewargaan negaraku.
Sambil menunduk malu, aku menjawab, "Benar, Pak. Saya tidak tahu mengapa saga demikian tergugah oleh kisah sejarah Bapak tadi sehingga tanpa saya sadari saya menangis."
Pak Guru tersenyum mendangar jawabanku. Sambil menepuk-nepuk pundakku, ia berkata, "Bagus, bagus, Nak. Bapak bangga sekali memiliki murid seperti engkau. Mudah-mudahan engkau kelak akan menjadi pelanjut perjuangan para pahlawan bangsamu yang cakap, sejati, bercita-cita luhur, berbakti kepada nusa dan bangsamu. Bapak hanya biasa mengiringi dangan doa, semoga engkau berhasil.
Berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk membaca tadi? Lihatlah kecepatan rnembaca Anda pada daftar kecepatan mem­baca berikut.
DAFTAR KECEPATAN MEMBACA

Waktu
Jumlah kata
per menit
Waktu
Jumlah kata
per menit
1.00
640
3.30
183
1.15
522
3.45
171
1.30
427
4.00
160
1.45
366
4.15
151
2.00
320
4.30
142
2.15
284
4.45
135
2.30
256
5.00
128
2.45
233
5.15
122
3.00
213
5.30
116
3.15
197
5.45
111

2. Mengembangkan Kecepatan Membaca Melalui Metode Gerak Mata
Sebelum memahami apa itu metode gerak mata dan cara mengem­bangkannya, coba Anda baca teks berikut dangan kecepatan mem­baca yang menurut Anda memadai. Ingat, lakukanlah pengukuran kecepatan membaca yang Anda lakukan itu dangan melihat berapa kata per menitnya (lihat tabel) dan berapa persen tingkat pe­mahamannya. Berapa kecepatan membaca yang Anda peroleh pada saat membaca bacaan I? Jika kecepatan itu hanya berkiaar antara 100 - 200 kata per menit, atau kurang, Anda termasuk pembaca yang lambat sekali. Akan tetapi, jika kecepatan telah mencapai 250-325, maka Anda termasuk pembaca dangan kecepatan memadai.
Mengapa terjadi perbedaan kecepatan antara orang yang satu dan yang lainnya? Ditinjau dari segi gerak mata, perbedaan ke­cepatan itu akibat perbedaan kecepatan gerak mata dalam menye­lusuri setiap unit bahasa (kata, frase, kalimat) yang dibaca. Kedua, perbedaan itu akibat perbedaan jumlah gangguan dalam penelu­suran kata oleh mata pada baris-baris bacaannya. Aspek-aspek inilah yang akan kita lihat dan kita latihkan nanti, sebagai dasar metode gerak mata.
a.     Mengapa Gerak Mata?
Pokok pemikiran yang melandasi metode ini ialah semakin panjang dan semakin luas jangkauan mata (eye span) dalam melihat unit-­unit bahasa, semakin cepat pula kemampuan membacanya. Logika­nya, jika kita hanya membacaa unit-unit bahasa yang paling kecil, maka yang harus dibaca itu jumlahnya semakin besar sehingga menghambat kecepatan membaca. Sebaiknya, jika yang dibaca itu hanya unit-unit bahasa yang lebih besar, misalnya frase, frase kompleks, klausa, atau bahkan hanya unit-unit pikiran saja, maka kecepatan membaca akan berlipat ganda.
Apakah tidak mengganggu pemahaman? TIDAK. Sebab, semakin luas unit-unit bahasa yang dibaca, kesatuan ide atau gagasan itu akan semakin tampak jelas dangan cepat. Ini berbeda bila kita membaca kata per kata. Pertama kita harus melihat makna kata satu per satu, lalu melihat unit-unit kesatuan makna­nya yang lebih luas. Menghambat, bukan?
Latihan mengembangkan dan memperluas jangkauan mata inilah yang menjadi titik tolak metode gerak mata ini.
b.      Kebiasaan yang menghambat gerak mata
Gerak mata waktu membaca ini disebuat name eye move­ment photography. Bola mata yang bergerak waktu membaca direkam dalam sebuah film yang berjalan secara konstan. Hasil akhirnya berupa grafik yang dapat dibaca seseorang yang berupa:
1) kecepatan membaca,
2) kesalahan gerak mata,
3) ketidakteraturan dalam gerak mata.
Analisis terhadap tiga hal inilah yang nanti dapat dipakai untuk memperbaiki cara membaca.
Apa yang tampak dari gambar grafik itu? Dari beberapa telaah terhadap berbagai tipe orang membaca (tipe pembaca yang buruk, pembaca yang biasa-biasa, dan pembaca yang efektif), dikenali beberapa aspek gerak bola mata yang menyangkut kecepatan dan tempo membaca. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1) jarak pandang bola mata pada setiap baris bacaan,
2) penghentian bola mata ketika menatap baris-baris bacaan,
3) pergantian baris,
4) kecepatan bergeraknya bola mata, dan
5) pengulangan-pengulangan dalam menatap simbol-simbol baca­an.
Dengan kata lain, ketika proses membaca berlangsung, bola mata menatap baris-baris bacaan. Pada saat ini terjadi proses pemaknaan simbol-simbol kebahasaan (kata, frase, kalimat, dan tanda baca) sambil bola mata berhenti pada setiap satuan ke­bahasaan yang mengandung kesatuan arti. Biasanya teks bacaan tertulis dalam bentuk baris-baris yang terdiri dari delapan sampai sepuluh kata setiap barisnya, kecuali yang tersusun dalam bentuk kolom (dalam surat kabar, misalnya).
Kecepatan gerak bola mata, berbeda pada setiap orang. Ter­gantung pada kemampuan dan kelincahannya mengolah teks bacaan menjadi hal yang bermakna. Pengetahuan, kebiasaan dan pengalaman menjadi penyebab perbedaan. Seorang pembaca cepat dan efektif, tentu lebih cepat dan luas jangkauan gerak matanya. Perbedaan latar belakang ini juga berakibat pada kebiasaan-kebiasaan mengulang baris-baris bacaan yang telah ter­baca, yang menyebabkan kelambatan dalam membaca (mem­buang-buang waktu percuma).
Contoh perbedaan yang paling jelas antara seorang pembaca cepat dan efektif dangan seorang pembaca lambat adalah per­bedaan dalam jangkauan satuan-satuan kebahasaan yang terbaca. Seorang pembaca cepat akan membaca teks bacaan pada satuan­satuan kebahasaan yang lebih luas (membaca hanya pada unit­unit pikiran saja), sedangkan pembaca lambat membaca pada kata demi kata. Pada gambar grafik akan tampak jelas perbedaan ini. Segi lain perbedaan keduanya adalah, pergerakan bola mata pada pembaca cepat lebih sedikit dibandingkan dangan pembaca lambat pada setiap barisnya. Pada pembaca cepat berkiaar antara 3-4 pergantian setiap barisnya, sedangkan pada pembaca lambat berkiaar antara 8-10 pergantian. Dangan kata lain, seorang pembaca lambat lebih banyak aspek yang dilihatnya dibandingkan dangan pembaca cepat. Berikut ini contoh penggalan gambar grafik arah gerak bola mata ketika proses membaca berlangsung.
Gambar 1 : Grafik gerak bola mata
CliA8_Pic1 
Keterangan
1.    Pergaritian baris
2. Pengulangan-pengulangan gerak mata
3. Berhenti lama pada awal baris
4. Perpindahan-perpindahan gerak mata
Gambar  I : Grafik perbedaan antara pembaca cepat, pembaca sedang, dan pembaca yang buruk

CliA8_Pic2 
BURUK
Fiksasi         108
Regresi        23
Durasi         38 Kecepatan 144
Dikutip dari: Anderson, Jonathan, a.o., 1969, Efficient Reading: A Practical Guide, Sidney : McGraw-HiJI Book Company, hal. 13.
Dari hasil analisis bermacam-macam tipe gerak mata dapat dilihat beberapa aspek gerak mata yang menghambat kecepatan mem­baca. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Pengulangan (regresi)
Terjadinya pengulangan-pengulangan gerak mata pada unit-unit bahasa yang telah dibaca. Maksudnya melihat kembali kata-kata atau frase-frase yang telah dilihat berhubung dangan kurang dapat dipahaminya makna dalam konteks. Peng­ulangan itu ada beberapa tataran. Mengulang pada tataran kata, mengulang frase, mengulang klausa, atau mengulang kalimat. Bisa juga pengulangan  paragraf. Berikut ini gambaran pengulangan tersebut.

Seirang pembaca cepat dan efektif akan membacanya dengan gerak mata sebagai berikut:
Setiap orang dapat menjadi pembaca yang efektif.
Ada dua macam tipe kebiasaan mengulang ini. Pertama, regresi yang sifatnya sudah terpola atau kebiasaan melihat ulang yang sudah menjadi kebiasaan. Bila ia sudah membaca sekali, kemudian tidak diulang kembali, rasanya kurang biasa dipahami. Kedua, jenia regresi yang sifatnya hanya insidantal saja, yaitu bila frase atau kata yang telah dibaca kurang dapat ditangkap maknanya, maka dilakukan baca ulang. Kedua jenia pengulangan ini jelas meng­hambat kecepatan membaca. Waktu banyak tersita untuk meng­ulangi. Bagaimanapun, ini memboroskan waktu.
Kesimpulannya, kita harus bisa menghilangkan regresi. Untuk itu, coba Anda baca teks berikut tanpa ada pengulangan (regresi).
Namanya ayam white leghron
Mampu bertelur 275 butir
Dalam satu tahun
Dihitung dengan uang
telur ini berharga Rp 8.000,00.
Makanan yang dihabiakan selama 12 bulan itu
bernilai Rp 4.000,00.
Dus ada kelebihan sebesar Rp 350,00 per bulan.
Kalau 1000 ekor,
berarti Rp 350.000 per bulan, memang tidak sedikit.
Tetapi itu idealnya.
Dalam prakteknya, jarang ayam ini memperlihatkan kemampuan yang menggairahkan seperti itu.
Soal nya, pemeliharaannya harus serutin mungkin, makanannya harus cukup. Tanpa itu sifat-sifat lahiriahnya yang unggul tidak akan memperlihatkan diri. Tetapi kalau bisa 200 butir saja dalam 12 bulan, itu sebenarnya sudah lumayan.
Itulah pula sebabnya,
ayam yang tidak akan bertelur atau
dalam sebulan cuma bertelur 5 atau 10 butir, ya
dipecat saja.
Daripada nantinya menghabiakan makanan saja. Paling tidak
Seekornya harus biasa bertelur 15 butir sebulan. Bila Anda cerdik, Anda tidak biasa ditipu oleh ayam-ayam yang diam-diam di kandang, menghabiakan makanan, tetapi tidak bertelur.
Sekali pandang, Anda biasa mengatakan, ah, yang itu tidak bertelur.

 (2) Keterpakuan (berhenti sejenak)
Hal lain yang menghambat kecepatan membaca adalah keterpakuan (fiksasi), yaitu terjadi bila seseorang berhenti sejenak (terpusat) pada suatu kata atau barangkali juga frase tertentu yang sulit dimengerti. Pembaca secara tiba-tiba tersan­dung dan berhenti sejenak pada suatu kata tertentu di tengah baris atau kalimat.
Hal ini, terjadi karena tidak memahami arti kata tersebut secara cepat, lalu berusaha menelusurinya dangan jalan berhenti sejenak. Usaha semacam ini tentu tidak akan membantu karena makna kata itu selalu bergantung pada konteksnya. Bila Anda gagal memaknai suatu kata yang asing sifatnya, teruskan saja  membacanya, dan lihatlah makna itu dalam konteksnya.
(3) Berhenti lama pada awal baris atau kalimat
Kebiasaan buruk lainnya ialah berhenti lama pada awal baris atau awal kalimat. Ini banyak merugikan waktu dan keefektifan membaca. Mengapa? Kesatuan gagasan pada paragraf atau kalimat itu dibentuk oleh kepaduan unsur-unsur yang membentuknya. Bila gagasan itu dalam kalimat, maka komponen pembentuknya adalah kata, frase, dan klausa. Bila komponen-komponen ini dipiaah-piaahkan oleh pemberhenti­an waktu membaca, tentu gagasan menjadi tidak utuh dan kabur. Demikian pula gagasan utama paragraf yang biasanya dibentuk oleh gabungan pokok pikiran dalam kalimat. Oleh karena itu, diaarankan untuk tidak berhenti lama pada awal baris atau kalimat. Berhentilah pada akhir paragraf atau subbab.
(4) Salah meletakkan pandangan mata
Baris-baris bacaan yang rapat, bentuk huruf yang kecil, dan baris bacaan yang dibuat panjang, sering kali menghambat kecepat­an membaca. Biasanya hal ini menyebabkan kesalahan bola mata dalam menggerakkan pandangannya.
Kemungkinan pertama, pandangan jatuh berulang pada baris yang sudah dibaca (baris tetap atau baris di atasnya). Kemung­kinan kedua, pandangan meloncat pada baris berikutnya. Akibatnya bukan hanya membuang waktu, tetapi barangkali kekacauan makna. Tampaknya bentuk tuliaan kolom (seperti tuliaan pada surat kabar) lebih cepat dibaca dibanding dangan tuliaan yang dicetak memanjang.
Bacaan
Dahulu kala bertahtalah Betara Guru di Kahyangan.
Betara Guru memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada suatu hari Betara Guru mengumpulkan dewa di seluruh Kahyangan. Di tengah istana tampaklah Anta duduk termenung. Tampak la bersedih hati dan meneteskan air mata.
(5) Fiksasi dan durasi
Fiksasi artinya banyaknya pengalihan pandangan bola mata, sedangkan durasi adalah jarak waktu yang diperlukan untuk ber­henti (pause) setiap bola mata beralih.
Untuk pembaca yang baik ada dua macam kemungkinan, yaitu fiksasi dangan banyak durasi, atau banyak fiksasi dangan sedikit durasi pada setiap barisnya.
Untuk melatih menghilangkan unsur-unsur regresi, kesalahan menempatkan pandangan mata, kebiasaan berhenti lama di awal baris, fiksasi, serfs durasi, dapat Anda gunakan alat bantu yang berupa kartu berlubang. Alat Bantu ini dapat dibuat dari karton manila.
Bagaimana cara memanfaatkannya?
Ketika membaca, coba Anda tempatkan kartu tersebut (lubang kartu) pada awal baris. Lalu gerakkan ke samping dan ke bawah seperti waktu membaca. Gerakan kartu harus konstan, sedangkan mata mengikuti melalui lubang seterusnya. Usahakan tidak ber­henti pada scat, ada di tengah kalimat. Penggunaan kartu ini sangat efektif bagi yang barn belajar membaca dan menitlia permulaan. Pemakaiannya, lihat contoh di halaman berikut.
Latihan
Berikut ini ada sebuah teks bacaan singkat. Bacalah teks ter­sebut dangan cara yang tidak lazim (biasa) Anda lakukan, yaitu membaca dangan tidak mengulang sama sekali apa yang telah terbaca. Jangan berhenti lama pada awal baris atau kalimat! Loncatilah bila Anda menemukan kata yang tidak tahu artinya. Kemudian rasakan peningkatan kecepatan mem­baca Anda.

Bacaan V
RUDYARD KIPLING BAPAK SI MOWGLI
Anda tentu kenal si Mowgli, anak laki-laki kecil dalam The Jungle Books, yang dipelihara oleh serigala dan binatang-binatang buas. Padahal pencipta­nya, Rudyard Kipling, yang memenangkan hadiah Nobel untuk kesusastraan itu, mengalami masa kanak-kanak yang sangat menyesakkan karena te­kanan manusia. Kipling, sahabat Badan-Powel, meninggal lima puluh tahun yang lalu, dan kini buku-bukunya mendapat pasaran lagi.
Di Bombay, India, dekat menara kesenyapan tempat mayat-mayat prang Persi digeletakkan supaya dagingnya habis dimakan burung-burung nasar, ada sebuah rumah yang ditinggali seorang guru seni rupa dari Inggria. Tanggal 30 Desember 1865 iatri Pak Guru berjuang melawan maut karena bayi dalam rahimnya tidak bisa keluar. Dokter hampir saja angkat tangan: Tahu-tahu pelayan pribumi Pak Guru menyembelih anak kambing di kebun sebagai kurban penukar nyawa anak yang sulit lahir itu. Joseph Rudyad Kipling lahir dangan selamat. Alice Macdonald Kipling, ibu si bayi, sebenarnya mendapat suami yang payah kalau dibanding dangan suami kedua saudaranya. Georgina menikah dangan pelukia Ned Jones, yang kemudian menjadi Sir Edward-Burne. Aggie, yang menikah dangan Edward Poynter, kemudian diaebut sebagai Lady Poynter.
Alice dan saudaranya yang lain, Louie, harus puas dangan sebutan Ny. John Lockwood Kipling dan Ny. Alfred Baldwin. Namun, kemudian ter­nyata yang hebat malah puts Alice dan puts Louie. Anak Alice Rudyad Kipling menjadi orang yang pertama mendapat hhadiah nobel kesusastraan, yaitu pada tahun 1907, sedangkan puts Louie menjadi PM Inggria, Sir Stanley Baldwin, yang menyebabkan Raja Edward VIII terpaksa turun takhta ketika ingin menikahi seorang wanita AS yang sudah dua kali bercerai. Rudyad Kipling merupakan penulia novel, tetapi dianggap jugs sebagai jago cerita. pendek, penyair, dan penulia cerita kanak-kanak yang termasyhur. Sampai kini anak-anak masih suka pada The Jungle Books yang ditulisnya antara tahun 1894 = 1895 dan yang sudah dikomikkan serta difilmkan oleh Walt Dianey. Barangkali Anda juga ingat pada tokohnya, Mowgli, anak yang dibesarkan oleh serigala dan diasuh antara lain oleh beruang yang bernama Baghera itu. Kalau Anda berumur 40-an ke atas dan pernah masuk kepanduan, Anda barangkali masih ingat bahwa anak laki-laki di bawah umur sebelas tahun di kepanduan biasa diaebut anak serigala yang diasuh oleh Baghera, Balu, dan sebagainya, yaitu tokoh-tokoh dalam cerita Kipling itu.
Kipling dan Lord Badan-Powell, Bapak Kepanduan Sedunia itu, memang pernah terbuang semasa di Afrika Selatan. Saat itu Robert Badan Powell menjadi perwira Inggria yang bertugas di sana, sedangkan Kipling adalah orang yang yakin akan perlunya kehadiran Inggria di berbagai bagian dunia, termasuk di Afsel, sehingga ia sering ke sana dan bersahabat dangan Cecil Rodes, raja intan yang menjadi negarawan. Kim 1901, novel Kipling yang sudah difilmkan, walupun berupa cerita kanak-kanak, ia dianggap klasik. Buku kanak-kanak yang juga sudah difilmkan adalah Captain Courageous Tahun kematian Kipling yang terjadi tanggal 18 Januari tepat lima puluh tahun yang lalu, diperingati. Buku-bukunya yang ditulia dalam bentuk prosa maupun puisi mulai diperhatikan orang lagi dan ditelaah dangan serius. Kipling yang buku-bukunya disukai anak-anak itu sebenarnya meng­alami masa kanak-kanak yang sangat menyedihkan. Seperti kebiasaan saat itu, anak-anak dikirimkan ke Inggria untuk belajar. Kipling yang pada mass kanak-kanak lebih lancar berbahasa Hindustani daripada Inggria itu, pada umur enam tahun dikirimkan ke Inggria bersama adik perempuannya. Pemilik pemondokan di South Sea adalah orang yang sama sekali tidak mengerti jiwa anak-anak. Kipling selalu diaalahkan dan dihukum, sehingga lahirlah Baa­baa Black Sheep pada tahun 1888 yang merupakan kenang-kenangan masa itu.
Kemudian ia melanjutkan sekolah ke United Services College di West­ward Ho, Devon Utara, sebelum kembali ke India pada umur 17 tahun. la menjadi wartawan, dan masa itu merupakan masa pembentukannya sebagai penulia. la juga mengembangkan pengetahuannya perihal pemerintah jajahan Inggria. la kembali ke Inggria tahun 1889 sebagai orang yang sudah terkenal. Ditulianya antara lain cerita-cerita tentang kepahlawanan tentara Inggria di India dan Burma.
Buatlah sebuah kartu berlubang seperti contoh di atas. Kartu ini berguna untuk membantu mata agar tidak melakukan peng­ulangan dalam melihat apa yang telah terbaca. Singkatnya, untuk berlatih meningkatkan kecepatan membaca. Perhatikan ukurannya. Kemudian bacalah teks berikut ini dangan bantuan kartu tadi. Gerakkan kartu ke samping kanan secara konsiaten dan cepat.
2.  Meningkatkan jangkauan jarak pandang mata
Seorang pembaca yang buruk melakukan kegiatan membaca dangan jalan membaca kata derni kata. Jarak pandang mata hanya terbatas pada unit-unit kata. Cara membaca ini tentu sangat melelahkan dan tidak efektif. Singkatnya, bila jarak pandang mata ini diperluas menjadi unit-unit bahasa yang lebih besar (frase, frase luas, dan klausa), maka kecepatan dan keefektifan membaca akan meningkat dangan pesat. Latihan semacam ini akan dapat meningkatkan kecepatan membaca dua sampai tiga kali lipat.
(1) Membaca kata demi kata
Membaca kata demi kata adalah jenia membaca yang paling tidak efisien. Dangan membaca kata demi kata, berarti kita melihat setiap kata yang ada dalam bacaan, yang berarti pula jumlah kalimat yang dibaca semakin besar. Jelas ini membuang waktu karena tidak seharusnya setiap kata dibaca berhubung dangan fungsinya yang tidak begitu penting dalam bacaan. Banyak kata yang hanya merupakan kata bantu (kata tugas, misalnya) yang selalu berulang-ulang pemakaiannya. Kata-kata semacam inilah yang tidak perlu dibaca, misalnya kata-kata ini, itu, seekor, yang, ialah, dari, di, kepada, dan.
Sebagai bukti, coba Anda baca kata demi kata teks berikut. Camkan, begitukah cara membaca Anda selama ini?

Bacaan IV
Buah / kelapa / kopyor / sudah / sejak / dulu / kita / sukai / sebagai / kelapa / jajan/. Rasanya / yang / enak / menyebabkan / daging / buahnya / yang / mbelubur / lebih / digemari / sebagai / ramuan / es / sirop / (kopyor) / daripada / kelapa / muda/, walaupun / ia / dipasangi / harga / mahal /.
Karena / biasa / menjual / mahal / inilah /, para / petani / lebih / merasa / bahagia / kalau / di antara / kelapa / yang / dipungutnya / di / kebun / ada / yang / kopyor /. Karena / menjual / kopyor / lebih / untung / daripada / menjual / kelapa / biasa/, maka / mereka / pun / lebih / berbahagia / Ilagi) / kalau / pohon / kelapanya / yang / sudah / kopyor / itu / biasa / seratus / persen / berbuah / kopyor / semua /. Sayang / tidak / biasa`/(2)

(2). Membaca Frase demi Frase
Seperti pada teks di atas, coba Anda baca teks berikut ini dangan meningkatkan atau memperluas daya jangkau mata: dari kata demi kata yang dilihat, menjadi membaca frase demi frase. Tanda garis miring menunjukkan kesatuan frase tersebut.
Bacaan V
Dalam sejarah perkelapaan / pernah tercatat / bahwa / sejak makin banyak / daerah kopyor itu / ditanamani bibit kelapa bener / (yang menghasilkan kopra) / penghasil deviaa nonminyak / maka / kelapa kopyor tulen / di daerah itu / diaerbuki oleh tepung bener/. Anak cucunya / kemudian biasa menjadi / pohon yang kopyor /, dan / biasa juga tidak /
Yang tidak ini / kemudian / biasa dipaksa / oleh pemiliknya / agar blso kopyor / kalau lain kali berubah lagi /. Macam-macam usahanya /. Di mulai dangan / yang paling primitif / berdasarkan kepercayaan nenek moyang /, pohon itu / dipukuli / sampai setengah mati /. Memang begitu / resepnya /. Tapi / sangat boleh jadi /, yang bertugas memukul-mukul itulah / yang setengah mati /.
Usahanya / akan lebih berhasil /, kalau standing operation procedure ini / dilakukan malam-malam / pada waktu ada gerhana bulan / yang dicaplok buto terong /. Lebih besar lagi / peluang keberhasilannya / pada waktu siang /, kalau ada / gerhana matahari total / yang diburu orang asing /, tetapi kita tinggal tidur / di kolong /.

(3) Membaca frase kompleks dan klausa sederhana
Pada tingkatan membaca ini, coba Anda perluas lagi daya jangkau mata hingga sampai pada kelompok-kelompok klausa. Apakah mungkin?
Mungkin raja! Coba Anda gunakan kata-kata kuncinya saja, terutama yang mendukung langsung gagasan kalimat atau ide pokok paragraf. Cara membacanya bukan dangan menelusuri setiap bagian baris - bacaan, tetapi meloncat-loncat antarklausa. Dan bahkan, jika mungkin, gerak mata menyapu raja pada seluruh paragraf. Silakan mencoba.
Bacaan VI
Mengapa tidak pernah ada pohon yang biasa menghasilkan buah 100% kopyor semua/? Orang pun sudah berkali-kali mencoba menanam biji kelapa yang kopyor sebagai bibit/. Barangkali raja biasa tumbuh menjadi pohon baru / yang buahnya 100% kopyor/?
 Sayang, tidak pernah ada yang berhasil/. Soalnya, biji kelapa kopyor kalau ditanam tidak mau tumbuh/ karena tunasnya yang mau tumbuh tidak mendapat dukungan yang kuat dari endosperm yang sudah mbelubur kelin­trek-kelintrek lunak seperti bubur itu/. Tunasnya tidak mempunyai landasan yang kuat dari dalam untuk menembus lubang besar pada tempurung/ se­hingga ia mati kutu/.
Yang biasa bertunas justru biji yang daging bijinya padat kembali / (kalau sudah masak benar) seperti kelapa normal/. Inilah yang kopyornya hanya sewaktu buah itu masih muda saja /. Setelah tua dan masak, dagingnya menjadi padat / dan sudah tentu tidak biasa dikatakan kopyor lagi/. Tapi justru biji yang plin-plan begini yang biasa terus mempertahankan jenianya /, sampai sekarang /. Hanya saja, anak-cucunya tetap tidak biasa 100% berbuah kopyor/.
Orang yang membaca kata demi kata dikatakan sebagai pembaca lambat, pembaca yang melihat frase demi frase diaebut pembaca cepat, sedangkan pembaca yang hanya melihat klausa-klausanya saja diaebut sebagai pembaca yang berada pada tingkat cepat dan efektif.
3. Membaca unit pikiran
Pada tingkatan membaca tertinggi, seorang pembaca yang kritis dan kreatif tidak lagi membaca itu pada tataran kebahasaan (membaca kata, frase sederhana, Frase kompleks, dan klausa), tetapi yang dibaca adalah tataran maknanya. Yang dimaksud dangan tataran makna ialah satuan-satuan pikiran, gagasan­gagasan pokok, atau kata-kata kuncinya. Jadi, pembaca secara sekilas melihat kelompok-kelompok satuan pikiran yang ada dalam bacaan. Mata seorang pembaca yang terlatih akan mampu mengenali secara cepat mana gagasan-gagasan utama, mana satuan pikiran yang perlu diambil, kata-kata kunci yang diperlukan, dsb. Sedangkan data-data, fakta-fakta penunjang, contoh-contoh yang kurang penting diabaikan saja. Kecuali bila unsur ini yang memang diperlukan.
Untuk melatih membaca unit pikiran ini, coba Anda baca teks berikut ini. Ingat! Anda diharapkan tidak melihat kata demi kata atau frase demi frasenya sebagai sebuah tataran kebahasaan, tetapi unit-unit pikirannya. Kecepatan membaca Anda diharapkan mencapai 250-400 kata per menitnya, atau lebih.
Pernyataan yang ada di samping kanan adalah kemungkinan gagasan yang diambil.
Bacaan VII
Masyarakat maju, masyarakat pembaca. Ini berarti Kebiasaan membaca tanpa banyak membaca, kita tidak biasa maju. Ini berarti kemajuan memang fakta yang tidak dapat dibantah karena, tanpa banyak membaca, kita tidak biasa tahu per­kembangan negara lain.
Seorang teman yang baru kembali dari suatu perjalanan ke Eropa bercerita kepada saya bahwa ia terkesan pada kebiasaan membaca penduduk di bagian dunia itu. Katanya, di mana-mana ia melihat orang-orang Amerika membaca. la bertanya, apakah orang Amerika juga pembaca yang rakus?
Sebenarnya itu bergantung pada masyarakat bergantung pada apa yang dijadikan objek perbandingan. Misalnya, Amerika yang mana? kalau dibandingkan dangan tempat kelahiran saya, waktu saya masih kecil, tentu saja orang Amerika adalah pembaca yang hebat. Pada waktu itu di kampung saya kebanyakan orang dewasa buta huruf. Tidak apa-apa, sebab mereka dapat berfungsi lkondiai hidup yang sederhana itu.
Masyarakat Amerika berdasarkan teknologi yang tinggi. Teknologi modern dipertahankan semata-mata oleh pengetahuan yang harus diperoleh dangan studi yang bertahun-tahun lamanya. Kesanggupan mem­baca dalam hat itu tentu merupakan keharusan fungsional, tidak kurang dari bernapas dan makan.

B. Tipe-Tipe Pembaca yang Tidak Efektif
Anda pernah mendangar ada seseorang yang membaca buku dangan suara keras-keras? Ini biasanya banyak dijumpai pada para pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah. Adakalanya juga dijumpai pada orang dewasa. Mereka merasa lebih nikmat mem­baca dangan suara nyaring, dan bahkan lebih merasa memahami secara cepat isi bacaan. Benarkah begitu? Ada lagi tipe pembaca yang suka menggerak-gerakkan anggota badannya dangan tidak sadar. Inilah yang akan diterangkan sebagai tipe pembaca yang tidak efisien itu.
(1) Tipe pembaca yang memvokalkan apa yang dibacanya
Seperti yang telah sedikit disinggung di atas, yang dimaksud dangan tips pembaca ini adalah pembaca yang suka membaca dangan suara keras. Banyak orang yang melakukan cara membaca semacam ini, yaitu melafalkan apa yang dibacanya kata demi kata dangan bantuan alat-alat ucap (mulut).
Adakah yang salah dari cara membaca semacam ini? Jelas, ya. Karena kecepatan membacanya disamakan dangan kemampuan bergeraknya alat ucap (bersuara). Jadi, dangan kata lain, kecepatan membaca disamakan dangan kecepatan berbicara. Bagaimana mungkin ini dikatakan sebagai pembaca yang baik dan efektif?
Kita sepakat bahwa proses membaca adalah proses berpikir. Di sini jelas bahwa kecepatan berpikir.tidak sama dangan kecepatan berbicara. Kita mampu berpikir tentang berbagai hal dalam be­berapa saat, secara rumit dan kompleks. Nah, proses ini sama dangan waktu proses membaca berlangsung. Jika lalu seseorang melakukan tindakan membaca dangan memvokalkan apa yang dibacanya, itu berarti ia melakukan dua kerja sekaligus: membaca gagasan bacaan (berpikir) dan berbicara. Jelas bahwa tindakan memvokalkan bahan bacaan ini sesuatu yang menghambat ke­cepatan membaca, sekaligus menghambat pemahaman. Kesimpul­annya, pembaca jenia ini adalah pembaca yang kurang efektif.
Ada tiga macarn tips pembaca ini, yaitu (1) pembaca yang membaca dangan suara keras (nyaring) pada seluruh bacaan, (2) pembaca yang hanya bergumam, dan (3) pembaca yang mengikuti baris-baris bacaannya dangan gerakan mulut (tidak bersuara). Semuanya dapat dikatakan kurang efektif.
Coba Anda baca teks di atas dangan dua cara, pertama Anda baca dangan suara nyaring dan kedua Anda baca dalam hati.
(2) Tipe pembaca bergerak
Apanya yang bergerak? Yang dimaksudkan sebagai tipe pembaca bergerak ialah seorang pembaca yang dalam perbuatan membaca­nya diikuti oleh gerak-gerik sebagian anggota badan, balk diaengaja maupun tidak. Contohnya: membaca sambil menggoyang-goyang­kan kaki, membaca sambil menggigit-gigit ujung alat tulia, mem­baca sambil mengetuk-ngetukkan jari tangan di meja, dsb. Secara prinsip, faktor ini tak mengganggu benar. Akan tetapi, meng­hilangkan kebiasaan ini akan menambah konsentrasi terhadap bacaan lebih sempurna.
(3) Membaca sambil tiduran (berbaring)
Ada sebagian orang yang merasa nikmat bila membaca sambil tiduran. Anda sendiri pernah mengalaminya, bukan? Atau hal ini justru merupakan kebiasaan Anda? Cara membaca ini jelas me­rupakan kebiasaan membaca yang jelek. Terutama ditinjau dari segi kesehatan mata. Dangan membaca sambil tiduran, mata di­paksa bekerja lebih keras. Kelelahan mata adalah efek langsung dari cara membaca semacam mi.
(4) Tipe pembaca yang tak berkonsentrasi
Ini juga salah satu kelemahan dari beberapa orang pembaca. Terkadang tampak secara jelas, secara fiaik seseorang sedang mem­baca. Akan tetapi, sampai beberapa waktu belum juga membaik­baik halaman buku. Mengapa? Ternyata hanya pada awal-awal baris saja ia membaca. Pada baris-baris berikutnya tujuan membaca beralih menjadi berkhayal, di luar konteks apa yang dibaca­nya. Biasakah ia disalahkan? Barangkali tidak. Sebab, perbuatan itu dilakukan dangan tidak disadari. Dan ini biasanya telah mem­budaya. Baru setelah ia sadar kembali, diteruskannya kegiatan membacanya. Inilah yang dimaksud dangan tipe pembaca yang tidak berkonsentrasi.
 
IV. MEMBACA PEMAHAMAN
Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud membaca pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, ide penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya. Usaha efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan
a.     mengorganisasikan bahan yang dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami.
b.     mengaitkan fakta yang satu dengana fakta yang lain atau menghubungkannya dengan fakta dan konteks.
Tingkat pemahaman dalam membaca berkaitan pula dengan sistem membaca yang dipakainya. Umumnya orang cendenrung langsung membaca teks tanpa mempersiapkan prakondisi sehingga pembacaaan terssebut menjadi efektif.
Ada beberapa sistem membaca, antara lain
1. SQ3R      : survey-question-read-recite-review
2. SQ4R      : survey-question-read-recite-rite-review
3. POINT     : purpose-overview-interpret-note-test
4. OK4R      : overview-key ideas-read-summarize-test

Salahsatu sistem yang banyak dikenal dan dipakai orang adalah SQ3R. Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu
1.     SURVEI
Survei atau prabaca adalah teknik mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap. Tujuan srvei adalah
  1. mempercepat menangkap arti
  2. mendapatkan abastrak
  3. mengetahui ide-ide penting
  4. melihan susunan (organisasi) bahan bacaan.
  5. Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan.
  6. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Ada beberapa teknik dalam melakukan survei. Untuk tiap jenis bacaan, teknik surveinya berbeda.
  1. Tekni survei buku
- telusuri daftar isinya                         - baca kata pengantar
- lihat tabel, grafik                               -  lihan apendiks
- telusuri indeks
  1. Teknik survei bab
- lihat paragraf pertama dan terakhir
- lihat ringkasan                                    - lihat subjudul
  1. Teknik survei artikel
- baca judul                                  - baca semua subjudul
              - amati tabel                                - baca pengantar
              - baca kalimat pertama subbab    - buatlah keputusan (dibaca atau tidak)
  1. Teknik survei klipping
- perhatikan judul
- perhatikan penulisnya

2.     QUESTION
Pada langkah ini kita mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan.
3.     READ
Perlu disadari bahwa membaca merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama.
4.     RECITE/RECALL
Pada tahap ini Anda dapat membuat catatan seperlunya
5.     REVIEW
Pada tahal ini Anda mencoba mengingat kembali dengan membaca ulang bacaan yang Anda baca.

V.          MEMBACA KRITIS
Membaca secara kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Dengan demikian, pembca tidak sekedar membaca, melainkan juga berpikir tentang masalah yang dibahas. Hal yang harus diingat dalam membaca kritis adalah bahwa tidak semua yang ditulis itu benar.
Untuk itu kita harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan cepat, akurat, dan kritis. Akurat artinya mampu membedakan hal yang relevan dan tidak relevan. Kritis artinya menerima pemikiran yang ditulis dengan dasar yang baik, logis, benar, dan realistis.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membaca kritis adalah
a.     mengerti isi bacaan
b.     menguji sumber penulisan
c.      ada interaksi antara penulis dan pembaca.
d.     Memutuskan :menerima atau menolak ide penulis
Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap gagasan orang lain, kita perlu mengingat-ingat secara lebih seksama apa saja yang dikemukakan oleh penulis. Untuk itu, ingatan sangat penting. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar kita dapat mengingat lebih lama ddan lebih baik, yiatu
a.     hadapi bahan dengan tujuan
b.     survei apa saja yang perlu diingat
c.      cai fakta dan dapatkan dalam hubungannya dengana konteks
d.     kaitkan apa yang dibaca dengan yang telah diketahui.
e.     Perhatikan apa yang penting bagi Anda.

Dalam usaha menanggapi pendapata orang lain, kita tidak boleh melupakan hal-hal yang penting yang diungkapkan oleh penulis. Agar tidak terlupakan perlu dibuat sejumlah catatan dari bacaan yang kita baca. Pokok-pokok yang perlu dicatat antara lain
a.     bagian-bagian kunci ide pokok, masalah, informasi penting
b.     asumsi penulis tentang segi tertentu
c.      detail atau fakta yang kita perlukan
d.     pokok-pokok yang menarik
Ada tiga jenis catatan, yaitu
a.     catatan berupa koleksi fakta dan detail penting
b.     catatan berupa kutipan kalimat, paragraf, kata kunci
c.      catatan berupa ringkasan

VIII.              SKIMMING DAN SCANNING
Skimming adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok bacaan. Scanning adalah cara membaca dengan cara melompat langsung ke sasaran yang dicari.
Bagian-bagian yanag dapat dilompati antara lain
a.     bagian yang telah diketahui dari buku lain
b.     bagian yang berisi informasi yang tidak memenuhi tujuan membaca
c.      bagian yang hanya merupakan contoh atau ilustrasi
d.     bagian yang merupakan ringkasan bab sebelumnya.
Yang dimaksud skimming adalah mencari hal-hal penting dari bacaaan. Fungsi skimming adalah
a.     untuk mengenali topik bacaan
b.     untuk mengetahui pendapat/opini orang
c.      untuk mendapatkan bagian penting yang kita butuhkan
d.     untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara berpikir penulis.
e.     Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca.
Scanning adalah teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain. Scanning biasa digunakan untuk
a.     mencari nomor telepon
b.     mencari kata pada kamus
c.      mencari eintri pada indeks
d.     mencari angka statistik
e.     melihat acara siaran televisi
f.       melihat daftar perjalanan

D.    Model Pembelajaran
1.      Model              : Pembelajaran kooperatif dan kontekstual (E-learning)
2.      Metode            : Presentasi, diskusi, dan tanya jawab
3.      Strategi            :
E.     Langkah-langkah kegiatan
Pendahuluan (25’)
1.      Mengerjakan soal tes awal
2.      Apersepsi
3.      Guru menjelaskan tujuan  materi yang akan pelajari oleh siswa.
4.      Guru dan siswa bersepakat untuk mulai pembelajaran membaca cepat di ruang komputer dan menentukan jenis bacaannya.


Terlaksana/tidak
Kegiatan inti (130’)
Pertemuan I
1.      Guru menugaskan siswa menghidupkan komputer.
2.      Guru menugaskan siswa mulai membaca bacaan yang telah disepakati.
3.      Siswa menjawab pertanyaan yang telah tersedia.
4.      Guru dan siswa bersama-sama mengoreksi jawaban.
5.      Guru menjelaskan cara menghitung kecepatan membaca siswanya.
6.      Guru mnugaskan siswa untuk mengulangi kegiatan dengan teks yang berbeda.

Pertemuan II
1.      Guru menyiapkan beberapa bacaan dan setiap judul ada satu judul yang sama.
2.      Guru bersama siswa membuat kelompok 2-4 orang.
3.      Setiap kelompok memilih dan membaca teks yang telah didapatkan.
4.      Siswa bersama kelompoknya akan mendiskusikan ide pokok tiap-tiap paragraf.
5.      Setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain yang membahas judul yang sama akan mengomentarinya.
6.      Setiap kelompok akan membuat ringkasan bacaan dalam beberapa kalimat yang baik dan jelas.
7.      Guru mengevaluasi tugas setiap kelompo.
8.      Guru membri tugas perindividu untuk melakukan hal yang sama seperti pada saat diskusi kelompok


Terlaksana/tidak
Penutup (20’)
1.      Guru dan siswa mengadakan tanya jawab.
2.      Guru dan siswa merefleksikan materi yang telah dipelajari.

Terlaksana/tidak

F.     Sumber Pembelajaran
1.      Media massa/ koran/ majala
2.       internet, komputer
3.      LP 1 dan Kunci LP 1
4.      LP 2 dan Kunci LP 1
5.      LP 2 Lembar pengamatan aktivitas siswa
Daftar Pustaka
Buku pendamping: (2) Syamsuddin A.R. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas X. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2006.
Anderan, Jonathan, a.o. 1969. Efficient Reading.  A Practical Goide, Sydney, : Mc Graw – Hill Book  Co.
Adler, Mortiner J. dan Charles Van Doren, 1986, Cara membaca Buku dan Memahaminya, Disadur oleh Budi Prayitno, Jakarta : Pantja Simpati
Oka. I Gusti Ngrah,1978. Membaca Kreatif, Sebuah Tinjauan Pendahuluan. Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra  no. 3 th II 1976
                                    KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN MEMBACA
No
INDIKATOR
TUJUAN PEMBELAJARAN
LEMBAR PENILAIAN & BUTIR SOAL
KUNCI LEMBAR PENILAIAN
1.
1. membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit
2. menemukan ide pokok paragraf dalam teks
3. membuat ringkasan  isi teks  dalam beberapa kalimat yang runtut
1.      Siswa membaca teks nonsastra dengan kecepatan 250 kpm.
2.      Siswa menemukan gagasan atau ide pokok tiap paragraf.
3.      Siswa membuat ringkasan isi bacaan



2.
Keterampilan sosial: melakukan komunikasi dalam diskusi,taya jawab, dan presentasi
1. Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan gagasan hasil membaca cepat.
2. Siswa mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas



                               LEMBAR AKTIVITAS SISWA
Tujuan: Agar pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat berjalan dengan baik, siswa harus aktif dan saling membantu satu dengan lain. Pengamatan ini akan medapatkan gambaran perilaku siswa pada saat di dalam kelas ataupun diluar kelas.
                                                           
Petunjuk: Amati kelas dari mulai sampai dengan penutup. Setiap aktivitas siswa baik pada saat bekerja berkelompok maupun sendiri. Berilah tanda  ceklis (V) untuk setiap aspek yang teramati. Sebagai seorang pengamat, seyogyanya Anda harus dekat dengan siswa.
No
Aktivitas Siswa
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

10.
Saat mengoprasikan komputer
Menngerjakan tugas
Mendiskusikan tugas kelompok
Mempresentasikan hasil diskusi
Bertanya kepada guru
Menginformasikan pendapat ( masukan, kritikan) kepada siswa yang lain
Perilaku tidak relevan
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
Total skor frekuensi
………………..
Pengamat

(………….)
 LEMBAR KEGIATAN SISWA
PREE TES REFLEKSI SILKAP MEMBACA
No
Butir pernyataan
Jawaban
Ya
Tidak
1
Mendengar kata-kata di dalam benak sewaktu membaca (semivokal)


2
Membaca satu kata pada satu waktu


3
Mengulangi membaca karena tidak memahami makna


4
Mempunyai masalah dalam mengingat-ingat gagasan tulisan yang dibaca


5
Mengalaimi kesulitan untuk tetap kosentrasi pada saat membaca


6
Menemui kosentrasi yang melantur pada saat membaca


7
Mengalamai hambatan saat membaca karena ada kosa kata yang tidak diketahui


8
Membaca dengan memperhatikan kata demi kata, bukan satuan-satuan gagasan dalam bacaan


9
Membaca dengan kecepatan yang sama untuk berbagai jenis teks yang dibaca


10
Menyuarakan kata-kata yang dibaca agar mudah memahami bacaan


Keterangan:
Apabila siswa kecendrungan masih menjawab “Ya” maka siswa dianjurkan terus berlatih membaca. Hasil itu menunjukkan bahwa siswa masih melakukan hal-hal yang menyebabkan kecepatan membacanya rendah.

BACAAN
SIAPA SOCRATES?
Catat waktu: detik…… menit…..
Di antara para arif bijaksana ada yang mengatakan bahwa ia bukanlah pemilik kebijaksanaan: ia mencari kebijaksanaan, ia mencari kebenaran, pengertian yang sejati. Ahli pikir yang            amat besar pengaruhnya dalam dunia filsafat ini adalah Sokra­tes. la dilahirkan di Athena (469 SM). Bapaknya seorang juru  pahat, dan ibunya seorang bidan. Kata orang, Sokrates amat jelek parasnya. Istrinya bernama Xantippe dan amat Judas. Perangainya. Sokrates amat cerdas pikirannya dan berpendidikan tinggi, peramah yang memberikan ajarannya kepada pemuda-pemuda di kotanya, dan caranya ialah dangan bertanya jawab (dialog). la amat banyak muridnya, dan tak mencari uang.
Ajaran Sokrates pun lain pula, dan dianggap oleh para bijaksana itu berbahaya, maka diajukanlah Sokrates di muka hakim atas tuduhan: ia merusak jiwa pemuda dan menjadikan kepercayaan baru. Sokrates dijatuhi hukuman mati dengan cara minum racun pada tahun 399 SM.
Walaupun ia mati, ajarannya tak hilang. Murid-muridnya            yang pandai-pandai, mewarisi ajaran Sokrates itu kepada dunia. Ajaran Sokrates dipusatkan pada manusia. la mencari pengertian sejati. Adapun cara-caranya ialah dangan mengamat-amati yang kongkret dan bermacam-macam coraknya, dan kemudian menghilangkan perbedaannya, muncullah yang sama, maka timbullah pengertian yang sejati itu. la tidak membuat pengertian murni itu, katanya, tetapi sebagai bidan ia menolong lahirnya kebenaran dangan mengamat-amati yang kongkret, sebab kebenaran (pengertian sejati) itu terkandung pada yang kongkret itu. Metode ini diaebutnya sendiri majeutike (kebidanan). Misalnya, dari tingkah laku yang bermacam-macam yang semuanya diaebut berani, timbullah pengertian 'keberanian'. Begitu pula dati bermacam-macam yang baik timbul pengertian 'kebaikan'.
            Rumus yang digunakan untuk menghitung kemampuan membaca cepat siswa adalah sebagai berikut.

  Rumus :
  (1)   K         x         B   = ……. kpm (kata permenit)
         Wm                Si

  (2)   K.   (60)    x    B   = ……. kpm (kata permenit)
         Wd                 Si

  Keterangan:
  K      : jumlah kata yang dibaca
  Wm  : waktu tempuh baca dalam satuan menit
  Wd   : waktu tempuh dalam satuan detik
  B      : skor bobot perolehen tes yang dapat dibaca dengan benar
  Si     : skor ideal atau skor maksimal
  Kpm : kata perminit

Soal-soal latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang pada pilihan yang Anda anggap benar!
1. Nyatakan kembali: Miniatrur bacaan di atas, para arif bijak sana menganggap dirinya sebagai ....
A. penemu kebenaran dan pencari kebijaksanaan.
B. pencari kebenaran dan pencari kebijaksanaan.
C. penentu kebenaran dan penentu kebijaksanaan.
D. pemilik kebenaran dan penentu kebijaksanaan.
2. Kalimat-kalimat yang menyatakan sifat-sifat Sokrates dan iatrinya adalah
 A. kalimat (3) dan (4)
B. kalimat (4) dan (5)
C. kalimat (5) dan (6)
D. kalimat (6) dan (7)
3. Kalimat-kalimat yang menyatakan sebab akibat dalam para­graf I di atas adalah ....
A. kalimat (4) dan (5)
B. kalimat (5) dan (6)
C. kalimat (6) dan (7)
 D. kalimat (7) dan (8)
5. Sokrates dijatuhi hukuman mati dangan meminum racun karena ....
A. dituduh mempengaruhi pemuda dan memberikan ajaran baru
 B. dituduh menghasut pemuda untuk menggulingkan peme­rintah
C. dituduh merusak jiwa pemuda dan menjadikan kepercaya­an baru
D. dituduh merusak jiwa pemuda dan menciptakan ajaran baru.
6. Yang dimaksud dangan majeutike (kebi­danan) dalam bacaan di atas adalah ....
A. ilmu tentang kesehatan                                  C. care merumuskan kebenaran
B. care menyembuhkan penyakit                        D. care mencari kebenaran
7. Bile kita menemukan bermacam-macam hal tentang yang baik, maka berdasarkan bacaan di atas akan timbul .. .
A. pengertian keberanian
B. pengertian kesucian
C. pengertian kebaikan
D. pengertian kebenaran
8. Berikut adalah apa yang dikatakan Sokrates:.. .
A. Orang yang tahu kebajikan, belum tentu orang baik.
B. Orang yang tahu kebajikan, tentu kebajikan pula.
C. Orang yang tahu kebajikan, pasti baik.
D. Orang yang tahu kebajikan, pasti orang suci.



KUNCI LEMBAR KEGIATAN SISWA

1.                                                         6.
2.                                                         7.
3.                                                         8.
4.                                                         9.
5.                                                         10.













LEMBAR PENILAIAN PROYEK SISWA
Siswa melaporkan hasil membaca ke dalam format yang telah disediakan dan akan diparaf oleh guru. Guru setiap pertemuan akan menanyakan laporan membaca siswa.

FORMAT LAPORAN HASIL MEMBACA SISWA
No.
Judul buku/bab/subab
Waktu dan tempat
Jumlah halaman
Rangkuman
Komentar
Paraf
1.






2.






3.






4






5






6






7






8






Dst.







Ket: Siswa yang setiap hari membaca dan membuat laporannya maka akan mendapat nilai terbaik.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
sSekolah                      : SMA/MA
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : X/I
Alokasi Waktu            : 4x 45menit

Standar Kompetensi:
Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca

Kompetensi Dasa
3.2 Mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif

Pokok Bahasan
Membaca teks nonsastra dengan teknik membaca ekstensif

A.    Indikator
Siswa mampu
1.      Mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf
2.      Menuliskan kembali isi bacaan  secara ringkas dalam beberapa kalimat
3.      Mengidentifikasi  fakta dan pendapat dalam bacaan

Keterampilan Sosial:
Melakukan komunikasi yang baik pada saat mengerjakan tugas kelompok maupun pada saat bertanya kepada guru.

B.     Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa mebaca teks nonsastra dengan teknik membaca ekstensif.
2.      Siswa menuliskan kembali isi bacaan secara singkat dengan beberapa kalimat
3.      Siswa mengidentifikasi informasi yang merupakan fakta dan pendapat.

C.    Materi Pelajaran
Teks nonsastra dari berbagai sumber
· Ide pokok tiap paragraf
· Ide pokok dari berbagai sumber yang berbeda
· Fakta dan opini
· Ringkasan isi bacaan

A. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat dan dengan demikian membaca secara efisien dapat teratasi.
Membaca ekstensif ini meliputi pula:
    1. membaca survey (survey reading)
    2. membaca sekilas (skimming)
    3. membaca dangkal (superficial reading).

1. Membaca Survei
            Sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan di telaah, dengan jalan:
a)      memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku;
b)      melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
c)      memeriksa , meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketepatan dalam mencurvei bahan bacaan ini sangat penting; hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya. Latar belakang pandangan serta ilmu pengetahuan seseorang turut menentukan tepat atau tidaknya, cepat atau lambatnya mensurvei bahan bacaan yang diinginkan. Memang ada benarnya ucapan orang tua yang mengatakan bahwa permulaan yang baik sudah merupakan setengah dari hasil yang hendak di capai.

2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau sekimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Kalau kita tidak tahu bagaimana cara membaca sekilas dan kapan harus melakukannya, maka kita akan menghadapi kesulitan dalam menmgikuti serta menyelesaikan bacaan yang diinginkan.
            Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu;
a)      untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat;
b)      untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan ;
c)      untuk menemukan / menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan (Albert(et al)) 1961a : 30)

a)   Untuk Memperoleh Suatu Kesan Umum
Bila kita ingin memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku non-fiksi (sejarah, biografi, ilmu pengetahuan, seni, dan sebagainya) dengan cepat maka kita dapat melakukannya dengan jalan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Kita akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik kalau kita mengikuti langkah ini dengan membuka-buka halaman buku tersebut dengan cepat, melihat pada bab dan anak bab, gambar, peta, skema, dan diagram. Dengan ini kita dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, dan sikap umum sang penulis serta pendekatannya terhadap bahan atau subjek pembicaraan. Kita dapat memperoleh kesan umum dari suatu novel dengan jalan mengadakan sekilas serta menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu sambil jalan. Kalau kita tertarik hanya pada plot atau sifat umum pada novel tersebut, maka kita memperoleh suatu ide yang baik dari/mengenai buku tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.
Kita dapat membaca sekilas suatu artikel dalam majalah atau rencana dalam surat kabar dengan cara berikut ini. Bacalah pertama sekali paragraf ini biasanya menyatakan kepada kita pokok masalah. Sesudah itu telitilah secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalimat-kalimat judul serta petunjuk-petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting yang diperbincangkana itu.
b)   Untuk Menemikan Hal Tertentu
Kita kerap sekali membaca sekilas untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu misalnya nonmor pemain pujaan pada pemain sepak bola, jumlah angka kematian lalu lintas dan sebagainya. Orang yang teliti hampir terus menerus memebaca sekilas dalam kehidupan sehari-hari.
Petunjuk-petunjuk berikut ini akan dapat menolong kita dalam usaha mendapatkan informasi yang tepat dengan cepat.
a)      tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan pertanyaan yang akan dijawab.
b)      Siapkan/ingat kata atau kata-kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk hal tersebut.
c)      Bila kita mencari informasi dalam suatu buku, baiklah kita melihat apakah kata atau detail tersebut tercantum dalam indeks. Kalau tidak ada, carilah di bawah subyek yang lebih luas yang mencakup bahan atau subyek tersebut.
d)     Liriklah setiap halaman dengan cepat, hanya untuk mencari kata atau detail yang diingini.

c)        Untuk Menemukan Bahan dalam Perpustakaan
Dalam pencarian bahan yang diperlukan diperpustakaan, kitapun membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai; kita membaca sekilas melalui pembimbing pembaca untuk menemukan akrtikel majalah.
Bila kita sudah menemukan sebuah buku yang mungkin berguna, maka selanjutnya lihatlah pada daftar isi dan daftar kata-kata untuk menentukan apakah buku tersebut membuat hal-hal yang kira-kira kita kehendaki. Kalau kita telah mendapatkan suatu majalah yang kira-kira memberi harapan, liriklah halaman demi halaman dengan cepat mencari bahan yang ada sangkut pautnya dengan pokok atau topik pembicaraan kita. Apabila kita telah menemui apa yang kita ingini dengan cara membaca sekilas, ubahlah cara membaca kita, bacalah bahan itu dengan teliti, catatlah ha-hal yang penting serta fakta-fakta penunjang.
      Kalau kita biasakan sendiri membaca sekilas dengan tepat dan cerdas maka kita akan kagum betapa banyaknya informasi yang dapat kita peroleh dalam waktu yang singkat. Ambillah buku, majalah, dan surat kabar lalu bacalah sekilas. Biasakanlah diri kita mendapatkan kesan umum dari buku-buku baru dan melihat apakah kita ingin membacanya dengan teliti atau tidak.
      Memang harus disadari benar-benar bahwa membaca sekilas merupakan suatu keterampilan yang sangat berfaedah kalau tidak disalahgunakan. Seperti juga halnya kalau kita tidak membaca suatu buku kata demi kata maka dalam membaca sekilaspun kita tidak perlu membaca semuanya. Tapi, yang penting-penting saja. Dalam penerapannya yang baik, membaca sekilas menuntut suatu keaktifan dan keseksamaan untuk mengetahui apa yang dicari serta bagaimana cara menghubungkan apa yang telah ditemui dengan apa-apa yang telah kita ketahui sebelumnya. (Albert [et al] 1961:30-32).

3. Membaca Dangkal
      Membaca dangkal atau superficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang. Misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut pemikiran yang mendalam seperti halnya karya-karya ilmiah. Dapat dilakukan dengan santai tetaapi menyenangkan. (Broughton [et al] 1978:92).

    1. MENEMUKAN GAGASAN INTI ATAU IDE POKOK PARAGRAF
Menemukan ide pokok paragraf merupakan sutau kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Keterampilan menemukan ide pokok bisa dilatih dan dikembangkan secara teratur dan berkesinambungan sehingga menanggap inti bacaan atau informasi yang diterimanya menjadi tepat, akurat, dan cermat.

Inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawahkan gagasan yang lain. Oleh sebab itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain menyubordinasi gagasan lain). Gagasan-gagasan lain yang terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu berantai-berkesinambungan guna membentuk kesatuan paragraf.

Menemukan inti atau ide pokok bisa disiasati dengan mengenal tipe paragraf, berdasarkan pola penalaran dan pola pengembangannya. Bila dilihat dari segi pola penalarannya, paragraf bisa berbentuk tipe deduktif dan induktif. Lain halnya bila kita lihat dari pola pengembangannya, tipe paragraf dapat berupa paragraf definisi, paragraf contoh, paragraf sebab-akibat(kausalitas), parageaf perbandingan (persamaan-perbedaan), paragraf pertentangan, paragraf kronologi, dan sebagainya.

Pola penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang dimulai dengan rumusan pernyataan umum. Biasanya ditempatkan di awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat-kalimat penjelas. Pola penalaran induktif merupakan pola berpikir dengan menggunakan peristiwa atau hal-hal khusus untuk menarik kesimpulan umum. hal-hal atau peristiwa khusus yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang sejenis, seklasifikasi, paralel, dan digunakan sebagai data yang memperkuat gagasan kesimpulan. Secara logis, berdasarkan beberapa, banyak, atau semua data, pembaca digiring ke suatu kesimpulan umum atas peristiwa atau hal-hal tersebut.

Bila kita memenukan gagasan pokok berdasarkan pola penalarannya, ide pokok terdapat di kalimat awal atau di akhir paragraf. Perlu diketahui bahwa kalimat awal atau akhir paragraf bisa saja merupakan kalimat majemuk bertingkat, bahkan mungkin kompleks. Namun, inti gagasan terdapat pada induk kalimatnya, yakni unsur S-P (O) /(Pel.), sedangkan berdasarkan pola pengembangannya, ide pokok paragraf biasanya berada di awal paragraf.

Yang sering membuat pembaca bingung menentukan ide pokok adalah bila paragraf yang dibacanya bertipe naratif atau deskriptif. Ide pokok paragraf biasanya terjabarkan secara merata berkesinambungan dalam semua kalimat paragraf tersebut. Oleh sebab itu, pembaca harus pandai menemukan kata-kata kunci (key words) paragraf itu. Berdasarkan kata-kata kunci itulah kita dapat menentukan kalimat ide pokok.

Berbagai bentuk evaluasi, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi, tipe soal menentukan ide pokok atai inti gagasan pasti kita temukan. Hal itu bisa kita temukan pula dalam ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum, ulangan semseter, ulangan kenaikan, bahkan ujian nasional serta tes ke perguruan tinggi. Oleh karena iu, kepandaian menemukan ide pokok bisa ditingkatkan dan dilatih dengan cara membiasakan dan meningkatkan terus keamampuan membaca. Berlatih untuk terus berlatih demi kemajuan kita smeua. Sumber bacaan untuk berlatih kita dapat menemukannya dalam berbagai bentuk dan corak, asalkan bersifat edukatif, intelektual, dan rasional. Selamat berlatih.

C.Cara mudah Menemukan Ide Pokok Wacana
Memahami suatu teks berarti memahami ide pokok yang hendak disampaikan oleh penulis teks tersebut. Untuk itu fokus pembacaan haruslah diletakkan pada usaha memahami ide pokok penulis. Ide pokok suatu buku dapat dikenali dalam
a.     ikhtisar umum yang ada di awal buku
b.     ikhtisar bab
c.      ikhtisar bagian bab
d.     ide pokok paragraf
Kadang-kadang orang terlalu membuang waktu untuk detail sebelum dia menemukan ide pokoknya. Detail adalah fakta atau informasi yang dikemas dalam paragraf untuk membuktikan, menjabarkan, dan memberikan contoh yang mendukung ide pokok. Salahsatu cara mengenali detail penting adalah dengan mencari petunjuk-petunjuk yang digunakan oleh penulis untuk membantu pembaca, antara lain dengan
a.     ditulis cetak miring
b.     digarisbawahi
c.      dicetak tebal
d.     dibubuhi angka-angka
e.     ditulis dengan kode huruf (a,b,c,d)
Kata-kata kunci merupakan kata penuntun untuk membantu mengetahui jalan pikiran penulis. Kata kunci antara lain
a.     ungkapan penekanan
b.     kata yang mengubah arah
c.      kata ilustrasi
d.     kata tambahan
e.     kata simpulan

D.    Model Pembelajaran
1.      Model  : Pembelajaran kooperatif ( Cooperative Scrip)
2.      Metode            : Presentasi, diskusi, dan tanya jawab
3.      Strategi            :

E.     Langkah-langkah kegiatan
Pendahuluan
Apersepsi
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
Terlaksana/tidak
Kegiatan inti
Pertemuan I (30 menit)
1.   Guru membentuk kelompok berpasangan.
2.   Guru membagikan teks bacan
3.   Siswa berpasangan akan membaca ekstensif teks bacaan tersebut
4.   Setiap pasangan akan mendiskusikan ide pokok tiap paragraf, menentukan fakta dan pendapat, dan membuat ringkasan isi bacaan.
5.   Guru akan menunjuk  beberapa pasangan membacakan hasil diskusinya dan pasangan yang lain akan mengomentari (selanjutnya bergantian).
6.   Guru menjelaskan materi/memberi penguatan mengenai apa yang telah dikerjakan siswa.
Pertemuan II ( 30) Think Pair And hare
1.      Siswa diminta berpikir tentang materi/ permaslahan yang disampaikan guru
2.      Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan hasil pemikirkan masing-masing
3.      Guru memberi kesimpulan hasil pemikiran siswa

Terlaksana/tidak
Penutup 15
1.      Guru dan siswa merefleksikan materi
2.      Guru memberikan tugas indifidu

Terlaksana/tidak

F.     Sumber Pembelajaran
Media massa/ koran/ majala
LP 1 dan Kunci LP 1
LP 1 dan Kunci LP 1
LP 2 Lembar pengamatan aktivitas siswa
Daftar Pustaka
Buku pendamping: (2) Syamsuddin A.R. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas X. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2006.
Adler, Mortiner J. dan Charles Van Doren, 1986, Cara membaca Buku dan Memahaminya, Disadur oleh Budi Prayitno, Jakarta : Pantja Simpati
Oka. I Gusti Ngrah,1978. Membaca Kreatif, Sebuah Tinjauan Pendahuluan. Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra  no. 3 th II 1976


KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN
KETERAMPILAN MEMBACA
No
INDIKATOR
TUJUAN PEMBELAJARAN
LEMBAR PENILAIAN & BUTIR SOAL
KUNCI LEMBAR PENILAIAN
1.
Siswa mampu
1.      Mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf
2.      Menuliskan kembali isi bacaan  secara ringkas dalam beberapa kalimat
3.  Mengidentifikasi  fakta dan pendapat dalam bacaan
1.      Siswa mebaca teks nonsastra dengan teknik membaca ekstensif.
2.      Siswa menuliskan kembali isi bacaan secara singkat dengan beberapa kalimat
3.      Siswa mengidentifikasi informasi yang merupakan fakta dan pendapat.



2.
Keterampilan sosial: melakukan komunikasi dalam diskusi,taya jawab, dan presentasi
1.  Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-temanya untuk menyampaikan gagasan hasil membaca cepat.
2.  Siswa mampu menerima gagasan dukungan ataupun sanggahan dari teman-temannya di dalam kelas maupun di luar kelas


LEMBAR AKTIVITAS SISWA
Tujuan: Agar pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat berjalan dengan baik, siswa harus aktif dan saling membantu satu sama lain. Pengamatan ini akan medapatkan gambaran perilaku siswa pada saat di dalam kelas ataupun diluar kelas.
                                                           
Petunjuk: Amati kelas dari mulai sampai dengan penutup. Setiap aktivitas siswa baik pada saat bekerja berkelompok maupun sendiri. Berilah tanda  ceklis (V) untuk setiap aspek yang teramati. Sebagai seorang pengamat, seyogyanya Anda harus dekat dengan siswa.
No
Aktivitas Siswa
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

10.
Saat mencari pasangan
Menngerjakan tugas
Mendiskusikan tugas kelompok
Mempresentasikan hasil diskusi
Bertanya kepada guru
Menginformasikan pendapat ( masukan, kritikan) kepada siswa yang lain
Perilaku tidak relevan
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
………………

………………….
Total skor frekuensi
………………..
                                                                                                Pengamat.

                                                                                                (…………)     
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Bacaan
BATU KARANG TIRUAN PENYIMPAN
LIMBAH RADIOAKTIF

Pada akhir abad XX, teknologi nuklir semakin meluas pemakaiannya dalam kehidupan manusia. Bersamaan dangan itu pula, timbul masalah mengenai limbah radioaktifnya. Pem buangan limbah radioaktif tidak dapat diaamakan dangan pembuangan limbah industri lainnya. Masalah ini mengundang para ilmuwan untuk mencari cara penanggulangan yang ter­baik dan paling aman.
Profesor Ted Ringwood dari Australian National University baru-baru ini telah berhasil menciptakan suatu bahan yang kiranya merupakan jawaban dari masalah pelik di atas yang diaebut sinroc (Synthetic Rock). Sinroc dibuat dari lima bahan kimia sederhana, yaitu oksida titanium, barium,  aluminium. Bahan-bahan ini bereaksi menjadi mineralmineral yang diaebut ho//adite, zircolite, dan perovskita. Terhadap campuran-campuran oksida yang reaktif ini ditambah­kan limbah radioaktif dangan daya muat 20% dari beratnya. Adonan ini kemudian dikeringkan dan dikalnasikan pada suhu 7500 C. Selanjutnya bubuk itu dituang ke dalam tabung baja antikarat, dipanaskan hingga 1150°C, dan ditekan selagi panas menjadi lempengan-lempengan yang mengandung sinroc kera­ mik yang keras dan ditumpuk dalam tabung baja sepanjang meter. Cara ini dapat diterapkan pada bahan-bahan limbah radioaktif yang berbeda jenianya.
Sebuah sinroc, ke dalamnya dapat dimasukkan hampir semua unsur limbah radioaktif ke dalam struktur kriatalnya. Dalam sinroc unsur-unsur itu dibuat lumpuh (unmobile) oleh mineral-mineral itu sendiri. Limbah radioaktif yang ter kandung dalam sinroc perlu dipiaahkan dari biosfer sampai kadar radioaktifnya menitrun hingga taraf yang aman, kurang lebih dalam waktu satu juta tahun.
Penelitian terhadap sinroc dilakukan oleh berbagai negara.    Misalnya Inggria, Amerika Serikat, Kanada, Jerman Barat, dan Jepang. Riaet itu terutama ditujukan untuk membuktikan daya bahan sinroc yang tinggi. Yaitu tidak akan melepaskan kan dungan-kandungannya karena tekanan dan air tanah pada suhu tinggi. Dalam hal ini banyak peneliti yang percaya bahwa) kemampuan sinroc jauh lebih unggul daripada "kaca boro­silikat" yang sudah dikenal lebih dahulu.
Prof. Ringwood mengatakan bahwa dalam air mineral mineral tersebut biaa tertahan dalam berbagai kondiai geologia dan biokimiawi sampai 200 juta tahun. Dari percobaannya, maka unLuk unsur-unsur seperti uranium, sinroc memiliki daya tahan untuk tidak luluh 10.000 kali lebih kuat daripada kaca borCsilikat. Sedangkan terhadap limbah radioaktif tingkat tinggi (Cs dan Sr) 500-1000 kali lebih tahan dalam suhu dan tekanan tinggi.
Cara mengatasi limbah dangan sinroc ialah mengubur tabung-tabung yang beriai sinroc dalam lubang-lubang sedalam4 km. Bagian atas lubang diaumbat kuat setebal 1,5 km. Satu          lubang akan dapat menampung limbah dari 80 tenaga nuklir dalam waktu setahun. Penguburan limbah radioaktif di lubang           yang dalam akan meminimkan masuknya air tanah ke limbah tersebut sehingga mencegah masuknya bahan radioaktif ke biosfer.
Akhirnya Prof. Ringwood yakin bahwa paduan antara bentuk limbah sepertii sinroc dan lubang pengeboran yang dalam merupakan strategi yang aman dan mullah dipahami setiap orang.
Soal-soal latihan              
1. Teliti paragraf I bacaan di atas.
Berdasarkan pemahaman Anda, gagasan pokok paragraf I di atas adalah ....
A. timbulnya masalah limbah radioaktif di -negara-negara maju.
B. timbulnya masalah limbah radioaktif di negara-negara yang membuat born nuklir.
C. timbulnya masalah limbah radioaktif akibat penggunaan teknologi nuklir.
D. timbulnya masalah limbah pada abad XX.
2. Berdasarkan pemahaman Anda, gagasan pokok paragraf II di atas yang sebenarnya adalah ....
A. sinroc sebagai penyelesaian masalah radioaktif.
B. sinroc sebagai campuran limbah radioaktif.
C. sinroc sebagai alat pemecah masalah radioaktif.
D. sinroc sebagai alternatif pernecahan masalah limbah radioaktif
3. Kalimat (3) paragraf I. Berdasarkan penafsiran Anda, kalimat ini mengandung pe­ngertian bahwa ....
A. limbah radioaktif berbeda polusinya dangan limbah lain.
B. limbah radioaktif mempunyai volume yang berbeda dangan limbah lain.
C. limbah radioaktif mempunyai ciri khusus yang berbeda dangan limbah industri lainnya.
D. limbah radioaktif memiliki kadar bahaya.
4. Pahami dangan baik gagasan yang tertuang pada kalimat (2), (3) dan kalimat (4) pada paragraf II. Berdasarkan pemahaman Anda, bagian limbah radioaktif dari sebuah lempengan sinroc yang benar adalah ....
A. setengah bagian dari daya tampungnya.
B. setengah bagian dari daya muatnya.
C. seperlima bagian dari daya beratnya.
D. seperlima bagian dari daya muatnya.
5. Teliti kembali paragraf II. Berdasarkan pemahaman Anda, sifat-sifat sinroc yang benar adalah ....
A. keras seperti logam berbentuk pipih.
B. keras seperti batu karang dan berbentuk pipih.
C. keras seperti tanah Hat berbentuk gumpalan.
D. lunak seperti karet berbentuk lonjong.
6. Berdasarkan pemahaman Anda, tentang keseluruhan bacaan di atas, bagaimana kesan Anda tentang suasana sebelum sinroc ditemukan?
A. Ada kebingungan di kalangan ahli nuklir.
B. Ada kekecewaan di kalangan ahli nuklir.
C. Ada rasa frustasi di kalangan ahli nuklir.
D. Ada ketidakpiiasan di kalangan para ahli nuklir.
7. Teliti kembali kalimat (3) paragraf III.
Berdasarkan penafsiran Anda, kalimat ini mengandung penger­tian bahwa limbah radioaktif yang ada dalam lempengan sinroc...
A. telah aman sama sekali bagi kehidupan.
B. masih dicurigai bahayanya bagi kehidupan.
C. telah cukup aman bagi kehidupan.
D. masih sangat berbahaya bagi kehidupan.
8 Teliti paragraf IV.                 
Berdasarkan penafsiran Anda, mengapa Inggria, Amerika, Kanada, Jerman Barat, dan Jepang bersungguh-sungguh me­nguji daya tahan sinroc ?
A. Karena negara tersebut negara maju.
B. Karena negara tersebut masuk dalam satu blok.
C. Karena negara tersebut yang paling banyak memilikil imbah radioaktif.
D. Karena negara tersebut membuat bom nuklir.
9. Teliti kembali kalimat (5) paragraf IV.
Berdasarkan penafsiran Anda, yang dimaksud dangan kaca borosilikat adalah ....
A. alat penyimpan limbah radioaktif sebelumnya.
B. sejenia alat pemusnah limbah radioaktif.
C. sejenia alat penetral radioaktif.
D. nama sejenia kaca.
10. Teliti paragraf IV.
Berdasarkan pemahaman Anda, gagasan pokok yang tertuang pada paragraf IV adalah ....
A. usaha mempertahankan kelebihan sinroc.
B. usaha mempertahankan kekuatan sinroc.
C. usaha menguji kekuatan sinroc.
D. usaha menguji kelebihan sinroc

Jawablah pertanyan berikut dengan benar berdasarkan bacaan “BATU KARANG TIRUAN PENYIMPANLIMBAH RADIOAKTIF”!

  1. Temukan dan tulislah ide pokok tiap paragraf pada bacaan di atas!
  2. Cari dan tulislah informasi yang merupakan fakta dan pendapat!
  3. Buatlah ringkasan isi bacaan di atas kendalam beberapa kalimat!


 SILABUS
Nama Sekolah             : SMA /MA....
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas                           : X
Semester                      :  1
Standar Kompetensi   : Membaca
3.      Memahami berbagai teks bacaan  nonsastra dengan berbagai teknik membaca

Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
3.1  Menemukan ide pokok berbagai teks  nonsastra dengan teknik membaca cepat  (250 kata/menit)

Membaca cepat
·   Teks nonsastra
·   Teknik  membaca cepat 
·   Rumus membaca cepat
·   Fungsi membaca cepat
·   Membaca cepat teks tentang kesenian daerah (lenong, wayang golek, ketoprak, dll)
·   Menemukan ide pokok paragraf dalam teks
·   Membuat ringkasan isi  teks dalam beberapa kalimat.
·   Membahas ide pokok dan ringkasan isi

·   Membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit
·   Menemukan ide pokok
    paragraf dalam teks
·   Membuat ringkasan  isi teks  dalam beberapa kalimat yang runtut
Jenis Tagihan:
·     tugas individu
·     ulangan

Bentuk Tagihan:
·     uraian bebas
·     pilihan ganda
4







Media massa/ koran/ majalah/ internet

 Buku yang berkaitan dengan budaya setempat
3.2 Mengidentifi-
     kasi ide pokok
     teks  nonsastra
     dari berbagai 
     sumber melalui 
     teknik  membaca
     ekstensif  
Teks nonsastra dari berbagai   sumber
· Ide pokok tiap paragraf
· Ide pokok dari berbagai sumber
· Fakta dan opini
· Ringkasan isi
· Membaca teks berita/ artikel (lenong, wayang golek, ketoprak, randai, dll)*
·     Mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf
·     Menuliskan kembali isi bacaan secara ringkas
·     Mendiskusikan ide pokok dan ringkasan isi
·   Mengidentifikasi ide     
    pokok tiap paragraf
·   Menuliskan kembali isi bacaan  secara ringkas dalam beberapa kalimat
·   Mengidentifikasi  fakta dan pendapat 


Jenis Tagihan:
·     tugas kelompok
·      tugas individu
·     ulangan

Bentuk Instrumen:
·     uraian bebas
·     pilihan ganda
4
Media massa/ koran/ majalah/ internet
Catatan :
·         jumlah jawaban yang benar  x 100%      
jumlah soal

jumlah kata yang dibaca       x % pemahaman bacaan = jumlah kata per menit
waktu tempuh baca (detik)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar